Kashmir Memanas: AS-Cina Serukan India-Pakistan Menahan Diri
Ketegangan India dan Pakistan meningkat setelah serangan di Kashmir. Dunia internasional, termasuk Cina dan AS, mendesak penyelesaian…
Ketegangan antara India dan Pakistan meningkat tajam setelah serangan militan di Kashmir yang menewaskan 26 warga sipil. Reaksi keras datang dari kedua negara, baik secara politik maupun militer.
Kepala Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, memperingatkan agar pemerintah India tidak bertindak gegabah dan justru mengasingkan warga Kashmir, yang sebelumnya telah menunjukkan penolakan terhadap kekerasan itu.
"Kita tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat rakyat merasa terasing, apalagi setelah reaksi spontan mereka yang menolak serangan ini," ujarnya.
"Senjata hanya bisa mengendalikan militansi, bukan mengakhirinya. Itu hanya akan berakhir jika rakyat bersama kita."
Di Pakistan, Menteri Pertahanan Khawaja Muhammad Asif menyatakan bahwa serangan dari India kemungkinan besar akan segera terjadi dan bahwa militer Pakistan telah mengambil langkah antisipatif.
"Kami hanya akan menggunakan senjata nuklir jika ada ancaman langsung terhadap eksistensi negara kami," tegasnya.
India juga memblokir 16 akun YouTube asal Pakistan, termasuk media besar seperti Dawn dan ARY News, karena dianggap menyebarkan konten provokatif.
Sementara itu, India mengancam akan menangguhkan Perjanjian Air Indus, yang penting bagi kebutuhan pertanian Pakistan. Jika benar dilakukan, ancaman ini bisa memperparah ketegangan dan berdampak besar terhadap ekonomi Pakistan yang rentan.
Antropolog: Penentuan nasib sendiri Kashmir jadi inti konflik
Natasha Raheja, antropolog politik dari Universitas Cornell, mengungkapkan bahwa "penolakan terhadap penentuan nasib sendiri Kashmir" merupakan inti dari konflik India-Pakistan.
Ia menambahkan, "Inti dari perselisihan ini adalah perjuangan yang terus berlanjut dan penolakan terhadap penentuan nasib sendiri Kashmir. Ini adalah wilayah yang terperangkap dalam sejarah perbatasan kolonial yang digambar dengan terburu-buru serta aksesi negara-negara pribumi yang terburu-buru."
Raheja juga menyatakan bahwa kedua negara memiliki sejarah "memanfaatkan populasi minoritas mereka satu sama lain."
Ia menekankan, "Rakyat Kashmir menderita dan suara mereka dibayangi oleh tontonan militer di perbatasan."
Terkait solusi konflik, Raheja berpendapat, "Orang-orang di kedua sisi perbatasan harus bekerja sama dan mereka harus mempertanyakan apa yang dilakukan oleh perbatasan ini."
Ketegangan terus meningkat, dengan tentara India dan Pakistan terlibat baku tembak pada malam keempat berturut-turut, meski tidak ada korban jiwa.
India menuduh Pakistan mendukung militansi setelah serangan di Pahalgam, yang dibantah oleh Pakistan dan menyerukan investigasi independen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.