Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel vs Iran Kini Masuki Gencatan Senjata, Adakah Harapan untuk Akhir dari Penjajahan Palestina?

Lebih dari 55.000 orang tewas di Gaza, dengan 17.000 lebih di antaranya adalah anak-anak, sejak serangan militer Israel pada 7 Oktober 2023.

TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PENJAJAHAN ISRAEL KE PALESTINA - Dalam foto: Seniman pantomim, Wanggie bersama Mujahidah Sahabat Palestina menggelar aksi Solidaritas Seni untuk Palestina di Monumen Solidaritas Asia-Afrika, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/6/2025). Konflik 12 hari antara Israel vs Iran saat ini memasuki fase gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Qatar. Akan tetapi, serangan Israel ke para penduduk Palestina di Gaza masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. 

TRIBUNNEWS.COM - Konflik 12 hari antara Israel vs Iran saat ini memasuki fase gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Qatar.

Akan tetapi, serangan Israel ke para penduduk Palestina di Gaza masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Bahkan, meski eskalasi konflik dengan Iran memanas, Israel juga masih terus menembaki dan membombardir ratusan warga Palestina.

Ketika konflik Israel vs Iran mendominasi headline berita, para penduduk Palestina justru masih terjebak dalam perang dan eksposur mereka malah menghilang, sebagian besar terlupakan.

Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dihimpun oleh CNN, selama 12 hari Israel menyerang Iran sejak Jumat (13/6/2025), lebih dari 860 orang Palestina tewas akibat serangan Israel.

Kemudian, pada Selasa (24/6/2025), tujuh tentara Israel tewas akibat ledakan bom yang dipasang pada kendaraan lapis baja mereka di Khan Younis.

Diduga, bom tersebut dipasang oleh militan Hamas.

Adakah Peluang Gencatan Senjata pada Serangan Israel ke Palestina?

Setelah adanya gencatan senjata konflik Israel vs Iran, kini muncul petunjuk mengenai terobosan untuk perundingan yang berjalan tak mulus di Gaza.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa menurutnya serangan Amerika terhadap situs nuklir Iran dapat membantu menghasilkan terobosan dalam perang Israel melawan Hamas di Gaza.

Ia mengklaim, sudah "sangat dekat" untuk mencapai kesepakatan mengenai konflik tersebut.

Baca juga: Ironi di Tengah Gencatan Senjata Iran vs Israel, Palestina Terus Jadi Sasaran Kebengisan Zionis

"Menurut saya, kemajuan besar sedang terjadi di Gaza. Karena serangan yang kami lakukan, saya kira kita akan mendapatkan kabar yang sangat baik," katanya kepada wartawan di KTT NATO Den Haag 2025, Rabu (25/6/2025).

Forum Sandera dan Keluarga Hilang (The Hostages and Missing Families Forum) telah menyerukan agar gencatan senjata antara Israel dan Iran diperluas hingga mencakup Gaza.

"Mereka yang dapat mencapai gencatan senjata dengan Iran juga dapat mengakhiri perang di Gaza," kata kelompok tersebut.

Forum itu memang sudah mengadvokasi pengembalian para sandera yang ditahan oleh Hamas.

Sebanyak 50 sandera masih ditawan di daerah kantong Palestina, 20 di antaranya diyakini masih hidup, menurut pemerintah Israel.

“Menutup operasi yang menentukan ini terhadap Iran tanpa memanfaatkan keberhasilan kita untuk membawa pulang semua sandera akan menjadi kegagalan besar,” lanjut forum tersebut.

Forum ini juga menambahkan bahwa sekarang ada “jendela kesempatan yang kritis.”

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid juga menyuarakan sentimen serupa.

Dalam sebuah unggahan di media sosial X (dulu Twitter), Yair Lapid menyerukan:

“Dan sekarang giliran Gaza. Inilah saatnya untuk menutup front itu juga. Untuk membawa pulang para sandera, untuk mengakhiri perang. Israel perlu mulai membangun kembali.”

Pada Selasa (24/6/2025), Qatar yang menjadi mediator dalam gencatan senjata Israel vs Iran berharap, ada pembahasan tidak langsung yang dapat dilanjutkan selama dua hari berikutnya.

Qatar sendiri juga telah terlibat dalam perbincangan mengenai pembebasan sandera antara Israel dan Hamas.

Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan, perbincangan itu “sedang berlangsung."

Ia juga menyebut, bahwa Qatar dan Mesir sedang berhubungan dengan kedua belah pihak untuk mencoba menemukan “jalan tengah” mengenai gencatan senjata terbaru yang disusun AS di atas meja.

Usulan tersebut menyerukan pembebasan 10 sandera Israel dan jenazah 18 warga Israel lainnya yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023 sebagai bagian dari gencatan senjata selama 60 hari.

Awal Juni 2025 ini, Hamas mengatakan tidak menolak usulan tersebut, tetapi meminta jaminan yang lebih kuat menjelang akhir perang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari mengungkap, mediator dalam konflik Gaza menggunakan "momentum" yang diciptakan oleh gencatan senjata antara Israel dan Iran untuk memulai kembali negosiasi yang terhenti.

"Sekaranglah saatnya bagi Presiden Trump untuk mendorongnya dan kami yakin dia tulus tentang hal itu. … Kami bersedia membantu dalam hal itu," kata Majed Al Ansari kepada CNN.

Pada Minggu (22/6/2025), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa "tidak diragukan lagi bahwa pencapaian utama kami di Iran juga berkontribusi pada tujuan kami di Gaza."

Iran sendiri disebut telah memberikan dukungan finansial dan militer untuk Hamas dan Jihad Islam Palestina di daerah kantong tersebut.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu juga meminta agar Hamas menyerah demi mengakhiri serangan Israel ke Palestina.

“Lihat, perang ini bisa berakhir besok. Bisa berakhir hari ini, jika Hamas menyerah, meletakkan senjata, membebaskan semua sandera, semuanya berakhir. Semuanya bisa berakhir dalam sekejap. Mereka menolak untuk melakukan itu," kata Benjamin Netanyahu ketika ditanya oleh CNN tentang jalan keluar dari perang di Gaza.

Israel Kembali Fokus ke Palestina

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Eyal Zamir telah mengindikasikan bahwa fokus militer akan kembali ke Gaza setelah gencatan senjata dengan Iran diberlakukan.

“Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kita harus tetap fokus, tidak ada waktu untuk berpuas diri,” kata Zamir dalam sebuah pernyataan.

“Sekarang fokus beralih kembali ke Gaza — untuk membawa pulang para sandera dan membubarkan rezim Hamas," lanjutnya.

Hamas dilaporkan telah mengatakan bahwa mereka terbuka untuk gencatan senjata, tetapi tidak bersedia meletakkan senjata.

20 Bulan Dihantui Keputusasaan dan Kematian

Selama lebih dari 20 bulan serangan Israel ke tanah Palestina, 2,1 juta penduduk Gaza dihantui ketakutan, kekerasan, keputusasaan, dan kematian.

Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, lebih dari 55.000 orang tewas, dengan 17.000 lebih di antaranya adalah anak-anak, sejak serangan militer Israel pada 7 Oktober 2023.

Adapun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah berulang kali menyebut, ada bencana kelaparan yang sengaja dirancang di kawasan Palestina yang diduduki.

Jebakan maut di pusat-pusat bantuan makanan semakin intens, di mana warga sipil Palestina yang berusaha mencari makanan justru diserang oleh Israel.

Lebih dari 500 orang tewas oleh militer Israel saat bersusah payah mencari bantuan sejak 27 Mei 2025, demikian laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Dalam pernyataan pada Selasa (24/6/2025), Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyebut tindakan Israel sebagai "kemungkinan kejahatan perang."

Direktur Eksekutif UNRWA (badan pengungsi Palestina di PBB) Philippe Lazzarini menggarisbawahi kekhawatiran warga Palestina dan banyak organisasi kemanusiaan di dunia tentang penderitaan mereka.

"Kekejaman terus berlanjut di Gaza sementara perhatian global beralih ke tempat lain," kata Philippe.

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved