Rabu, 1 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Perang Tarif Memanas, Australia Tolak Usulan China untuk Lawan Tarif AS dan Perkuat Hubungan Global

Australia dengan tegas menolak usulan China untuk bekerja sama guna melawan tarif AS.

Tangkapan layar YouTube White House
PRESIDEN AS - Tangkapan layar YouTube White House pada Rabu (26/3/2025) yang menunjukkan Presiden Trump Singgah Bertemu Duta Besar AS pada Selasa (25/3/2025).Australia dengan tegas menolak usulan China untuk bekerja sama guna melawan tarif AS. 

TRIBUNNEWS.COM - Australia dengan tegas menolak usulan China untuk bekerja sama guna melawan tarif AS.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News hari Kamis (10/4/2025).

Marles menjelaskan bahwa pihaknya tidak ingin bekerja sama dengan China soal apa pun.

"Kami tidak akan bergandengan tangan dengan Tiongkok dalam hal persaingan apa pun yang tengah berlangsung di dunia," kata Marles, dikutip dari Deccan Herald.

Menurutnya, saat ini Australia akan terus mendiversifikasi perdagangannya dengan global.

 "Kami tidak melakukan hal itu. Apa yang kami lakukan adalah mengejar kepentingan nasional Australia dan mendiversifikasi perdagangan kami di seluruh dunia," tegasnya.

Ia mengatakan Australia akan membangun ketahanan ekonominya dengan memperkuat hubungan perdagangan dengan Uni Eropa, Indonesia, India, Inggris, dan Timur Tengah. 

Sebelumnya, Duta Besar Tiongkok untuk Australia Xiao Qian mengatakan Beijing dan Canberra harus mempertahankan hubungan perdagangan mereka yang 'terbuka dan kooperatif' di tengah ketidakpastian AS.

“Dalam situasi seperti ini, Tiongkok siap bekerja sama dengan Australia dan komunitas internasional untuk bersama-sama menanggapi perubahan dunia,” kata Xiao, dikutip dari Sky News.

Namun hal tersebut dibantah oleh Marles.

Meski begitu, Marles mengatakan menggarisbawahi Australia akan melakukan apa pun yang dapat dilakukannya untuk mencegah dumping.

Ia khawatir jika China akan menjual produknya di Australia dengan harga lebih murah dibandingkan di pasar domestiknya akibat kesulitan menjual ke AS akibat tarif tersebut. 

"Yah, kami akan memastikan hal itu tidak terjadi dalam konteks ekonomi kami dan itulah sebabnya kami akan memperkuat rezim kami untuk memastikan kami memiliki semua perlindungan yang diperlukan," katanya.

Baca juga: China Siapkan Senjata Ini untuk Balas Trump, Berupa Tarif 84 Persen Barang AS yang Masuk ke China

Marles kemudian menekankan bahwa itu akan menjadi fokus Australia saat ini.

"Itu adalah langkah yang sangat penting untuk diambil pada saat ini dan itulah sebabnya hal itu menjadi fokus dalam tanggapan yang diberikan Perdana Menteri seminggu yang lalu," katanya.

Trump Umumkan Penghentian Sementara Tarif Timbal Balik, Kecuali untuk China

Dalam langkah yang mengejutkan banyak pihak, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penghentian sementara selama 90 hari terhadap semua tarif 'timbal balik' yang sebelumnya dikenakan terhadap puluhan negara mitra dagang. 

Namun, keputusan ini secara tegas tidak berlaku untuk China, yang justru akan menghadapi kenaikan tarif hingga 125 persen.

Pengumuman ini disampaikan Trump melalui unggahan di media sosial pada Kamis malam waktu setempat, beberapa jam sebelum tarif-tarif baru dijadwalkan mulai berlaku pada tengah malam.

“Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan Tiongkok kepada Pasar Dunia, dengan ini saya menaikkan Tarif yang dikenakan Amerika Serikat kepada Tiongkok menjadi 125 persen, yang berlaku segera,” tulis Trump, dikutip dari CNN.

“Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, Tiongkok akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan Negara-negara lain tidak lagi dapat dipertahankan atau diterima," tambahnya.

Langkah ini merupakan perubahan signifikan dari kebijakan proteksionis keras yang selama ini dijalankan Trump.

Dalam konferensi pers singkat, ia mengatakan bahwa semua negara yang terkena tarif timbal balik sebelumnya akan kembali ke tarif universal 10 persen, kecuali China, yang justru akan menghadapi lonjakan tarif dari 104 persen menjadi 125 persen.

Trump menyebut China sebagai "pelanggar terburuk" dalam praktik perdagangan global dan menuduh Beijing tidak menghormati aturan pasar bebas.

Eskalasi ini terjadi setelah China mengumumkan tarif balasan baru terhadap AS hanya sehari sebelumnya.

Namun penerapan tarif besar ke China ini dapat menimbulkan risiko bagi Australia, yang mengirim hampir sepertiga barangnya ke China.

Ekspor ke Amerika Serikat kurang dari 5 persen dari total ekspor barang Australia.

Sementara itu, Trump telah mengenakan tarif sepihak sebesar 10 persen terhadap Australia, batas bawah dari tarif timbal baliknya untuk semua impor ke Amerika Serikat.

Meski mengumumkan penurunan tarif untuk sebagian besar negara, Trump menegaskan bahwa perang dagang belum selesai.

“Belum ada yang berakhir,” ujar Trump.

Ia menyebut adanya 'semangat luar biasa' dari negara-negara yang ingin berdialog, termasuk China.

“Tapi kami melihat semangat yang luar biasa dari negara-negara lain, termasuk China. China ingin membuat kesepakatan,  mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya," katanya.

Langkah Trump ini merupakan kelanjutan dari kebijakan tarif global yang ia umumkan seminggu sebelumnya.

Kebijakan itu menetapkan tarif dasar 10 persen untuk semua impor, dan tarif tambahan berkisar dari 11 persen hingga lebih dari 100 persen untuk negara-negara yang dianggap melakukan praktik perdagangan tidak adil,  termasuk Uni Eropa, Vietnam, dan Afrika Selatan.

Pengumuman awal kebijakan tarif global telah mengguncang pasar dunia.

Aksi jual besar-besaran di pasar saham menyebabkan kerugian triliunan dolar, dan memicu kekhawatiran masyarakat Amerika terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok serta potensi resesi.

Sejumlah analis ekonomi memperingatkan bahwa ketidakpastian ini dapat mengganggu rantai pasok global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved