Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Misteri Nasib Material Nuklir Iran Usai Serangan Midnight Hammer Amerika Serikat

Wakil Presiden AS JD Vance mengindikasikan pihaknya masih belum tahu nasib keberadaan cadangan bahan bakar reaktor nuklir itu setelah serangan AS.

Penulis: Gita Irawan
/Akbar Permana/Tribunnews
3 SITUS NUKLIR IRAN - Kondisi 3 Situs Nuklir Iran, Isfahan, Fordow dan Natanz luluh-lantah usai diserang AS. keberadaan cadangan uranium Iran masih misterius usai militer AS melakukan serangan "Midnight Hammer" ke tiga fasilitas nuklir Iran yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan pada Sabtu (21/6/2025) lalu. (Infografis/Akbar Permana/Tribunnews) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pernyataan pejabat Amerika Serikat (A hingga Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengindikasikan keberadaan cadangan uranium Iran masih misterius usai militer AS melakukan serangan "Midnight Hammer" ke tiga fasilitas nuklir Iran yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan pada Sabtu (21/6/2025) lalu.

IAEA mencatat Iran memiliki lebih dari 400 kg persediaan uranium yang diperkaya hingga 60 persen atau U-235.

Baca juga: Netanyahu: Iran Makin Dekat Bom Nuklir, Israel Sudah Tahu Lokasi Uranium 60 Persen

Tingkat kemurnian urnaium itu diyakini mendekati tingkat kemurnian uranium yang dibutuhkan untuk digunakan sebagai bahan senjata nuklir yakni 90%.

The New York Times dalam laporannya yang berjudul mencatat pernyataan Wakil Presiden AS JD Vance mengindikasikan pihaknya masih belum mengetahui nasib keberadaan cadangan bahan bakar reaktor nuklir itu setelah serangan AS.

Baca juga: Trump Diprotes Kongres, Terancam Dimakzulkan Jadi Presiden Amerika usai Serang Nuklir Iran

Akan tetapi, Vance berpendapat potensi Iran untuk menjadikan bahan bakar reaktor nuklir itu menjadi senjata nuklir telah mengalami kemunduran yang substansial.

Ia meyakini hal itu karena menurutnya Iran tidak lagi memiliki peralatan untuk mengubah bahan bakar itu menjadi senjata yang efektif.

Pernyataan itu disampaikan Vance dalam acara "This Week" di ABC pada Minggu (22/6/2025).

"Kami akan bekerja dalam beberapa minggu mendatang untuk memastikan bahwa kami melakukan sesuatu dengan bahan bakar itu dan itu adalah salah satu hal yang akan kami bicarakan dengan Iran," kata Vance dilansir dari The New York Times, Minggu (22/6/2025).

Pada hari yang sama, pernyataan Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan pimpinan baru Ketua Kepala Staf Gabungan AS Dan Caine mengindikasikan keduanya menghindari klaim bernada maksimalis Trump tentang keberhasilan serangan bersandi Midnight Hammer pada Sabtu (21/6/2025).

Mereka mengatakan penilaian awal kerusakan akibat pertempuran di ketiga lokasi yang diserang oleh pesawat pengebom B-2 Angkatan Udara dan rudal Tomahawk Angkatan Laut menunjukkan kerusakan dan kehancuran yang parah.

The New York Times juga mencatat foto satelit dari target utama operasi AS tersebut yakni pabrik pengayaan uranium yang dibangun Iran di bawah gunung, Fordow, menunjukkan beberapa lubang tempat selusin bom Massive Ordnance Penetrators (bom) seberat 30 ribu pon (sekitar 13,6 ton) melubangi batu tersebut. 

Laporan jurnalis The New York Times, David E Sanger tersebut juga mengatakan analisis awal militer Israel menyimpulkan lokasi tersebut mengalami kerusakan serius akibat serangan tersebut tetapi belum hancur total. 

Namun, laporan itu juga mencatat Iran telah memindahkan peralatan dan uranium dari lokasi tersebut dalam beberapa hari terakhir berdasarkan informasi dua pejabat Israel yang mengetahui intelijen tersebut.

Selain itu, Sanger juga mengemukakan ada bukti yang berkembang bahwa Iran yang menyadari ancaman berulang Trump untuk mengambil tindakan militer, telah memindahkan 400 kilogram, atau sekitar 880 pon, uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen (sedikit di bawah 90 persen yang biasanya digunakan dalam senjata nuklir).

Baca juga: Fasilitas Nuklir Iran, Fordow: Mengapa Dia Dilindungi dengan Sangat Baik 80 Meter di Bawah Tanah?

"Bahan bakar yang diperkaya 60 persen itu telah disimpan jauh di dalam kompleks nuklir lain, dekat ibu kota kuno Isfahan," tulis Sanger.

Sanger juga mencatat, Direktur jenderal Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Mariano Grossi mengatakan melalui pesan teks bahwa bahan bakar itu terakhir kali terlihat oleh tim inspektur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekitar seminggu sebelum Israel memulai serangannya terhadap Iran

Ia juga mengutip pernyataan Grossi dalam sebuah wawancara di CNN pada Minggu (22/6/2025) yang mengatakan Iran tidak merahasiakan bahwa mereka telah melindungi bahan tersebut.

Grossi juga mengonfirmasi ketika ditanya melalui pesan teks di kemudian hari soal pemindahan material tersebut.

Sebagai gambaran material tersebut bisa disimpan dalam tong-tong kecil khusus yang bisa dibawa di sekitar 10 bagasi mobil.

Jika memang demikian, tulis Sanger, Isfahan bukanlah satu-satunya tempat di mana para penjaga program nuklir Iran memindahkan peralatan dan menyembunyikan material serta memperkuat pabrik Fordo untuk melindungi apa yang harus tetap berada di tempatnya.

Sanger juga mencatat citra satelit rilisan Maxar Technologies menunjukkan terdapat 16 truk kargo diposisikan di dekat pintu masuk terowongan yang mengarah ke gunung Fordow beberapa hari sebelum serangan AS. 

Sebuah analisis oleh Open Source Centre di London, tulis Sanger, juga menunjukkan Iran mungkin telah mempersiapkan lokasi tersebut untuk serangan.

Namun belum bisa dipastikan apa sebenarnya yang dikeluarkan dari fasilitas itu, itu pun jika ada.

Faktanya, Iran hanya bisa menyelamatkan sedikit hal. 

Seorang pejabat AS, catat Sanger, mengatakan tidak realistis untuk memindahkan peralatan sepenuhnya dari Fordo setelah konflik dengan Israel dimulai.

Pejabat itu menambahkan dokumen sejarah tentang program nuklir terkubur di dalam perut situs Fordow yang kemungkinan akan mempersulit segala upaya untuk membangunnya kembali.

Dalam beberapa hari mendatang, baik Iran maupun mungkin akan memeriksa situs pengayaan uranium Natanz, yang lebih tua, lebih besar, dan kurang terlindungi dibandingkan Fordow.

Situs itu diserang oleh Israel berulang kali, dan telah menghancurkan pusat pengayaan di atas tanah dan mengganggu sistem kelistrikan. 

Gangguan pasokan listrik diyakini dapat menyebabkan sentrifus (alat pengayaan uranium) berputar di luar kendali, yang mungkin menghancurkan semuanya.

Baca juga: Fasilitas Nuklir Iran, Fordow: Mengapa Dia Dilindungi dengan Sangat Baik 80 Meter di Bawah Tanah?

Waktu yang dibutuhkan Iran untuk memperbaiki dan mengganti peralatan itu belum dapat dipastikan.

Namun Iran juga dilaporkan sedang membangun pengganti Natanz yang baru dan dalam di selatan kota itu. 

Para pejabat di Teheran dilaporkan telah memberi tahu IAEA bahwa mereka belum membuka pabrik itu, jadi tidak ada yang bisa dilihat.

Bila Iran benar-benar sedang mengembangkan senjata nuklir maka diyakini butuh waktu lebih lama daripada negara bersenjata nuklir manapun dalam sejarah. 

Namun saat ini belum jelas apakah tim inspektur Badan Tenaga Atom Internasional yang ada di negara itu ketika konflik dengan Israel pecah akan diizinkan oleh pemerintah Iran untuk melanjutkan inspeksi yang akan mencakup verifikasi keberadaan dan keamanan uranium tingkat bom tersebut.

Sanger mencatat pejabat Iran telah menyatakan semua inspeksi internasional telah ditangguhkan selama masa perang. 

"Dan bahkan jika inspeksi akan dilanjutkan, tidak jelas apakah para inspektur bisa secara fisik memperoleh akses ke pabrik bawah tanah Fordo yang dibom, atau reruntuhan fasilitas pengayaan yang lebih besar di Natanz," tulis Sanger.

Kondisi Situs Nuklir Iran Terkini 

Grossi saat memberikan pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada Minggu (22/6/2025) kemarin juga menyatakan kawah-kawah terlihat di lokasi Fordow, lokasi utama Iran untuk memperkaya uranium hingga 60%.

Kawah-kawah itu menunjukkan penggunaan amunisi penembus tanah oleh AS sesuai pernyataan AS. 

"Saat ini, tidak seorang pun - termasuk IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) - yang dapat menilai kerusakan bawah tanah di Fordow," ungkapnya dilansir dari laman resmi IAEA Minggu, (22/6/2025).

Di lokasi fasilitas nuklir Isfahan, beberapa bangunan terkena serangan termasuk yang terkait dengan proses konversi uranium. 

Pintu masuk ke terowongan yang digunakan untuk penyimpanan material yang diperkaya, kata Grossi, juga tampak terkena serangan.

Di lokasi pengayaan Natanz, pabrik pengayaan bahan bakar juga diserang AS menggunakan amunisi penembus tanah.

"Iran telah memberi tahu IAEA bahwa tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi di ketiga lokasi tersebut. Situasi di lokasi lain tetap seperti yang saya jelaskan kepada Dewan dua hari lalu," ungkap Grossi.

Pada Jumat (20/6/2025), Grossi melaporkan situasi terkini dari lokasi nuklir Iran di hadapan Dewan Keamanan PBB. 

Ia melaporkan situs pengayaan Natanz berisi dua fasilitas yakni Pabrik Pengayaan Bahan Bakar utama dan Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Perintis.

Serangan awal Israel pada 13 Juni 2025 lalu menargetkan dan menghancurkan infrastruktur listrik di fasilitas tersebut, termasuk gardu induk listrik, gedung pasokan listrik utama, dan pasokan listrik darurat serta generator cadangan. 

Baca juga: Gempuran AS Gagal Total! Penasihat Khamenei: Uranium Kami Masih Ada, Nuklir Iran Tetap Aman

Pada hari yang sama, aula bertingkat utama tampak telah diserang menggunakan amunisi penembus tanah.

Kemudian, Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Perintis (terdiri dari aula bertingkat di atas tanah dan di bawah tanah) bagian di atas tanahnya hancur secara fungsional dan serangan pada aula bertingkat di bawah tanah menimbulkan kerusakan serius akibat serangan 13 Juni lalu.

"Tingkat radioaktivitas di luar lokasi Natanz tetap tidak berubah dan pada tingkat normal, yang menunjukkan tidak ada dampak radiologi eksternal pada populasi atau lingkungan," kata Grossi dilansir dari laman resmi IAEA, Jumat (20/6/2025).

Namun, lanjut di, di dalam fasilitas Natanz terdapat kontaminasi radiologis dan kimia. 

Ia mengungkapkan ada kemungkinan isotop Uranium yang terkandung dalam Uranium Heksafluorida, Uranil Fluorida, dan Hidrogen Fluorida tersebar di dalam fasilitas tersebut.

"Radiasi, yang utamanya terdiri dari partikel alfa, menimbulkan bahaya yang signifikan jika terhirup atau tertelan. Risiko ini dapat dikelola secara efektif dengan tindakan perlindungan yang tepat, seperti menggunakan alat bantu pernapasan. Kekhawatiran utama di dalam fasilitas tersebut adalah toksisitas (tingkat racun berbahya) kimia," lanjut dia.

Lokasi selanjutnya adalah Fordow.

Fordow, kata dia, adalah lokasi pengayaan uranium utama Iran untuk memperkaya uranium hingga 60%.

Namun, Grossi menyatakan IAEA tidak mengetahui adanya kerusakan di Fordow pada Jumat (20/6/2025) lalu.

Di lokasi nuklir Esfahan, Grossi melaporkan empat bangunan rusak dalam serangan Jumat (13/6/2025) lalu. 

Empat bangunan itu yakni laboratorium pusat kimia, pabrik konversi uranium, pabrik pembuatan bahan bakar reaktor Teheran, dan fasilitas pemrosesan logam uranium yang diperkaya (yang sedang dibangun).

Grossi melaporkan tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi yang dilaporkan. 

Seperti di Natanz, perhatian utama IAEA adalah toksisitas kimia.  

Baca juga: Fasilitas Nuklir Iran, Fordow: Mengapa Dia Dilindungi dengan Sangat Baik 80 Meter di Bawah Tanah?

Ia juga melaporkan Reaktor Penelitian Air Berat Khondab yang sedang dibangun di Arak, juga terkena serangan pada 19 Juni lalu.

"Karena reaktor tersebut tidak beroperasi dan tidak mengandung bahan nuklir, tidak ada konsekuensi radiologis yang diperkirakan terjadi," ungkapnya.

Satu gedung tempat rotor sentrifus canggih diproduksi dan diuji di Pusat Penelitian Teheran juga terkena dampak serangan.

Grossi juga mencatat dua gedung, tempat komponen sentrifus yang berbeda diproduksi, hancur di bengkel Karaj.

Akan tetapi tidak ada dampak radiologis, baik secara internal maupun eksternal.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, kata dia, adalah lokasi nuklir di Iran yang paling parah terkena dampak serangan.

Menuntut Grossi lokasi itu adalah pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih beroperasi dan menyimpan ribuan kilogram bahan nuklir.

"Negara-negara di kawasan ini telah menghubungi saya secara langsung selama beberapa jam terakhir untuk menyampaikan kekhawatiran mereka," kata Grossi.

"Saya ingin menegaskan, jika terjadi serangan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, serangan langsung dapat mengakibatkan pelepasan radioaktivitas yang sangat tinggi ke lingkungan," lanjut dia.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved