Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

PBB Didesak Akui Israel dan AS sebagai Inisiator Agresi di Iran, Menlu Araghchi Singgung Kompensasi

Dalam tuntutannya kepada PBB, Iran meminta agar Israel dan AS bertanggung jawab atas agresinya dengan membayar kompensasi.

Penulis: Nuryanti
Tangkap layar YouTube TRT WORLD
ABBAS ARAGHCHI - Tangkap layar dari YouTube TRT World, Selasa (22/4/2025). Dalam wawancara eksklusif satu lawan satu, Frank Ucciardo dari TRT World berbicara kepada Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada 27 September 2018. Dalam tuntutannya kepada PBB, Iran meminta agar Israel dan AS bertanggung jawab atas agresinya dengan membayar kompensasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Iran menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakui Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang harus disalahkan atas perang 12 hari terakhir mereka.

Desakan Iran ini termuat dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB yang diterbitkan pada Minggu (29/6/2025).

Iran menilai Israel dan AS sebagai pihak yang menginisiasi agresi tersebut.

Dalam tuntutannya, Iran juga meminta Israel dan AS bertanggung jawab dengan membayar kompensasi.

"Kami secara resmi meminta Dewan Keamanan untuk mengakui rezim Israel dan Amerika Serikat sebagai pemrakarsa tindakan agresi dan mengakui tanggung jawab mereka selanjutnya, termasuk pembayaran kompensasi dan ganti rugi," tulis Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi dalam surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dilansir Al Arabiya.

Amerika Serikat diketahui bergabung dengan Israel dalam kampanyenya selama perang, melakukan serangan terhadap tiga fasilitas utama yang digunakan untuk program nuklir Iran.

Presiden AS Donald Trump, yang minggu lalu mengumumkan bahwa konflik antara Israel dan Iran berakhir dengan gencatan senjata, telah mengancam serangan lebih lanjut jika Iran memperkaya uranium ke tingkat yang mampu memproduksi senjata nuklir.

Sebelumnya, Israel mengatakan tujuannya adalah untuk mencegah Republik Islam mengembangkan senjata nuklir - sebuah ambisi yang secara konsisten dibantah Teheran, bersikeras bahwa mereka memiliki hak untuk mengembangkan tenaga nuklir untuk keperluan sipil seperti energi.

Pertempuran itu menggagalkan perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat, sekutu setia Israel.

Perdamaian dengan Kekerasan Bukanlah Perdamaian

Peiman Seadat, duta besar Teheran untuk Jepang, mengatakan negaranya tetap terbuka terhadap dialog tetapi memperingatkan bahwa “perdamaian dengan kekerasan bukanlah perdamaian”.

Pernyataan itu menyusul serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dan negosiasi yang gagal.

Baca juga: Menlu Sugiono Paparkan Progres Evakuasi WNI dari Iran, Siapkan Langkah Kontingensi di Timur Tengah

Seadat menggambarkan diplomasi sejati sebagai sesuatu yang membutuhkan "rasa saling menghormati, bahkan pada titik-titik ketidaksetujuan, kedudukan yang setara, dan kemauan untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat."

"Pihak berwenang Iran kini sedang menilai situasi dan mempertimbangkan berbagai pilihan," katanya dalam wawancara eksklusif dengan Arab News pada Sabtu (28/6/2025).

Ia menuduh AS dan Israel memilih agresi daripada diplomasi, dan mengatakan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dilakukan dua hari sebelum perundingan yang direncanakan dengan AS, dan dengan demikian telah memperdalam “warisan ketidakpercayaan.”

"Daripada mengutuk pihak yang mengganggu negosiasi, Amerika justru berpihak pada pihak agresor," katanya.

"Karena itu, mereka mengkhianati negosiasi yang mereka ikuti."

“Oleh karena itu, kesimpulannya adalah mereka terlibat dalam agresi tersebut, fakta yang mereka buktikan lebih lanjut ketika mereka melancarkan serangan terhadap situs nuklir damai kami, sehingga bergabung dengan Israel dalam pelanggaran berat terhadap setiap prinsip hukum internasional," jelasnya.

Menlu Iran Kecam Trump

Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengecam komentar Donald Trump.

Ia mengatakan bahwa kesepakatan nuklir potensial bergantung pada AS yang mengakhiri "nada tidak sopan" terhadap Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

"Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan, ia seharusnya mengesampingkan nada tidak hormat dan tidak dapat diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Agung Khamenei, dan berhenti menyakiti jutaan pendukungnya yang tulus," tulis Araghchi di platform sosial X.

Baca juga: Komisi I DPR Gelar Rapat dengan Menlu Sugiono Bahas Dampak Konflik Iran-Israel

SERANG TEHERAN - Kepulan asap hitam setelah serangan udara Israel di Kota Teheran, Iran. Pada Selasa (22/6/2025), Israel kembali menyerang Teheran seusai menuding Iran melanggar gencatan senjata.
SERANG TEHERAN - Kepulan asap hitam setelah serangan udara Israel di Kota Teheran, Iran. Pada Selasa (22/6/2025), Israel kembali menyerang Teheran seusai menuding Iran melanggar gencatan senjata. (khaberni/tangkap layar)

Sebagai informasi, karena ketegangan diplomatik terus berlanjut, para pejabat Israel telah mengisyaratkan kesiapan untuk meningkatkan ketegangan.

Pada 26 Juni 2025, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan kepada media lokal bahwa Israel telah mendapat "lampu hijau" dari Trump untuk menyerang Iran lagi jika negara itu tampaknya memajukan program nuklirnya.

Ia menambahkan bahwa Israel tidak memerlukan izin AS untuk menargetkan Khamenei secara langsung.

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim kemenangan dan membingkai konflik tersebut sebagai peluang strategis untuk memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab.

"Kami telah berjuang dengan tekad melawan Iran dan meraih kemenangan besar. Kemenangan ini membuka jalan untuk memperluas perjanjian damai secara dramatis," kata Netanyahu dalam pidato video, merujuk pada Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab pada tahun 2020.

Namun, negara-negara Teluk telah mengutuk serangan rudal Iran terhadap Qatar dan serangan Israel terhadap fasilitas Iran, dengan alasan kekhawatiran atas stabilitas regional dan kedaulatan nasional. 

Dalam pernyataan bersama pada 16 Juni 2025, negara-negara Arab menolak dan mengutuk agresi militer Israel terhadap Iran, dan sebaliknya menyerukan untuk kembali berunding.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Iran Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved