Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.118: Trump dan Putin Minggu Ini Rundingkan Gencatan Senjata Ukraina
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan membahas usulan gencatan senjata untuk Ukraina minggu ini.
TRIBUNNEWS.COM - Pada Senin (17/3/2025), perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.118.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan membahas usulan gencatan senjata untuk Ukraina minggu ini.
Kabar ini dilaporkan oleh Edward Helmore dan Shaun Walker, jurnalis The Guardian.
Dalam perkembangan lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menunjuk Andriy Gnatov sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
Simak rangkuman peristiwa lainnya berikut ini.
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.118:
Trump dan Putin Akan Bahas Gencatan Senjata Ukraina Minggu Ini
Trump dan Putin dijadwalkan membahas usulan gencatan senjata untuk Ukraina minggu ini.
Kabar ini dilaporkan oleh jurnalis The Guardian, Edward Helmore dan Shaun Walker.
Utusan Trump, Steve Witkoff menyatakan diskusi antara kedua pemimpin diperkirakan akan berlangsung dengan baik dan positif.
Ia juga mengungkapkan Trump berharap kesepakatan dapat tercapai dalam beberapa minggu mendatang.
Baca juga: Bikin Pasukan Infanteri Rusia Mati Kutu, Ukraina Targetkan Produksi 4,5 Juta Drone untuk Tahun 2025
Sementara itu, pihak Moskow mengonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
Dalam pernyataan resmi, tidak disebutkan mengenai gencatan senjata.
Witkoff mengklaim Putin menerima filosofi gencatan senjata tersebut.
Akan tetapi hingga saat ini, belum jelas apa saja persyaratan yang akan diajukan atau diterima oleh Rusia.
Laporan ini menandai perkembangan terbaru dalam upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Zelensky Tunjuk Andriy Gnatov Sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina
Zelensky menunjuk Andriy Gnatov sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
Ia menggantikan Anatoliy Bargylevych, yang kini dipindahkan ke posisi Kepala Inspektur Kementerian Pertahanan.
Zelensky menyebut Gnatov sebagai sosok yang berpengalaman dalam pertempuran.
"Tugasnya adalah membawa lebih banyak pengalaman tempur. Segala sesuatu yang telah dipelajari brigade kita dari perang harus diterapkan 100 persen di tingkat perencanaan," ujar Zelensky.
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov turut menegaskan perubahan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan efektivitas tempur angkatan bersenjata.
"Kami secara sistematis mengubah angkatan bersenjata Ukraina untuk meningkatkan efektivitas tempur mereka."
"Ini melibatkan restrukturisasi sistem komando dan penerapan standar yang jelas," tulis Umerov dalam sebuah unggahan.
Zelensky dan PM Kanada Bahas Tekanan terhadap Moskow
Baca juga: Dukungan Kanada untuk Ukraina, PM Carney Desak Putin Berunding
Pada Minggu (15/3/2025) malam, Zelensky mengungkapkan telah berbicara dengan Perdana Menteri baru Kanada, Mark Carney.
Dalam pembicaraan tersebut, Carney menegaskan perlunya meningkatkan tekanan terhadap Moskow.
"Perdana menteri menyampaikan poin-poin yang tepat tentang bagaimana kita perlu meningkatkan tekanan pada Moskow," ujar Zelensky.
Ia menyoroti pentingnya menargetkan armada bayangan dan sektor perbankan.
"Kita harus memberlakukan sanksi habis-habisan pada semua hal yang menyediakan dana bagi Rusia untuk perangnya," jelasnya.
"Hanya dengan begitu kita dapat memaksa Putin untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi," katanya.
Carney dijadwalkan bertolak ke Prancis pada hari Senin untuk bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron guna membahas perang di Ukraina.
Setelah itu, ia akan melakukan perjalanan ke London untuk bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.
Lithuania Dukung Bantuan Militer €40 Miliar untuk Ukraina
Sementara itu, Lithuania pada Minggu (15/3/2025) menyatakan dukungannya terhadap usulan Uni Eropa terkait menjanjikan bantuan militer hingga €40 miliar bagi Ukraina tahun ini.
Pemerintah Lithuania juga menegaskan bahwa jumlah serupa akan dibutuhkan di tahun-tahun mendatang.
Sementara beberapa negara Uni Eropa merespons inisiatif ini dengan hati-hati.
Menteri Luar Negeri Lithuania, Kestutis Budrys, menegaskan dukungan militer jangka panjang untuk Ukraina tidak boleh bergantung pada hasil perundingan damai.
Ia menekankan bahwa Kyiv harus mempertahankan "kekuatan pencegahan yang kuat agar Rusia tidak kembali."
Menurut perkiraan NATO, Lithuania mengalokasikan 2,85 persen dari PDB-nya untuk pertahanan pada tahun 2024.
Pemerintahnya juga telah berkomitmen untuk meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 5 persen hingga 6 persen antara tahun 2026 dan 2030.
Tentara Bayaran Asing Berlatih di Krimea untuk Perang Melawan Ukraina
Dikutip dari Susilne, tentara bayaran dari Kuba, sejumlah negara Afrika, dan negara pro-Rusia lainnya diketahui menjalani pelatihan militer di Krimea yang diduduki untuk berpartisipasi dalam perang melawan Ukraina.
Direktorat Intelijen Utama (GUR) Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan bahwa dinas khusus Rusia aktif merekrut orang asing dari berbagai belahan dunia.
Pada November 2024, gerakan partisan militer "Atesh" mengklaim merekam kehadiran tentara dengan "penampilan yang tidak biasa bagi penduduk setempat" di tempat pelatihan "Cossack" di Sevastopol, wilayah yang diduduki Rusia.
Mereka mengidentifikasi individu-individu ini sebagai tentara bayaran dari Kuba dan beberapa negara Afrika yang sedang dilatih oleh militer Rusia.
Baca juga: Pastikan Ukraina Kecukupan Dukungan Militer, PM Kanada Juga Desak Putin Duduk di Meja Perundingan
Pavel Funtikov, seorang tentara Rusia dari Brigade Marinir ke-810 Federasi Rusia yang ditangkap oleh pasukan Ukraina, mengonfirmasi laporan ini.
Ia menyebut bahwa selain tentara dari Kuba dan Afrika, terdapat pula tentara bayaran dari China, Korea, Filipina, dan negara-negara Arab.
"Mereka dikirim ke Feodosia, sementara kami dikirim ke Voronezh untuk pelatihan," katanya.
"Di tempat pelatihan, kami hanya diberi tiga butir amunisi saat menggali parit—untuk menembak dalam posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Setelah itu, kami dikirim ke Kursk," ungkap Funtikov.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Ukraina terus berupaya melawan upaya perekrutan tentara bayaran oleh Rusia dan menekan komunitas internasional untuk mengambil tindakan terhadap aktivitas ini.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.