Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Pemimpin Oposisi Israel Sebut Zionis Harus Serang Fasilitas Nuklir Iran: Saatnya Ubah Timur Tengah

Benny Gantz, yang memimpin partai Persatuan Nasional Israel, mengatakan Israel harus dan dapat menyerang fasilitas nuklir Iran.

|
Penulis: Nuryanti
Tangkapan layar YouTube Al Jazeera Inggris
FASILITAS NUKLIR IRAN - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera Inggris yang tayang pada Sabtu (12/4/2025), menampilkan ilustrasi fasilitas nuklir Iran. Benny Gantz, yang memimpin partai Persatuan Nasional Israel, mengatakan Israel harus dan dapat menyerang fasilitas nuklir Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, mengatakan Israel harus menyerang Iran untuk mencegahnya mencapai kemampuan nuklir.

Permintaan ini disampaikan setelah muncul laporan pada Rabu (16/4/2025), Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memblokir rencana serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran untuk melanjutkan negosiasi yang sedang berlangsung antara AS dan Iran.

Benny Gantz, yang memimpin partai Persatuan Nasional Israel, mengatakan Israel "harus dan dapat menyerang Iran."

"Rezim Iran ahli dalam mengulur waktu," katanya, Kamis (17/4/2025), dikutip dari Al Arabiya.

"Negara Israel harus, dan dapat menghilangkan prospek kemampuan nuklir Iran."

"Berkoordinasi erat dengan sekutu besar kita, Amerika Serikat, sekarang saatnya mengubah Timur Tengah," terang Benny Gantz.

Sebelumnya, tepat sebelum perundingan pertama Iran dengan AS di Oman, Trump mengatakan Israel akan menjadi "pemimpin" serangan militer potensial terhadap Iran jika negara itu gagal menghentikan program senjata nuklirnya.

"Jika itu memerlukan militer, kami akan menggunakan militer," Associated Press melaporkan pernyataan Trump.

"Israel jelas akan sangat terlibat dalam hal itu. Mereka akan menjadi pemimpinnya. Namun, tidak ada yang memimpin kami, tetapi kami melakukan apa yang ingin kami lakukan," jelasnya.

Putaran kedua pembicaraan yang dimediasi oleh Oman dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini di Roma.

Para pejabat AS belum berkomentar secara terbuka di mana pembicaraan akan diadakan.

Baca juga: Menteri Luar Negeri Iran: Pengayaan Uranium Tidak Bisa Dinegosiasikan dalam Perundingan AS

Perundingan Nuklir Iran-AS

Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengirim menteri luar negerinya ke Rusia pada hari Kamis dengan sepucuk surat untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan dari Moskow menjelang putaran kedua perundingan nuklir dengan AS.

Donald Trump telah berulang kali mengancam Iran dengan pemboman dan memperluas tarif ke negara ketiga yang membeli minyaknya, jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington atas program nuklirnya yang disengketakan.

Amerika Serikat telah mengerahkan pesawat tempur tambahan ke wilayah tersebut.

Dilansir Arab News, AS dan Iran mengadakan pembicaraan di Oman akhir pekan lalu yang digambarkan oleh kedua belah pihak sebagai hal yang positif dan konstruktif.

Menjelang putaran kedua perundingan yang akan berlangsung di Roma akhir pekan ini, Menteri Luar Negeri, Abbas Araqchi, mengatakan pada Rabu, hak Iran untuk memperkaya uranium tidak dapat dinegosiasikan.

Rusia, sekutu lama Teheran, berperan dalam negosiasi nuklir Iran dengan Barat sebagai anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto dan penandatangan kesepakatan nuklir sebelumnya yang ditinggalkan Trump selama masa jabatan pertamanya pada 2018.

"Mengenai masalah nuklir, kami selalu melakukan konsultasi erat dengan teman-teman kami, Tiongkok dan Rusia."

"Sekarang ini adalah kesempatan yang baik untuk melakukannya dengan pejabat Rusia," kata Araqchi kepada TV pemerintah.

Negara-negara Barat mengatakan Iran sedang memurnikan uranium hingga tingkat kemurnian fisil yang tinggi, melampaui apa yang dapat dibenarkan untuk program energi sipil dan mendekati tingkat yang sesuai untuk bom atom.

Baca juga: AS Campur Tangan, Trump Ternyata Cegah Serangan Israel ke Iran, Pilih Tempuh Jalur Perundingan

Iran membantah berupaya mendapatkan senjata nuklir dan mengatakan bahwa mereka memiliki hak atas program nuklir sipil.

Moskow telah membeli senjata dari Iran untuk perang di Ukraina dan menandatangani kesepakatan kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Teheran awal tahun ini, meskipun tidak termasuk klausul pertahanan bersama.

Kedua negara tersebut merupakan sekutu medan perang di Suriah selama bertahun-tahun hingga sekutu mereka, Bashar Assad, digulingkan pada Desember 2024.

Putin tetap menjaga hubungan baik dengan Khamenei karena Rusia dan Iran dianggap sebagai musuh oleh Barat, tetapi Moskow ingin agar tidak memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.

Rusia telah mengatakan bahwa serangan militer apa pun terhadap Iran akan ilegal dan tidak dapat diterima.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved