Konflik Palestina Vs Israel
4 Fakta Keretakan Hubungan Trump dan Netanyahu: Manipulasi hingga Perubahan Arah Diplomasi
Hubungan Trump dan Netanyahu dikabarkan retak. Trump disebut marah karena merasa dimanfaatkan dan mulai menjauh dari Israel.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan memburuk secara dalam beberapa pekan terakhir.
Trump dan Netanyahu selama ini dikenal sebagai sekutu dekat.
Sejumlah laporan menunjukkan Trump kini memilih menjaga jarak.
Presiden AS itu dikabarkan memutus kontak langsung dengan Netanyahu.
Media Israel menyebut keretakan ini dipicu oleh berbagai faktor.
Mulai dari dugaan manipulasi oleh utusan Netanyahu hingga pemecatan penasihat keamanan nasional AS yang diam-diam berhubungan dengan pejabat Israel.
Di sisi lain, Trump juga mulai mengubah pendekatan luar negerinya terhadap Timur Tengah dengan menjalin hubungan lebih luas ke dunia Arab.
Berikut empat fakta penting yang menandai renggangnya hubungan dua tokoh ini:
1. Trump Putus Kontak Langsung dengan Netanyahu
Trump dilaporkan sudah tidak lagi berkomunikasi langsung dengan Netanyahu sejak beberapa waktu terakhir.
Army Radio Israel mengungkapkan, sumber dekat pemerintahan menyebut Trump merasa dimanipulasi oleh Ron Dermer, penasihat senior Netanyahu.
Baca juga: Istri PM Israel Benjamin Netanyahu Keceplosan, Sebut Kurang dari 24 Sandera Masih Hidup di Gaza
Dermer disebut menekan Partai Republik untuk lebih keras membela Israel dalam perang melawan Hamas.
Menurut laporan jurnalis Yanir Cozin, Trump sangat tidak suka ditekan dan merasa Israel sudah bertindak kelewat batas.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada JNS.org kalau Trump merasa dimanfaatkan dan dibohongi.
"Ia tidak suka dipermainkan, dan menganggap Dermer bersikap arogan.”
Langkah Trump untuk memutus komunikasi terjadi di tengah meningkatnya kritik internasional terhadap serangan Israel di Gaza
Meski dikenal sebagai pendukung kuat Israel, Trump kini mulai lebih hati-hati dan tidak selalu sejalan dengan Netanyahu.
2. Pemecatan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz
Ketegangan kian jelas ketika Trump memecat penasihat keamanannya, Mike Waltz, yang diketahui menjalin komunikasi rahasia dengan Israel.
Waltz disebut berdiskusi langsung dengan Netanyahu soal strategi menghadapi Iran dan Gaza, tanpa izin dari Gedung Putih.
Laporan dari Middle East Monitor menyebut Trump menganggap itu sebagai bentuk pengkhianatan yang tak bisa diterima.
Dikutip dari The Daily Beast, pemecatan Waltz adalah titik balik penting dalam perubahan sikap Trump terhadap Israel.
3. Arah Diplomasi AS Mulai Bergeser ke Dunia Arab
Seiring dengan keretakan tersebut, Trump juga mulai mengubah arah kebijakan luar negerinya di Timur Tengah.
Ia kini fokus mempererat hubungan dengan negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Baca juga: Netanyahu Diberi Surprise Trump, AS-Houthi Lakukan Gencatan Senjata, Israel Kecewa Berat
“Saya ingin perdamaian yang adil untuk semua pihak, bukan hanya satu negara," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Ini berbeda dengan pendekatannya di masa lalu yang sangat berpihak kepada Israel.
4. Netanyahu Bungkam, Analis Sebut Ini Sinyal Bahaya
Hingga kini, Netanyahu belum memberikan komentar resmi terkait laporan memburuknya hubungan ini.
Sejumlah analis menilai ketegangan ini nyata.
Barak Ravid dari The Times of Israel mengatakan, “Ini bukan pemutusan total, tapi jelas menjadi peringatan bahwa Israel tidak bisa bertindak semaunya meskipun mereka sekutu dekat AS.”
