Filipina Kecam Manuver Agresif Tiongkok, Tuduh China Tabrak Kapal dan Tembakkan Meriam Air
Filipina kecam tindakan agresif China yang telah melakukan serangan dengan menembak meriam air dan menabrakkan kapal hingga mengancam nyawa sipil
Adapun ketegangan terjadi buntut sengketa Laut Cina Selatan yang merupakan wilayah strategis yang kaya sumber daya alam dan jalur pelayaran penting dunia.
China mengklaim hampir seluruh kawasan ini melalui konsep "sembilan garis putus-putus" (nine-dash line), yang mencakup wilayah yang juga diklaim oleh beberapa negara ASEAN, termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
Namun Filipina menolak klaim sepihak China dan mengacu pada putusan Mahkamah Arbitrase Internasional tahun 2016 yang menyatakan bahwa klaim China tidak memiliki dasar hukum.
Buntut Ketegangan ini, dalam beberapa tahun terakhir insiden antara kapal penjaga pantai dan kapal militer kedua negara meningkat.
Di ahun 2023-2025. China kerap menembakkan meriam air, memblokir, hingga menabrak kapal Filipina yang melakukan patroli atau misi logistik ke kawasan seperti Beting Thomas Kedua dan Sandy Cay.
Dengan konflik yang semakin sering terjadi, kemungkinan eskalasi terbuka tetap ada.
Namun, Filipina menegaskan komitmennya pada penyelesaian damai melalui jalur hukum dan diplomatik.
Di sisi lain, China bersikeras mempertahankan klaimnya dan menolak intervensi asing.
Ketegangan ini tidak hanya mengancam hubungan bilateral, tetapi juga berdampak pada stabilitas kawasan Indo-Pasifik secara keseluruhan.
Sebagai bentuk antisipasi, Filipina sejauh ini telah mengambil strategi terbuka dengan mempublikasikan video dan laporan insiden yang melibatkan kapal China.
Langkah ini bertujuan menekan China secara diplomatik dan memancing kecaman dari komunitas global serta menggalang dukungan internasional,
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.