10 Negara dengan Tingkat Perceraian Tertinggi di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?
Inilah 10 negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia beserta alasannya.
TRIBUNNEWS.COM – Tak semua hubungan pernikahan berjalan sesuai harapan. Banyak pasangan akhirnya memilih berpisah melalui perceraian.
Di beberapa negara, tingkat perceraian jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain.
Petrelli Previtera, LLC, firma hukum keluarga yang mengkhususkan diri dalam perceraian dan isu-isu hukum keluarga lainnya, di tahun 2024 merilis daftar 10 negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia, beserta faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka tersebut.
1. Maladewa
Tingkat perceraian: 5,5 per 1.000 orang
Negara kepulauan ini telah lama mencatat angka perceraian tertinggi.
Pada 2002, Maladewa bahkan masuk dalam Guinness Book of World Records sebagai negara dengan tingkat perceraian tertinggi: 10,97 per 1.000 orang.
Faktor penyebabnya antara lain proses perceraian yang mudah dan murah, serta meningkatnya akses pendidikan dan kemandirian finansial perempuan.
Norma sosial juga semakin menerima perceraian, sehingga stigma terhadap pasangan yang bercerai semakin berkurang.

2. Kazakhstan
Tingkat perceraian: 4,6 per 1.000 orang
Meski tidak setinggi Maladewa, angka perceraian di Kazakhstan masih tergolong tinggi. Studi dari Institut Kazakhstan untuk Hak dan Kesetaraan menyebutkan faktor utama perceraian antara lain:
- Campur tangan kerabat (61 persen)
- Kurangnya batasan moral (41 persen)
- Proses perceraian yang mudah (25 persen)
- Perubahan sikap terhadap pernikahan
- Peran gender tradisional yang masih dominan
Baca juga: Dampak Ekonomi Usai Perceraian Kian Berat, Ini Solusi dari Kemenag
Meski begitu, pernikahan tetap dihargai. Sebanyak 82,5% pemuda Kazakhstan (usia 18–29 tahun) berharap bisa menikah dan memiliki anak.
3. Guam
Tingkat perceraian: >4,3 per 1.000 orang
Sebagai wilayah kecil milik AS di Samudra Pasifik, Guam mencatat angka perceraian tinggi karena proses perceraian yang mudah dan minimnya persyaratan tempat tinggal sebelum mengajukan cerai.
4. Rusia
Tingkat perceraian: 3,9 per 1.000 orang
Dengan populasi lebih dari 144 juta jiwa, angka perceraian di Rusia tinggi karena:
- Alkoholisme
- Masalah keuangan
- Kurangnya komunikasi antarpasangan
- Perselingkuhan
- Sistem perceraian tanpa kesalahan (no-fault divorce)
- Pasangan dapat mengajukan cerai tanpa harus membuktikan alasan atau hidup terpisah lebih dulu.
5. Moldova
Tingkat perceraian: 3,8 per 1.000 orang
Negara kecil di Eropa Timur ini memiliki tantangan sosial seperti pernikahan usia dini (12% menikah sebelum usia 18), kemiskinan, dan budaya "macho" yang mendorong perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Perempuan yang semakin mandiri turut mendorong peningkatan angka perceraian.
6. Belarus
Tingkat perceraian: 3,7 per 1.000 orang
Konsumsi alkohol, pengangguran, kekerasan rumah tangga, dan masalah perumahan menjadi penyebab utama perceraian.
Prosedur cerai di Belarus juga tergolong mudah, bahkan dapat diselesaikan dalam waktu 1–2 bulan jika tanpa sengketa.
7. China
Tingkat perceraian: 3,2 per 1.000 orang
Angka perceraian meningkat karena pasangan tinggal terpisah untuk bekerja, nilai-nilai tradisional tergantikan oleh pandangan modern, dan perempuan menjadi lebih mandiri secara ekonomi.
Baca juga: Pernah Alami Nasib seperti Paula Verhoeven, Emma Waroka Singgung soal Luka Perceraian
Perceraian juga semakin diterima secara sosial.
8. Aruba
Tingkat perceraian: 2,9 per 1.000 orang
Pulau Karibia ini mengalami peningkatan perceraian seiring menurunnya angka pernikahan.
Kurangnya pendidikan disebut sebagai salah satu faktor dominan.
Prosedur hukum juga memungkinkan waktu pisah dipersingkat dari tiga tahun menjadi satu tahun.
9. Lithuania
Tingkat perceraian: 2,8 per 1.000 orang
Negara Eropa ini telah mengalami perubahan politik dan ekonomi yang besar sejak merdeka dari Uni Soviet.
Ketidakstabilan ini menyebabkan masalah keuangan dan alkoholisme, sehingga meningkatkan kemungkinan perceraian.
Selain itu, pengangguran yang tinggi dan aktivitas yang berhubungan dengan disabilitas meningkatkan kemungkinan perceraian, terutama di daerah pedesaan.
Hukum Lithuania memudahkan perceraian.
Sementara proses Perceraian Berdasarkan Kesalahan dapat memakan waktu hingga tiga tahun, perceraian berdasarkan kesepakatan bersama dapat diproses dalam waktu tiga bulan saja.
10. Republik Dominika
Tingkat perceraian: 2,7 per 1.000 orang
Di Republik Dominika, 9% anak perempuan dipaksa menikah pada usia 15 tahun, dan 31% sebelum usia 18 tahun.
Hal ini menciptakan generasi pasangan yang menikah terlalu dini tanpa kedewasaan, sehingga meningkatkan kemungkinan perceraian.
Selain itu, budaya machismo di negara Karibia ini mendorong pria untuk berselingkuh, yang mendorong wanita untuk bercerai.
Belum lagi kemiskinan, pengangguran, kekerasan, dan masalah keluarga yang umum terjadi, yang menyebabkan stres dan perceraian.
Selain itu, undang-undang perceraian tertentu, seperti perceraian dengan persetujuan bersama dan perceraian karena ketidakcocokan dapat membuat proses perceraian sedikit lebih mudah.
Versi Lain
Sebagai perbandingan, berikut daftar 10 negara dengan tingkat perceraian tertinggi versi Advokatsmart.no, berdasarkan data PBB dan World Population Review:
1. Georgia – 3,8 per 1.000 (2022)
2. Belarus – 3,7 per 1.000 (2021)
3. Moldova – 3,7 per 1.000 (2022)
4. Latvia – 2,9 per 1.000 (2022)
5. Republik Dominika – 2,7 per 1.000 (2022)
6. Greenland – 2,7 per 1.000 (2022)
7. Lithuania – 2,6 per 1.000 (2022)
8. Kosta Rika – 2,5 per 1.000 (2021)
9. Mesir – 2,4 per 1.000 (2021)
10. Iran – 2,4 per 1.000 (2021)
Karena tidak semua negara merilis data terbaru, daftar ini hanya mencakup negara-negara yang menyediakan data dari tahun 2021 atau 2022.
Bagaimana dengan Indonesia?
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik tahun 2024 (yang diperbarui 14 Februari 2025), terdapat total 399.921 kasus perceraian di seluruh Indonesia.
Provinsi dengan jumlah perceraian terbanyak adalah Jawa Barat dengan 88.985 kasus, diikuti Jawa Timur dengan 79.293 kasus dan Jawa Tengah dengan 64.937 kasus.
Sementara itu alasan paling umum dalam perceraian adalah karena faktor perselisihan dan pertengkaran terus menerus.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.