Konflik Palestina Vs Israel
Israel Tutup Paksa 6 Sekolah PBB di Yerusalem, Ratusan Siswa Terusir
Militer Israel menutup paksa 6 sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di wilayah Yerusalem Timur, serta mengusir ratusan siswa dan guru
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM – Pasukan militer Israel dilaporkan menutup paksa sekolah-sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah Yerusalem Timur.
Menurut laporan yang dirilis Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), setidaknya ada 6 sekolah yang ditutup paksa militer.
Seorang juru bicara UNRWA mengatakan pengusiran dilakukan pada tanggal 8 Mei 2025.
Dimana saat itu pasukan Israel yang bersenjata lengkap, disertai dengan pejabat pendidikan dan kota, secara paksa memasuki dan menutup tiga sekolah UNRWA di kamp pengungsi Shuafat di Yerusalem Timur yang diduduki.
Selanjutnya tiga sekolah PBB lainnya ikut ditutup, membuat ratusan siswa dan guru yang tengah melakukan proses pembelajaran harus angkat kaki dari lokasi tersebut.
Pemerintah Israel mengklaim bahwa sekolah-sekolah tersebut beroperasi tanpa izin resmi.
Selain itu Israel mengklaim bahwa sekolah-sekolah UNRWA mengajarkan konten antisemit dan sentimen anti-Israel.
Sementara UNRWA dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa penutupan ini menghambat hak dasar anak-anak Palestina untuk mendapatkan pendidikan.
Picu Traumatis Bagi Pelajar Yerusalem
Kendati Kementerian Pendidikan Israel telah berjanji akan menempatkan para siswa-siswa dari sekolah yang ditutup di sekolah-sekolah lainnya di Yerusalem.
Akan tetapi penutupan ini memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan pendidik mengenai masa depan pendidikan anak-anak mereka.
Banyak yang khawatir bahwa anak-anak akan menghadapi kesulitan untuk mengakses sekolah alternatif, terutama karena pembatasan pergerakan dan risiko keamanan di wilayah tersebut.
Baca juga: Rencana Israel untuk Pindahkan Warga Palestina Keluar dari Gaza Ilegal, Kata Norwegia dan Islandia
Sementarta itu Friedrich menyebut peristiwa itu sebagai pengalaman traumatis bagi anak-anak yang berisiko langsung kehilangan akses ke pendidikan.
"Ini pengalaman traumatis bagi anak-anak muda yang langsung kehilangan akses mereka ke pendidikan," ungkap Friedrich.
"Kini, hampir 800 anak perempuan dan laki-laki, beberapa di antaranya berusia 6 tahun, mengalami syok dan trauma. ," tambah Friedrich mengutip laman ersmi UNRWA.
Lebih lanjut imbas kebijakan kontroversi Israel, sekitar 800 anak kini terancam kehilangan akses pendidikan tanpa alternatif.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.