Ringkasan Perkembangan Terkini Perang Israel-Hamas
Dikutip dari Al Jazeera, berikut ini laporan terbaru mengenai situasi di Gaza:
-
Ribuan Warga Israel Demo di Tel Aviv, Tuntut Netanyahu Akhiri Perang dan Bebaskan Tawanan
Ribuan warga Israel kembali menggelar unjuk rasa di pusat kota Tel Aviv pada Sabtu (10/5/2025), menuntut pemerintah segera mengakhiri perang di Gaza dan membebaskan para tawanan yang masih ditahan.
Menurut laporan Haaretz, demonstrasi utama digelar oleh Forum Sandera dan Keluarga Hilang di “Lapangan Sandera”, lokasi yang menjadi pusat aksi mingguan keluarga tawanan.
Unjuk rasa lain juga berlangsung di depan markas militer Israel, tempat para kerabat tawanan menyuarakan frustrasi mereka atas lambatnya upaya pembebasan.
Sementara itu, protes antipemerintah yang terpisah digelar di Lapangan Habima, juga di Tel Aviv.
Dalam aksi di Lapangan Habima, Times of Israel melaporkan pernyataan keras dari Shai Mozes, seorang anak dari pasangan yang sebelumnya ditawan dan kini telah dibebaskan.
“Musuh sebenarnya Israel bukanlah Hamas, tetapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menghancurkan Israel sebagai negara Yahudi dan demokratis,” ujarnya di hadapan massa.
Baca juga: Rencana Israel untuk Pindahkan Warga Palestina Keluar dari Gaza Ilegal, Kata Norwegia dan Islandia
Koresponden Al Jazeera, Hamdah Salhut, melaporkan dari Amman bahwa keluarga tawanan menuding Netanyahu memperpanjang perang demi keuntungan politik pribadi.
Mereka mengklaim Netanyahu menolak berkompromi dalam negosiasi gencatan senjata yang bisa membuka jalan bagi pembebasan sandera.
Saat ini, masih ada 59 tawanan Israel yang tersisa di Gaza.
Menurut pejabat Israel, 35 di antaranya dipastikan telah tewas, 21 masih diyakini hidup, dan nasib tiga lainnya belum diketahui.
Pemerintah Israel menyatakan belum akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata.
Pejabat militer mengatakan pembebasan tawanan lebih mungkin dilakukan melalui operasi militer, pandangan yang ditentang keras oleh keluarga para sandera dan sebagian besar masyarakat.
-
Israel Gempur Gaza, 21 Tewas Termasuk Anak-Anak, Serangan Sasar Tenda Pengungsi dan Rumah Warga
Sedikitnya 21 warga Palestina tewas dalam serangkaian serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak Sabtu (10/5/2025) dini hari, di tengah blokade yang telah berlangsung berbulan-bulan dan memperburuk krisis kemanusiaan.
Menurut laporan Wafa, lima anggota keluarga Tlaib tewas setelah sebuah tenda di lingkungan Sabra, Kota Gaza, dibom pada Sabtu pagi.
Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak mereka yang sedang tidur saat serangan terjadi.
“Tanpa peringatan dan tanpa melakukan kesalahan apa pun,” kata Omar Abu al-Kass, kerabat keluarga korban, kepada kantor berita AFP.
Abu al-Kass menyebut dirinya adalah kakek dari pihak ibu anak-anak yang menjadi korban.
Beberapa jam setelahnya, serangan drone Israel kembali menewaskan enam orang di lingkungan Tuffah, Kota Gaza.
Di daerah Sheikh Radwan, satu serangan lain menghantam apartemen milik keluarga Zaqout.
Baca juga: IRGC Siap Buka Gerbang Neraka, Israel Ancam Ratakan Teheran Iran Seperti Mereka Hancurkan Gaza
Sementara itu, pada Sabtu malam, empat warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara yang menargetkan tenda-tenda pengungsi di Deir al-Balah, Gaza tengah.
Serangan tersebut menghantam lokasi tempat keluarga-keluarga terlantar berlindung.
Secara keseluruhan, 21 orang tewas akibat serangan udara yang dilaporkan terjadi tanpa jeda sejak Sabtu pagi.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.