Konflik Rusia Vs Ukraina
Menlu Rusia Sebut Tak Ada Gunanya Undang Eropa dalam Pembicaraan Damai dengan Ukraina
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyebut tak ada gunanya mengundang Uni Eropa dalam pembicaraan damai dengan Ukraina di Arab Saudi.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan tidak ada gunanya mengundang Uni Eropa dalam pembicaraan damai dengan Ukraina.
Pernyataan Sergey Lavrov ini disampaikan ketika dirinya akan melakukan kunjungan ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Amerika Serikat.
Dalam kunjungannya itu, Sergey Lavrov akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio untuk membahas tentang gencatan senjata di Ukraina.
Sementara itu, para pemimpin Eropa melakukan pertemuan darurat di Paris, Prancis untuk membahas Ukraina di tengah kekhawatiran atas upaya AS terhadap Rusia.
"Saya tidak tahu apa yang akan mereka (pejabat Eropa) lakukan di meja perundingan."
"Jika mereka akan duduk di meja perundingan dengan tujuan melanjutkan perang, lalu mengapa mengundang mereka ke sana?" kata Lavrov, dikutip dari The Moscow Times.
Lavrov berpendapat Brussels telah gagal membantu menyelesaikan konflik sejak 2014, ketika Moskow pertama kali mencaplok semenanjung Krimea dan mendukung pasukan separatis di Ukraina timur.
Washington berkeras mereka ingin Rusia dan Ukraina membuat konsesi jika perundingan gencatan senjata terwujud.
Namun, Lavrov menegaskan Moskow tidak akan berkompromi mengenai wilayah Ukraina yang telah direbut pasukannya selama bertahun-tahun pertempuran.
Ia mengatakan hal itu bahkan tidak mungkin "dipikirkan" selama negosiasi.
Kremlin mengklaim telah mencaplok wilayah Ukraina di Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meskipun tidak memiliki kendali penuh atas wilayah-wilayah tersebut.
Baca juga: Sumpah Serapah Zelensky saat AS-Rusia Lakukan Pertemuan Tanpa Ukraina: Tak akan Buahkan Hasil
Perundingan Pertama Dimulai
Para pejabat AS dan Rusia mulai melakukan pertemuan pada Selasa (18/2/2025) di Riyadh, Arab Saudi.
Pertemuan kedua pejabat tinggi itu untuk membahas tentang perang di Ukraina.
Namun, Ukraina tidak diundang dalam pertemuan di Arab Saudi pada hari ini.
Dalam pertemuan tersebut diharapkan para petinggi kedua negara membahas cara-cara untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun di Ukraina dan memulihkan hubungan Amerika-Rusia.
Pembicaraan mereka dapat membuka jalan bagi pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ukraina, yang tidak hadir, mengatakan tidak ada kesepakatan damai yang dapat dibuat atas namanya.
"Kami, sebagai negara berdaulat, tidak akan dapat menerima perjanjian apa pun tanpa kami," kata Presiden Volodymyr Zelensky, dikutip dari Reuters.
Pemerintah Eropa, yang khawatir dengan kemungkinan Rusia dan AS dapat mengesampingkan mereka dari negosiasi yang akan menentukan keamanan masa depan benua itu, juga menuntut peran dalam pembicaraan damai.
Penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, duduk berhadapan dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio; penasihat keamanan nasional, Mike Waltz; dan utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff; di sebuah meja kayu mengilap dengan tiga rangkaian bunga putih besar.
Para pejabat mengabaikan pertanyaan yang diteriakkan oleh wartawan yang menanyakan apakah AS mengesampingkan Ukraina dan konsesi apa yang dituntut Washington dari Moskow.
Rusia mengatakan pembicaraan akan difokuskan pada upaya mengakhiri perang dan memulihkan "seluruh kompleks" hubungan Rusia-AS, yang digambarkan Kremlin sebagai "di bawah nol" di bawah pemerintahan Joe Biden sebelumnya.
Zelensky 'Nyusul' ke Arab Saudi
Di tengah pertemuan antara AS dan Rusia di Riyadh, Zelensky dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada Rabu (19/2/2025) besok.
Baca juga: Zelensky Kecewa Ukraina Tak Diundang AS-Rusia Bahas Negosiasi Damai
Juru bicara Zelensky, Sergiy Nykyforov, menggambarkan kunjungan itu sebagai rencana yang "telah direncanakan sejak lama".
Dikutip dari Saudi Gazette, Zelensky sendiri telah melakukan pratinjau pertemuan tersebut minggu lalu tanpa menyebutkan tanggal pastinya.
Presiden Ukraina menegaskan ia tidak akan bertemu dengan pejabat Rusia atau AS yang dijadwalkan untuk mengadakan diskusi terpisah di kerajaan itu pada hari Selasa.
Kunjungan itu menyusul pertemuan antara delegasi Saudi dan Ukraina pada tanggal 16 Februari, di mana para pejabat menjajaki peluang investasi dan memperluas kerja sama bilateral.
Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina dan Menteri Ekonomi, Yulia Svyrydenko, menyatakan perjalanan Zelensky akan difokuskan pada penandatanganan perjanjian ekonomi dengan berbagai mitra regional.
Svyrydenko menyatakan optimisme tentang pendalaman hubungan dengan negara-negara Timur Tengah, menyoroti bidang-bidang utama yang diminati seperti proyek infrastruktur, investasi energi, inovasi, dan agribisnis, khususnya produksi pupuk, di mana Arab Saudi memiliki keahlian.
Kunjungan Zelensky ke Saudi merupakan bagian dari lawatan diplomatik yang lebih luas, yang juga akan mencakup lawatan resmi ke Uni Emirat Arab dan Turki. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.