Senin, 29 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tolak Akui Aneksasi Rusia atas Krimea, Zelensky Dituduh Merusak Diplomasi untuk Kesepakatan Damai

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia akan melanggar konstitusi Ukraina.

Penulis: Nuryanti
Kantor Presiden Ukraina
ZELENSKY - Foto ini diambil dari laman Kepresidenan Ukraina pada Kamis (10/4/2025), memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara dalam pidato hariannya pada Rabu (9/4/2025). Zelensky mengatakan bahwa mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia akan melanggar konstitusi Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia menuduh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah merusak diplomasi yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan damai.

Tuduhan ini diberikan setelah Zelensky menolak untuk mengakui aneksasi Rusia atas Krimea pekan ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan kepada wartawan bahwa semakin jelas dari menit ke menit bahwa Zelensky tidak memiliki kapasitas untuk menegosiasikan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Zakharova mengatakan keputusan negara-negara Eropa untuk terus memasok senjata ke Kyiv mendorong Zelensky untuk melanjutkan perang, terlepas dari korban jiwa.

"Sikap mereka menunjukkan beberapa negara Eropa takut dengan prospek kemenangan Rusia," kata Zakharova, Kamis (24/4/2025), dilansir Al Arabiya.

Pernyataan Zelensky

Pada Selasa (22/4/2025), Zelensky mengatakan bahwa mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia akan melanggar konstitusi Ukraina.

Ukraina mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mengupayakan gencatan senjata penuh dan tanpa syarat.

Setelah pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS), Ukraina menyetujui gencatan senjata selama 30 hari bulan lalu, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi dengan daftar persyaratan dan pertanyaan, dengan mengatakan jeda seperti itu akan memberi Ukraina kesempatan untuk memobilisasi lebih banyak tentara dan memperoleh lebih banyak senjata.

Di sisi lain, Zelensky dan Presiden AS Donald Trump kembali berselisih pada Rabu (23/4/2025), dengan Trump menegur pemimpin Ukraina tersebut karena menolak mengakui klaim Rusia atas semenanjung Krimea, yang dianeksasinya dari Ukraina pada 2014.

Trump dalam beberapa hari terakhir mengatakan bahwa ia akan meninggalkan upaya untuk menegosiasikan penyelesaian di Ukraina jika Kyiv dan Moskow tidak segera membuat kesepakatan.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.156: Zelensky Unggah Bukti Trump Pernah Tolak Rusia Aneksasi Krimea

Serangan Besar Rusia di Kyiv

Diberitakan AP News, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Kamis bahwa ia akan mempersingkat lawatan resminya ke Afrika Selatan.

Zelensky akan kembali ke Ukraina setelah serangan besar Rusia terhadap ibu kota Ukraina, Kyiv, dengan rudal dan pesawat tak berawak yang menewaskan sembilan orang dan melukai lebih dari 70 orang.

Serangan Rusia terhadap Kyiv terjadi saat perundingan perdamaian selama berminggu-minggu tampaknya akan mencapai titik puncaknya tanpa kesepakatan yang terlihat dan beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengecam Zelensky, menuduhnya memperpanjang "medan pembantaian" dengan menolak menyerahkan Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia sebagai bagian dari kemungkinan kesepakatan.

Zelensky telah berulang kali menegaskan selama perang yang berlangsung lebih dari tiga tahun bahwa mengakui wilayah yang diduduki sebagai wilayah Rusia adalah garis merah bagi negaranya.

Ia mencatat pada hari Kamis bahwa Ukraina telah menyetujui usulan gencatan senjata AS 44 hari yang lalu, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang dinegosiasikan, tetapi serangan Rusia terus berlanjut.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan