Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Terungkap! Diam-Diam, AS Kirim 300 Rudal Hellfire ke Israel 3 Hari Sebelum Operasi Rising Lion

AS diam-diam kirim 300 rudal Hellfire ke Israel sebelum serangan udara besar-besaran ke Iran yang tewaskan puluhan tokoh militer.

Lockheed Martin
HELLFIRE. Gambar merupakan tangkap layar dari Lockheed Martin, Senin (16/6/2025), menunjukkan rudal Hellfire. AS secara diam-diam mengirimkan sekitar 300 rudal Hellfire ke pasukan Israel sebelum menyerang lokasi nuklir dan sipil Iran, Middle East Eye (MEE) melaporkan pada 14 Juni. 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dilaporkan secara diam-diam mengirimkan sekitar 300 rudal Hellfire ke Israel hanya tiga hari sebelum serangan udara besar-besaran ke Iran pada Jumat (13/6/2025).

Menurut laporan Middle East Eye, “Amerika Serikat diam-diam mengirim ratusan rudal Hellfire ke Israel sebelum serangannya yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran pada hari Jumat.”

Rudal berpemandu laser tersebut disebut telah digunakan dalam operasi “Rising Lion”, yang menargetkan tokoh militer dan situs nuklir Iran.

Masih dari Middle East Eye, mengutip dua pejabat AS:

“Amerika Serikat secara diam-diam mengirim sekitar 300 rudal AGM-114 Hellfire dari udara ke darat ke Israel pada hari Selasa… Washington sudah mengetahui rencana Yerusalem untuk menyerang target nuklir dan militer Iran pada Jumat pagi.”

Pengiriman ini merupakan bagian dari paket kesepakatan senjata senilai 7,4 miliar dolar AS yang telah disetujui Kongres sejak Februari, namun tidak diumumkan ke publik.

“Pemindahan besar-besaran Hellfire menunjukkan bahwa Gedung Putih sudah mengetahui rencana Israel untuk menyerang Republik Islam Iran,” tulis MEE, mengutip dua pejabat AS anonim.

Seorang pejabat senior pertahanan AS menyebut Hellfire “berguna bagi Israel” dan mengisyaratkan dukungan diam-diam dari Washington.

Lebih dari 100 jet tempur digunakan dalam serangan ke Iran, termasuk penggunaan bom berat untuk menghancurkan fasilitas nuklir.

Operasi Rising Lion tercatat menewaskan sedikitnya 78 orang, termasuk dua jenderal senior Iran, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

Di antara korban tewas adalah Kepala Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, dan penasihat dekat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Shamkhani.

Iran kemudian membalas lewat serangan rudal bertajuk “Operasi Janji Sejati III”, yang menewaskan sedikitnya tiga warga sipil dan melukai lebih dari 60 orang di Tel Aviv, Yerusalem, dan Haifa.

Beberapa rudal berhasil menembus sistem pertahanan Iron Dome dan menyebabkan kerusakan pada rumah dan infrastruktur.

Baca juga: Israel dan Iran Saling Balas Serangan Rudal, 230 Orang Dilaporkan Tewas

Pejabat Israel membenarkan adanya kerusakan di pemukiman dan fasilitas militer, namun menyebut jumlah korban jiwa di dalam negeri tergolong rendah.

Militer AS dikabarkan turut membantu menembak jatuh rudal Iran menggunakan sistem pertahanan berbasis darat.

Dua pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa pesawat dan kapal perang AS belum dilibatkan langsung dalam pertempuran.

MEE sebelumnya melaporkan bahwa CIA telah diberi pengarahan soal rencana Israel sejak April dan Mei.

CIA tampak “terkesan” dengan upaya Israel melakukan serangan mandiri tanpa bantuan langsung AS.

Sementara itu, dua pejabat Israel mengungkap kepada Axios bahwa Trump diam-diam memberi restu atas serangan tersebut.

“Di depan umum ia menolak, tapi di belakang layar ia menyetujui. Kami mendapat lampu hijau dari AS,” klaim salah satu pejabat.

Axios menyebut tujuan strategi itu adalah untuk mengecoh Iran agar tidak memindahkan para target penting dan membuat serangan tetap efektif.

MEE juga mengingatkan bahwa pada Maret lalu, Trump memberikan Iran tenggat 60 hari untuk menyetujui perjanjian nuklir baru guna menghindari serangan.

Serangan ke Iran terjadi tepat pada hari ke-61, sebuah sinyal bahwa negosiasi yang gagal langsung disusul dengan aksi militer.

Selama negosiasi berlangsung, menurut dua pejabat AS yang dikutip MEE, Washington terus mengalirkan persenjataan ke Israel.

Sekilas tentang Rudal Hellfire

Rudal Hellfire merupakan senjata andalan AS untuk serangan presisi dari udara.

Dirancang untuk menghancurkan tank dan sasaran strategis dengan akurasi tinggi.

Baca juga: Iran dengan Cepat Membangun Kembali Struktur Komando, Ini Berdampak Besar pada Israel, Kata Analis

AGM-114 Hellfire menjadi salah satu rudal paling mematikan yang pernah diproduksi Amerika.

Dipasang pada helikopter tempur hingga drone seperti MQ-9 Reaper, rudal ini telah digunakan dalam berbagai operasi militer di Timur Tengah dan Asia Selatan.

Hellfire punya kecepatan supersonik dan kemampuan pemandu canggih.

Hellfire dikenal sebagai senjata yang “melihat target, mengunci, dan menghancurkan” dalam sekejap.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved