Kamis, 2 Oktober 2025

Bikin Heboh, Ini Keuntungan Strategis Rusia Jika Tempatkan Pesawat Bomber di Biak Numfor Papua

Rusia ingin menempatkan beberapa pesawat jarak jauhnya, termasuk kemungkinan pesawat pengebom, di Pangkalan Udara Manuhua di Papua. Apa yang diincar?

White Swan/dsa
BOMBER JARAK JAUH - Pesawat pembom jarak jauh Rusia, Tu-160M. Rusia dilaporkan mengajukan izin untuk menempatkan sejumlah pesawatnya di pangkalan udara di Biak Numfor, Papua, sebuah kabar yang dibantah keras Kementerian Pertahanan Indonesia. 

Bikin Heboh, Ini Keuntungan Strategis Bagi Rusia Punya Pangkalan Udara di Biak Numfor Papua

TRIBUNNEWS.COM - Indonesia dikabarkan telah menerima permintaan resmi dari Rusia untuk mengerahkan pesawat militer jarak jauh milik angkatan udaranya (Russian Aerospace Forces) ke lokasi di negara Asia Tenggara ini.

Sebuah laporan dari portal berita pertahanan internasional menyatakan kalau Rusia ingin menempatkan beberapa pesawat jarak jauhnya, termasuk kemungkinan pesawat pengebom, di Pangkalan Udara Manuhua di provinsi paling timur Indonesia, Papua.

Baca juga: Pesawat Pengebom H-6K China Bawa Rudal Balistik Ancam Kapal dan Pangkalan Militer AS di Indo-Pasifik

Pangkalan udara ini berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisepo.

Kabar ini jelas bikin heboh. Bukan cuma di dalam negeri tetapi juga bagi negara-negara tetangga sekitar Indonesia, terutama Australia yang menjadi bagian dari Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS), rival Rusia.

Dalam perkembangan geostrategis, keberadaan aset militer Rusia ini, jika benar, akan berdampak besar pada lanskap Indo-Pasifik.

Pentingnya aspek strategis bagi Rusia untuk memiliki kehadiran atau akses ke pangkalan udara di Biak Numfor , Papua, dapat dilihat dari beberapa sudut pandang militer, geopolitik, dan geostrategis.

Berikut penjelasan detailnya dalam ulasan situs militer DSA, dikutip Rabu (16/4/2025):

Kontrol Geostrategis di Kawasan Indo-Pasifik

Biak Numfor terletak pada posisi yang sangat strategis di persimpangan antara Samudra Pasifik Bagian Barat dan Laut Arafura , dekat dengan alur laut utama yang digunakan oleh kapal-kapal komersial dan militer di kawasan Indo-Pasifik.

Dengan kehadirannya di Biak, Rusia dapat memantau pergerakan militer Amerika Serikat dan sekutunya , terutama di sekitar Australia, Guam, dan Laut Cina Selatan , yang merupakan titik panas geopolitik.

Bersaing dengan Pengaruh Amerika Serikat dan AUKUS

Kehadiran pangkalan udara di dekat Australia akan memberi Rusia pengaruh militer langsung di wilayah tempat AUKUS (Australia, Britania Raya, Amerika Serikat) memperluas kerja sama pertahanan mereka, termasuk transfer teknologi kapal selam nuklir ke Australia.

Hal ini memungkinkan Rusia untuk mengimbangi pengaruh militer Barat yang semakin dominan di kawasan tersebut dan mengirimkan sinyal bahwa Moskow juga dapat menjadi pemain utama dalam geopolitik Indo-Pasifik.

BOMBER JARAK JAUH - Pesawat pembom jarak jauh Rusia, Tu-160M
BOMBER JARAK JAUH - Pesawat pembom jarak jauh Rusia, Tu-160M. Rusia dilaporkan mengajukan izin untuk menempatkan sejumlah pesawatnya di pangkalan udara di Biak Numfor, Papua, sebuah kabar yang dibantah keras Kementerian Pertahanan Indonesia.

Pangkalan Lompat untuk Pesawat Jarak Jauh

Biak dapat berfungsi sebagai pusat logistik dan operasi untuk pesawat jarak jauh Rusia, termasuk pembom strategis seperti Tu-95 atau Tu-160, pesawat pengintai strategis, serta pesawat patroli maritim seperti Tu-142.

Hal ini memungkinkan Rusia untuk memperluas radius operasi militer mereka ke belahan bumi selatan , yang sebelumnya berada di luar jangkauan logistik harian mereka.

Pentingnya Pemantauan Aktivitas Maritim dan Peluncuran Roket

Papua merupakan wilayah yang dekat dengan Lokasi Peluncuran Roket Komersial Indonesia dan beberapa wilayah strategis dengan sumber daya alam dan perairan yang kaya.

Rusia, dengan kehadiran aset militernya di Biak, dapat melakukan operasi pengumpulan intelijen elektronik (SIGINT/ELINT) dan memantau aktivitas ruang angkasa dan militer di kawasan tersebut, termasuk memantau aktivitas Jepang, Australia, dan AS.

Meningkatkan Kerjasama Pertahanan dengan Negara Netral

Indonesia adalah negara dengan kebijakan luar negeri yang "bebas dan aktif", tidak terikat secara formal dengan blok militer mana pun.

Kehadiran Rusia di wilayah Indonesia akan menjadi keberhasilan diplomatik dan simbolis bagi Moskow dalam menunjukkan kalau ia masih memiliki pengaruh di antara sekutu non-NATO.

Akses Potensial terhadap Sumber Daya Alam dan Rute Ekonomi

Papua kaya akan sumber daya alam, sementara wilayah sekitarnya merupakan bagian dari rute perdagangan global yang penting. Kehadiran militer dapat digunakan untuk melindungi kepentingan ekonomi dan investasi Rusia di kawasan tersebut , terutama jika kerja sama ekonomi yang lebih erat terjalin di masa mendatang.

Jika ini terus berlanjut, hal ini akan memicu respons strategis dari negara-negara regional seperti Australia, Amerika Serikat, dan mungkin bahkan ASEAN , dan berpotensi mengubah lanskap keamanan Indo-Pasifik secara dramatis.

Seputar Pangkalan Udara Manuhua di Biak Numfor

Kabar kalau Rusia ingin menempatkan beberapa pesawat jarak jauhnya, termasuk kemungkinan pesawat pengebom, di Pangkalan Udara Manuhua di provinsi paling timur Indonesia, Papua, dilaporkan portal berita pertahanan internasional.

Pangkalan udara ini berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisepo.

“Sumber terpisah dari pemerintah Indonesia telah mengonfirmasi kepada Janes bahwa permintaan (pangkalan udara) tersebut telah diterima oleh kantor Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, setelah pertemuannya dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, Sergei Shoigu, pada Februari 2025.”

"Dalam permintaan tersebut, Rusia dilaporkan ingin menempatkan beberapa pesawat jarak jauh di Pangkalan Udara Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo, menurut dokumen yang telah diserahkan kepada Janes," kata laporan media tersebut dikutip situs berita militer DSA.

Pangkalan Udara Manuhua terletak di Biak Numfor, di provinsi Papua, Indonesia, dan merupakan markas Skuadron Udara 27 Angkatan Udara Indonesia yang mengoperasikan pesawat patroli maritim CN235.
 
Pangkalan ini juga menampung Wing Udara ke-9 milik TNI AU yang baru didirikan, tetapi belum diberi jenis pesawat apa pun.

Dalam permintaan tersebut, tidak diberikan rincian mengenai jumlah pesawat atau jenis pesawat yang ingin dikerahkan Angkatan Udara Rusia (VKS) di Biak Numfor.

Namun, portal pertahanan tersebut menyatakan kalau Rusia telah beberapa kali meminta Indonesia untuk menggunakan pangkalan udara tersebut secara ad hoc untuk mendaratkan pesawatnya seperti pesawat pengebom Tu-95 dan pesawat angkut IL-76.

Pesawat pengebom strategis Tu-95MS pembawa rudal Kinzhal-101
Pesawat pengebom strategis Tu-95MS pembawa rudal Kinzhal-101 (RBC Ukraine)

Kementerian Pertahanan Indonesia Membantah Keras

Laporan menyatakan, pihak berwenang Indonesia sebelumnya telah memberikan izin kepada Rusia untuk menggunakan pangkalan udara tersebut.

Dalam reaksinya, Kementerian Pertahanan Indonesia membantah keras laporan yang mengklaim kalau pemerintah telah menerima usulan Rusia untuk menggunakan pangkalan udara di wilayah Papua Timur untuk pesawat jarak jauhnya, termasuk pesawat pengebom.

"Terkait pemberitaan mengenai usulan Rusia untuk menggunakan [pangkalan udara] Indonesia, Kementerian Pertahanan dengan tegas menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Frega Wenas Inkiriwang, seperti dikutip kantor berita Antara.

Hubungan Indonesia-Rusia Bukan Hal Baru, Australia Kebakaran Jenggot

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyuarakan kekhawatiran pemerintahnya atas laporan kalau Rusia ingin menggunakan pangkalan udara di Indonesia timur, dengan mengatakan, "Kami tentu tidak ingin melihat pengaruh Rusia mengakar di wilayah kami."

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles juga mengonfirmasi kalau dia telah berbicara dengan mitranya dari Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, yang meyakinkannya kalau laporan tersebut “sama sekali tidak benar.”

