Krisis Korea
Pilpres Korsel Digelar Besok, Ini Kandidat Terkuat yang Bakal Jadi Presiden pasca Pemakzulan
Korsel menggelar Pilpres pada Selasa (3/6/2025), Dalam pilpres kali ini ada 2 kandidat utama yang mendominasi sebagai penganti Presiden Yoon Suk Yeol.
TRIBUNNEWS.COM – Korea Selatan (Korsel) bakal menggelar pemungutan suara untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) pasca insiden pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol akibat penetapan darurat militer yang mengejutkan dunia.
Mengutip dari Channel News Asia, pilpres Korsel bakal digelar pada Selasa (3/6/2025), lebih awal dari jadwal semula.
Adapun pemilu ini, akan menentukan pengganti Yoon sebagai presiden ke-14 Korea Selatan.
Nantinya, presiden terpilih dijadwalkan langsung dilantik pada Rabu, 4 Juni 2025, tanpa masa transisi, untuk mengisi kekosongan kekuasaan setelah pemakzulan Yoon.
Banyak pihak menduga, darurat militer tersebut, dilakukan Yoon karena kebuntuan yang kerap terjadi antara pemerintahan dengan legislatif yang dikuasai oposisi.
Buntut konflik ini, anggota parlemen dari partai oposisi Demokratik mengajukan pemakzulan Yoon.
Disusul tindakan Mahkamah Konstitusi Korsel yang turut mengabulkan status pemakzulan ini, yang berarti Yoon mundur dari kursi kepresidenan dan Korsel harus bergegas menggelar Pilpres.
Pemilu luar biasa ini, menjadi momen penting dalam sejarah politik Korea Selatan, karena digelar di tengah krisis kepercayaan publik terhadap kepemimpinan nasional.
Sebanyak 44.391.871 warga Korea Selatan terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada Selasa, besok.
Jumlah ini mencakup sekitar 85 persen dari total populasi negara tersebut, yang mencapai 52 juta jiwa.
Komisi Pemilihan Nasional Korea Selatan (NEC) mencatat bahwa pemilu kali ini mencatatkan rekor dalam partisipasi pemilih awal.
Lebih dari 10 juta warga telah memberikan suara dalam pemungutan suara awal yang berlangsung pada 29 dan 30 Mei 2025.
Baca juga: 6 Poin Penting Pilpres Korea Selatan 2025: Situasi Terkini hingga Sosok Kandidat
Tingkat partisipasi ini mencapai 24,55 persen hingga pukul 11.00 waktu setempat pada hari kedua, menjadi yang tertinggi sejak sistem pemungutan suara awal diperkenalkan pada 2014.
Tingginya partisipasi pemilih mencerminkan antusiasme masyarakat dalam menentukan arah masa depan negara pasca-pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Kandidat Pilpres Korsel
Dalam pilpres kali ini, ada dua kandidat utama yang mendominasi yakni: Lee Jae-myung dari Partai Demokratik dan Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP).
Lee, seorang mantan gubernur dan aktivis hak asasi manusia, dikenal sebagai tokoh oposisi yang memimpin upaya pemakzulan Yoon.
Dalam kampanyenya, ia berjanji untuk memulihkan stabilitas nasional, menurunkan biaya hidup, dan memperluas bantuan sosial bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Sementara itu, Kim Moon-soo, mantan aktivis buruh yang kini menjadi tokoh konservatif, berjanji untuk mereformasi sistem politik dan memperkuat stabilitas nasional.
Ia memulai kampanye terakhirnya di Pulau Jeju, dengan pesan rekonsiliasi dan penolakan terhadap gaya kepemimpinan Lee yang dinilainya otoriter.
Kim juga menyampaikan permintaan maaf atas tindakan Yoon dan menyatakan bahwa PPP akan melakukan introspeksi mendalam.
Prediksi Hasil Pilpres
Berdasarkan berbagai survei dan analisis menjelang pemilihan presiden Korea Selatan pada 3 Juni 2025, Lee Jae-myung dari Partai Demokratik diprediksi akan memenangkan pemilu tersebut.
Lee, yang sebelumnya kalah tipis dari Yoon Suk Yeol pada pemilu 2022, kini memimpin dalam berbagai jajak pendapat dengan selisih yang signifikan dibandingkan lawannya dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP), Kim Moon-soo.
Menurut analisis meta oleh Hankyoreh dan STI yang dikutip dari laman Hankyoreh, Lee diperkirakan memperoleh antara 48,5 persen hingga 50,1 persen suara, sementara Kim berada di kisaran 39,1 persen hingga 39,7 persen.
Keunggulan Lee juga terlihat dalam survei Gallup Korea yang dirilis pada akhir Mei, di mana ia memperoleh dukungan sekitar 49 persen, sementara Kim mendapatkan sekitar 36 persen.
Faktor utama yang mendukung Lee adalah perannya dalam memimpin pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol setelah deklarasi darurat militer yang kontroversial pada Desember 2024.
Lee juga berjanji untuk memulihkan stabilitas politik dan ekonomi, serta menawarkan program bantuan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan latar belakang ini, Lee Jae-myung diperkirakan akan memenangkan pemilu dan dilantik sebagai presiden pada 4 Juni 2025.
Sebaliknya, Kim Moon-soo menghadapi tantangan dalam menarik dukungan karena keterkaitannya dengan pemerintahan Yoon dan kurangnya kritik terhadap tindakan Yoon.
Hal ini membuatnya kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan dari pemilih yang menginginkan perubahan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.