Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1157: Lavrov Klaim Rusia Siap Capai Kesepakatan tapi Perlu Dipoles
Sergei Lavrov menyatakan Moskow siap untuk mencapai kesepakatan, namun masih ada beberapa poin spesifik yang perlu disempurnakan.
TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.157 pada Kamis (25/4/2025).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mempersingkat perjalanan diplomatiknya ke Afrika Selatan setelah serangan dahsyat mengguncang ibu kota Kyiv.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan Moskow siap untuk mencapai kesepakatan, namun masih ada beberapa poin spesifik yang perlu disempurnakan.
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.157:
-
Zelensky Kembali ke Ukraina Setelah Serangan Mematikan di Kyiv, 12 Tewas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mempersingkat perjalanan diplomatiknya ke Afrika Selatan (Afsel) setelah serangan dahsyat mengguncang ibu kota Kyiv.
Serangan ini menewaskan setidaknya 12 orang, termasuk seorang saudara laki-laki dan perempuan yang berusia 21 dan 19 tahun.
Zelensky, yang sedang berada di luar negeri, segera kembali ke Ukraina setelah menerima kabar tentang serangan tersebut.
Presiden Ukraina menyatakan petugas penyelamat masih terus bekerja keras untuk mencari korban selamat di antara reruntuhan bangunan yang hancur.
Serangan ini menjadi salah satu serangan mematikan yang menghantam Kyiv, yang tengah berjuang dalam situasi konflik yang semakin intensif.
Pihak berwenang Ukraina belum memberikan rincian lebih lanjut tentang siapa yang bertanggung jawab atas serangan ini, namun mereka terus mengintensifkan upaya penyelidikan.
Serangan tersebut menggambarkan betapa rentannya situasi di Kyiv, meskipun berbagai upaya untuk memperkuat pertahanan kota telah dilakukan.
Baca juga: Tolak Akui Aneksasi Rusia atas Krimea, Zelensky Dituduh Merusak Diplomasi untuk Kesepakatan Damai
-
Zelensky Ungkap Serangan Rusia Terkait Rudal Korea Utara, Sebut Aliansi Rusia-Pyongyang sebagai Kejahatan
Zelensky mengungkapkan analisis awal telah mengaitkan serangan Rusia di Ukraina dengan rudal balistik yang diproduksi di Korea Utara.
Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui platform X, Zelensky menyebutkan bahwa jika informasi ini terbukti benar, itu akan menjadi bukti lebih lanjut dari aliansi kriminal antara Rusia dan Korea Utara.
Presiden Ukraina menambahkan aliansi tersebut "membunuh orang dan menyiksa kehidupan bersama" di Ukraina.
Zelensky dengan tegas mengutuk peran Korea Utara dalam mendukung serangan Rusia dengan menyediakan teknologi rudal balistik.
Klaim ini semakin memanaskan ketegangan internasional, dengan Ukraina dan sekutu-sekutunya mengecam keterlibatan negara-negara lain dalam konflik ini.
Pernyataan Zelensky ini menambah bukti bahwa perang di Ukraina melibatkan lebih banyak negara dan aliansi yang saling mendukung satu sama lain dalam melancarkan serangan terhadap Ukraina.
-
Zelensky: Pasukan Rusia Gagal Menghadapi Serangan Udara dan Darat di Ukraina
Zelensky mengungkapkan pasukan Rusia berusaha menutupi peningkatan serangan darat dengan serangan udara pada Jumat pagi.
Ia mengutip pernyataan dari komandan militer tertinggi Ukraina yang menyebutkan bahwa pasukan Rusia mencoba menggandakan serangan udara untuk memperkuat serangan darat mereka.
Namun, Zelensky menegaskan pasukan Ukraina "ditolak dengan cara yang pantas" oleh tentara Ukraina yang bertahan dengan gigih.
Meskipun serangan udara Rusia semakin intensif, pasukan Ukraina terus melakukan perlawanan kuat dan berhasil menggagalkan upaya serangan darat yang dilancarkan pasukan musuh.
Menurut laporan resmi yang dilansir dari pihak militer Ukraina, tentara Rusia berusaha mempercepat ofensif mereka dengan serangan udara untuk mengalihkan perhatian pasukan Ukraina dari ancaman darat.
Taktik ini tidak berhasil, dan pasukan Ukraina tetap mampu mengimbangi serangan tersebut.
-
Lavrov: Rusia Siap Capai Kesepakatan, Tetapi Beberapa Poin Masih Perlu Disempurnakan
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.156: Zelensky Unggah Bukti Trump Pernah Tolak Rusia Aneksasi Krimea
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan Moskow siap untuk mencapai kesepakatan, namun masih ada beberapa poin spesifik yang perlu disempurnakan.
Lavrov menambahkan bahwa Rusia saat ini tengah sibuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, dikutip dari CNN.
Pernyataan Lavrov ini mencuat di tengah perkembangan diplomatik yang melibatkan sejumlah tokoh penting, termasuk Steve Witkoff, seorang pedagang real estat dan teman dekat mantan Presiden AS Donald Trump.
Witkoff dijadwalkan akan tiba di Rusia pada hari Jumat dan diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Meskipun demikian, Lavrov menekankan bahwa sejauh ini Trump belum memberikan penjelasan lebih rinci mengenai unsur-unsur dari kesepakatan yang dimaksud.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.