Sementara itu, laporan dari ABC News Australia menyatakan kalau meningkatnya hubungan militer antara Indonesia dan Rusia bukanlah hal baru—bahkan, diplomat dari kedua negara telah membahasnya selama beberapa tahun.

Oktober lalu, Duta Besar Rusia di Jakarta, Sergei Tolchenov, mengatakan kepada kantor berita milik negara Rusia, TASS, bahwa kerja sama militer merupakan elemen "penting" dalam hubungan bilateral kedua negara.

"Karena alasan yang jelas, saya mungkin tidak akan membahas secara rinci tentang topik atau proyek apa pun saat ini," katanya.

"Namun, kami bergerak diam-diam ke arah itu. Dunia bisnis, diplomasi, dan khususnya bidang teknis-militer sangat menyukai suasana yang tenang."
"Saya yakin akan ada kesepakatan substantif."

Latihan Militer Rusia-Indonesia 'ORRUDA'

Rusia dan Indonesia juga memiliki hubungan dekat, termasuk mengadakan latihan militer gabungan di Laut Jawa pada akhir tahun lalu.

Ia mengatakan kerja sama pertahanan seperti AUKUS dan Quad — yang mencakup Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat — merupakan ancaman bagi keamanan kawasan.
“Kami melihat teman-teman kami di Indonesia menerima argumen kami,” kata Duta Besar Rusia di Jakarta.

"Tentu saja, ada negara-negara di kawasan ini yang bersedia melakukan apa pun yang diperintahkan NATO atau Amerika Serikat, tetapi sebagian besar negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, menjalankan kebijakan luar negeri yang independen dan tidak bergantung pada negara-negara besar. Mereka jelas tidak menyukai pendekatan NATO dan merasa bahwa pendekatan itu sama sekali tidak sesuai dengan kepentingan mereka."

Pada tahun 2017, Rusia dilaporkan menerbangkan dua pesawat pengebom jarak jauh yang mampu membawa senjata nuklir dari Pangkalan Manuhua di Papua dalam misi patroli yang diyakini sebagai latihan pengumpulan intelijen.
 
Latihan gabungan pertama TNI AL dengan TNI AL Rusia yang diberi nama Latma ORRUDA 2024 berlangsung pada 4 hingga 8 November 2024 di Surabaya dan perairan Laut Jawa.

Nama “ORRUDA” merupakan gabungan dari simbol nasional kedua negara: Orel (elang Rusia) dan Garuda (Indonesia)

Angkatan Laut Rusia berpartisipasi dalam latihan tersebut dengan kekuatan militer yang signifikan, termasuk tiga korvet — RFS Gromky, RFS Rezkiy, dan RFS Aldar Tsydenzhapov — bersama dengan kapal tanker menengah RFS Pechenga.
 
Mereka juga mengerahkan helikopter anti-kapal selam Kamov Ka-27 dan kapal selam B-588 Ufa, yang hadir dalam kapasitas kunjungan persahabatan, serta kapal tunda penyelamat Alatau.

Angkatan Laut Indonesia (TNI AL) telah mengerahkan beberapa aset utama termasuk fregat KRI I Gusti Ngurah Rai-332, korvet KRI Frans Kaisiepo-368, helikopter antikapal selam AS565 MBe Panther, dan pesawat patroli maritim CN-235.

Pelatihan ini juga melibatkan sekitar 500 personel TNI AL yang berperan penting dalam berbagai segmen operasi laut dan darat.

Pangkalan Udara Manuhua Titik Strategis di Indo-Pasifik

Sementara itu, Pangkalan Udara Manuhua terletak di Pulau Biak, Provinsi Papua, Indonesia, dan merupakan bagian dari Pangkalan Udara TNI AU Manuhua.

Letaknya yang strategis di Biak Numfor menjadikannya titik penting pertahanan udara Indonesia.

Pangkalan ini berjarak sekitar 1.200 hingga 1.300 kilometer di timur laut Darwin, Australia, sehingga Biak hanya berjarak sekitar dua jam penerbangan dari wilayah utara Australia.​​

Kedekatan Pangkalan Udara Manuhua dengan Australia menjadikannya lokasi yang penting dalam konteks keamanan regional.

Setiap aktivitas militer di pangkalan ini, termasuk kemungkinan kehadiran pesawat asing, dapat menimbulkan kekhawatiran tentang keseimbangan strategis di kawasan Indo-Pasifik.

Lokasi Pangkalan Udara Manuhua di dekat Australia menjadikannya titik strategis yang penting dalam konteks keamanan regional dan geopolitik.

Setiap perubahan dalam penggunaan pangkalan ini berpotensi memengaruhi dinamika keamanan di kawasan Indo-Pasifik.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved