Konflik Rusia Vs Ukraina
Intelijen Rusia Retas Kamera dan Sistem Logistik untuk Mata-matai Bantuan ke Ukraina
Inggris ungkap intelijen Rusia retas kamera keamanan dan sistem logistik demi memata-matai bantuan Barat untuk Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengungkap intelijen Rusia terlibat dalam operasi siber besar-besaran untuk memata-matai pengiriman bantuan ke Ukraina.
Informasi ini terungkap dalam laporan gabungan yang dirilis pada Rabu (21/5/2025).
Rusia disebut meretas kamera pengintai dan sistem logistik milik perusahaan-perusahaan di negara-negara Barat, termasuk Inggris, untuk melacak pergerakan bantuan militer dan kemanusiaan ke Kyiv.
Unit peretas yang bertanggung jawab atas operasi ini dikenal dengan nama Star Blizzard.
Star Blizzard sendiri dikenal sebagai kelompok elite siber yang diyakini berada di bawah kendali dinas intelijen domestik Rusia, FSB.
Kelompok ini sebelumnya juga dikenal dengan nama Callisto Group atau Cold River.
Star Blizzard telah lama menjadi perhatian badan intelijen Barat karena aktivitas peretasan yang ditargetkan ke lembaga-lembaga strategis.
Menurut Kementerian Luar Negeri Inggris, Star Blizzard menjalankan serangan canggih ke sistem TI perusahaan logistik, instalasi militer, hingga organisasi sipil yang terlibat dalam pengiriman bantuan ke Ukraina.
Serangan mereka tidak hanya ditujukan untuk mencuri data sensitif, BBC melaporkan.
Mereka juga memanfaatkan ribuan kamera keamanan yang tersambung ke internet untuk mengamati secara real-time aktivitas di titik-titik pengiriman logistik.
“Rusia secara aktif mencoba mengintai dan mengganggu jalur bantuan ke Ukraina,"
Baca juga: 5 Peristiwa Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1183: Pokrovsk Membara! Zelensky Akui Pertempuran Terberat
"Mereka menyerang perusahaan logistik, memata-matai jalur suplai, dan bahkan mengakses kamera pengawas sipil,” kata Menteri Keamanan Inggris, Tom Tugendhat, dalam pernyataan resminya.
Ia menyebut langkah Rusia sebagai bagian dari “perang dunia maya yang nyata dan berbahaya.”
Pemerintah Inggris telah menjatuhkan sanksi terhadap dua warga Rusia yang diduga sebagai anggota inti Star Blizzard, yakni Anatoliy Vladimirovich Kukharskyi dan Aleksandr Gennadyevich Isayev.
Keduanya dituduh terlibat langsung dalam operasi siber untuk mengakses sistem email, infrastruktur TI, dan data logistik milik perusahaan di Inggris dan negara-negara sekutu NATO lainnya.
Sanksi Tambahan
Bersamaan dengan pengumuman ini, Amerika Serikat juga memberikan sanksi tambahan.
Washington menyerukan kerja sama internasional untuk menangkal aktivitas spionase siber yang dilakukan oleh Rusia.
“Ini adalah bagian dari kampanye Moskow yang lebih luas untuk merusak dukungan internasional terhadap Ukraina,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Ia menegaskan bahwa peretasan terhadap fasilitas sipil seperti kamera pengintai menunjukkan betapa agresifnya taktik digital yang digunakan oleh Rusia dalam perang ini.
Para pakar keamanan siber menyebut teknik yang digunakan Star Blizzard sangat terstruktur.
Sering kali Star Blizzard memanfaatkan phishing—metode manipulasi psikologis untuk mencuri kredensial login—serta malware tingkat tinggi untuk menyusup ke jaringan komputer lawan.
Beberapa perusahaan logistik melaporkan adanya aktivitas mencurigakan di server mereka dalam beberapa bulan terakhir.
Namun tidak menyangka bahwa serangan itu berkaitan langsung dengan aktivitas intelijen Rusia.
“Yang membuat mengkhawatirkan adalah mereka bukan hanya menyusup ke sistem militer, tapi juga ke sektor sipil seperti pengiriman makanan, obat-obatan, bahkan organisasi kemanusiaan,” kata seorang analis dari National Cyber Security Centre Inggris (NCSC), dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Rusia Melunak, Sebut Rencana Pertahanan Kubah Emas Trump Urusan Kedaulatan Amerika Serikat
Dengan menyusup ke jaringan kamera dan sistem logistik, Rusia diduga dapat mengetahui lokasi pengiriman amunisi, jadwal pengangkutan peralatan berat, hingga jalur darat yang digunakan untuk mengirim bantuan dari Polandia, Rumania, dan negara Eropa Timur lainnya ke Ukraina.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.