Sabtu, 4 Oktober 2025

Kisah Nyata, Perjuangan Keras Pekerja WNI asal Sumatera di Jepang

Belum lama ini WNI ini ditipu oleh seseorang yang mengaku teman dari Indonesia karena gajinya dibawa kabur sebesar Rp400 juta

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews.com/Richard Susilo
PEKERJA MIGRAN - Para tenaga kerja asing baru tiba di Bandara Narita, Jepang belum lama ini. Baru-baru ini, Tribunnews.com mendengar pengakuan eksklusif dari seorang WNI berusia 30 tahun yang memiliki perjalanan hidup menarik hingga akhirnya mendapatkan visa engineering di Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Baru-baru ini, Tribunnews.com mendengar pengakuan eksklusif dari seorang WNI berusia 30 tahun yang memiliki perjalanan hidup menarik hingga akhirnya mendapatkan visa engineering di Jepang.

Sebut saja namanya Papi (nama samaran).

Papi datang ke Jepang pada 2016 dengan nekat menggunakan e-paspor agar lebih mudah masuk ke negara tersebut demi mencari pekerjaan.

"Habis uang saya puluhan juta rupiah diperas para calo tenaga kerja di Indonesia dengan berbagai alasan. Namun, suatu ketika mereka mengirim puluhan tenaga kerja, dan saya masuk ke dalam kelompok itu. 

Akhirnya, saya bisa masuk ke Jepang, tentu dengan visa yang tidak benar, yaitu sebagai wisatawan," paparnya.

Sebelum visa waiver habis dalam 15 hari, Papi segera mengajukan aplikasi visa suaka (namin) ke imigrasi Jepang agar tidak berstatus overstay.

Demi kelangsungan hidup di Jepang, Papi mencari tempat tinggal murah di Hiroshima dengan biaya sewa 20.000 yen per bulan.

Baca juga: SBY Harap Mahasiswa Indonesia di Jepang Selesaikan Kuliah Lalu Pulang ke Indonesia Mengabdikan Diri

"Yang penting saya punya alamat di Jepang, karena surat dari imigrasi memang akan datang untuk korespondensi," ujarnya.

Beberapa bulan setelah pengajuan, permohonannya direview.

Akhirnya, ia mendapatkan izin perpanjangan visa selama enam bulan dan diperbolehkan bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Setelah bisa bekerja, saya merasa agak lega. Saya mencari uang sebanyak mungkin hingga akhirnya bertemu dengan Sacho (CEO) perusahaan Jepang yang baik," kenangnya.

Sacho tersebut bersedia menjaminnya hingga akhirnya dapat mengalihkan visanya dari visa namin menjadi visa engineering.

"Karena memang latar belakang pendidikan saya adalah engineering," tambahnya.

Sejak saat itu, ia menjadi orang kepercayaan Sacho dan menerima gaji yang cukup besar, sehingga bisa hidup berkecukupan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved