Rusuh di Amerika Serikat
5 Tahun Kematian George Floyd, Narasi Palsu soal Overdosis Masih Beredar
Lima tahun setelah George Floyd tewas, klaim palsu soal overdosis masih dipakai untuk bela Chauvin.
Ahli komunikasi digital menyebut internet telah menjadi alat yang mempercepat penyebaran misinformasi rasis.
Ramesh Srinivasan dari UCLA menilai sistem media sosial memberi ruang lebih besar bagi konten ekstrem dan provokatif.
Deen Freelon dari University of Pennsylvania menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap misinformasi.
Karena menurutnya, korban terbesar dari kebohongan adalah mereka yang selama ini paling terdampak diskriminasi.
Kronologi Kasus Kematian George Floyd
Pada 25 Mei 2020, George Floyd, seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun, ditangkap oleh polisi di Minneapolis, Minnesota.
Ia diduga menggunakan uang palsu senilai 20 dolar di sebuah toko swalayan bernama Cup Foods.
Dua petugas polisi, Thomas Lane dan J Alexander Kueng, mendatangi lokasi dan menemukan Floyd berada di dalam mobil.
Mereka meminta Floyd keluar, memborgolnya, dan mencoba memasukkannya ke dalam mobil patroli.
Baca Selanjutnya: Kematian george floyd trump fbi departemen kehakiman sudah saya perintahkan lakukan penyelidikan
Floyd menolak masuk, mengatakan bahwa ia merasa sesak napas dan takut ruang sempit.
Dua petugas tambahan, Derek Chauvin dan Tou Thao, tiba untuk membantu.
Saat Floyd berada di tanah, Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya selama 9 menit 29 detik.
Selama proses itu, Floyd berulang kali berkata, “Saya tidak bisa bernapas,” namun Chauvin tetap menekannya.
Floyd akhirnya kehilangan kesadaran dan tidak merespons.
Ia dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal sekitar satu jam kemudian.
Keesokan harinya, 26 Mei 2020, video penangkapan brutal itu beredar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.