Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Sosok 6 Ilmuwan Nuklir Iran Tewas dalam Serangan Israel: Mehdi Tehranchi hingga Fereydoun Abbasi

Iran kehilangan 6 ilmuwan nuklirnya akibat serangan udara Israel, siapa saja? Berikut sosoknya.

Penulis: Tiara Shelavie
Tangkap layar YouTube Al Jazeera English
ILMUWAN NUKLIR IRAN - Tangkap layar YouTube Al Jazeera English pada 13 Juni 2025, memperlihatkan dua ilmuwan nuklir Iran, Mohammad Mehdi Tehranchi (kiri) dan Fereydoun Abbasi (kanan) yang tewas dalam serangan Israel, Jumat (13/6/2025). Tehranchi dan Abbasi adalah ilmuwan nuklir terkemuka Iran. 

TRIBUNNEWS.COM – Enam ilmuwan nuklir Iran tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Israel pada Jumat (13/6/2025).

Dua di antaranya merupakan tokoh penting dalam program nuklir Iran.

Dilaporkan Al Jazeera, lebih dari 200 jet tempur Angkatan Udara Israel menyerang lebih dari 100 target strategis, termasuk fasilitas nuklir, instalasi militer, dan infrastruktur penting di seluruh Iran, termasuk situs utama pengayaan uranium di Natanz.

Militer Israel mengklaim telah berhasil merusak struktur bawah tanah fasilitas Natanz, termasuk aula pengayaan bertingkat yang berisi sentrifugal, ruang kelistrikan, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Bangunan tempat tinggal sejumlah ilmuwan juga dilaporkan mengalami kerusakan parah.

Sosok 6 Ilmuwan Nuklir Iran yang Terbunuh

Kantor berita Iran Tasnim mengidentifikasi dua korban, Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi, sebagai ilmuwan nuklir paling senior di antara para korban.

Mereka adalah:

1. Mohammad Mehdi Tehranchi

Tehranchi adalah seorang fisikawan teoretis yang menjabat sebagai Presiden Universitas Islam Azad.

Ia masuk dalam Daftar Entitas Departemen Perdagangan AS pada Maret 2020, karena dianggap bertindak "bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional atau kebijakan luar negeri AS."

2. Fereydoun Abbasi

Baca juga: Agen Mossad Menyamar di Iran, Gunakan Drone untuk Menyerang Target

Abbasi adalah mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) dan mantan anggota parlemen Iran.

Ia meraih gelar doktor di bidang fisika nuklir dan sebelumnya bekerja untuk Kementerian Pertahanan Iran.

Ia pernah lolos dari upaya pembunuhan pada 2010 yang menewaskan ilmuwan Majid Shahriari.

Iran menyebut Israel sebagai dalang serangan tersebut.

Empat ilmuwan lainnya yang tewas adalah:

3. Abdolhamid Minouchehr

Minouchehr merupakan doktor teknik nuklir sekaligus Dekan Fakultas Teknik Nuklir di Universitas Shahid Beheshti.

Ia dikenal lewat risetnya untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir.

4. Ahmad Reza Zolfaghari

Profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti.

5. Amir Hossein Faghihi

Anggota fakultas teknik di Universitas Shahid Beheshti, mantan wakil presiden AEOI, serta mantan kepala Institut Penelitian Sains dan Teknologi Nuklir.

6. Motallebzadeh

Ilmuwan nuklir yang menjadi korban dalam serangan tersebut bersama istrinya.

Baca juga: Iran Serang Balik Israel dengan Rentetan Rudal, Kerusakan Tel Aviv Paling Parah

Kerusakan Situs Nuklir Iran: Natanz Terdampak, Fordow dan Isfahan Masih Utuh

Serangan besar-besaran Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025) yang menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir ternama, tidak serta-merta melumpuhkan seluruh infrastruktur nuklir Iran.

Menurut analisis citra satelit terbaru, sebagian besar fasilitas utama dilaporkan tidak mengalami kerusakan besar.

Dilansir Reuters, pakar menyebut hanya kompleks nuklir Natanz yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan, sedangkan Fordow dan Isfahan tampak masih utuh.

"Kami tidak melihat kerusakan mencolok di Fordow atau Isfahan. Ada kerusakan di Natanz, tetapi belum ada bukti bahwa situs bawah tanah di sana hancur," kata David Albright, pakar nuklir dari Institut Sains dan Keamanan Internasional.

Albright menyatakan, penilaiannya didasarkan pada citra satelit terbaru yang tersedia hingga pukul 11.20 waktu Teheran.

Ia menambahkan, serangan drone mungkin telah menargetkan terowongan menuju fasilitas bawah tanah, atau bahkan serangan siber yang tidak meninggalkan jejak visual.

Situs Natanz merupakan fasilitas pengayaan uranium utama Iran, terdiri atas pabrik pengayaan bawah tanah yang luas serta fasilitas pengayaan percontohan di atas tanah.

Menurut Albright, ribuan sentrifugal berada di dalam fasilitas bawah tanah Natanz.

Jika pasokan listrik terputus, sistem akan beralih ke baterai cadangan secara otomatis.

Meski begitu, potensi kerusakan tetap ada, terutama jika sistem cadangan gagal mempertahankan kestabilan operasional.

Sementara itu, Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, fasilitas pengayaan percontohan di atas tanah Natanz telah "hancur."

"Infrastruktur listrik Natanz juga rusak. Kehilangan daya di aula bertingkat kemungkinan besar berdampak pada sentrifugal di sana," ungkap Grossi.

Meski begitu, Grossi menegaskan tingkat radiasi di luar kompleks Natanz tetap stabil dan berada dalam batas normal.

Iran Sebut Perundingan Nuklir dengan AS Sudah Tak Ada Artinya Lagi

Setelah serangan Israel, Iran menyatakan negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat kini sudah tidak ada artinya lagi.

Baca juga: Iran Tembak Jatuh 2 Jet Tempur Israel, Seorang Pilot Wanita Israel Ditahan

"Pihak lain (AS) bertindak dengan cara yang membuat dialog tidak berarti. Anda tidak bisa mengklaim bernegosiasi sambil membiarkan rezim Zionis menargetkan wilayah Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, seperti dikutip Tasnim.

Baghaei menegaskan Israel tidak akan berani melakukan serangan sebesar itu tanpa restu dari Amerika Serikat.

Iran pun menuduh AS terlibat, meski tuduhan itu telah dibantah oleh Washington.

Sebaliknya, pihak AS menyarankan agar Iran tetap melanjutkan proses negosiasi terkait program nuklirnya.

Menurut Arab News, putaran keenam perundingan nuklir AS-Iran dijadwalkan berlangsung di Muscat pada Minggu (15/6/2025), namun kelanjutannya kini diragukan menyusul eskalasi terbaru ini.

Iran sendiri menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil, dan menyangkal tuduhan Israel, mereka tengah mengembangkan senjata nuklir secara diam-diam.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved