Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Mengapa Gencatan Senjata Tahap 2 antara Israel Vs Hamas Terancam Gagal?

Delegasi Israel yang dikirim ke Qatar untuk bahas rincian teknis gencatan senjata mengisyaratkan kalau Netanyahu tidak ingin lanjutkan kesepakatan.

Instagram/b.netanyahu
NETANYAHU DAN TRUMP - Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi Netanyahu pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), berfoto bersama ketika Netanyahu berkunjung di Gedung Putih. Delegasi Israel yang dikirim ke Qatar untuk bahas rincian teknis gencatan senjata mengisyaratkan kalau Netanyahu tidak ingin lanjutkan kesepakatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Gencatan senjata tahap dua antara Israel dan Hamas terancam gagal.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tampaknya tidak berniat melanjutkan kesepakatan tersebut.

Menurut beberapa sumber, delegasi Israel yang dikirim ke Qatar untuk membahas rincian teknis gencatan senjata justru mengisyaratkan kalau Netanyahu tidak ingin melanjutkan kesepakatan yang ada.

Berdasarkan laporan media Israel, Haaretz, Netanyahu mengirimkan tim negosiasi yang tidak memiliki mandat atau kemampuan untuk berdialog.

Negosiasi untuk gencatan senjata tahap dua yang awalnya dijadwalkan pada 3 Februari.

Akan tetapi agenda dialog terpaksa ditunda setelah adanya pertimbangan dari Netanyahu yang bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

Dalam pertemuan tersebut, Trump mengusulkan rencana untuk mengambil alih Jalur Gaza dan memaksa warga Gaza untuk mengungsi ke negara-negara tetangga.

Trump bahkan menyebut bahwa pemindahan warga Gaza ini bisa bersifat permanen.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, juga menegaskan bahwa Israel akan terus menghancurkan Hamas jika mereka tidak menghormati kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.

Selain itu, pada Senin (10/2/2025), Trump meminta Israel untuk membatalkan kesepakatan gencatan senjata jika Hamas tidak membebaskan sandera pada 15 Februari.

"Jika semua sandera tidak dikembalikan pada Sabtu pukul 12.00, saya akan katakan batalkan saja dan biarkan kekacauan terjadi," kata Trump.

Baca juga: Pemimpin Perlawanan Palestina Ungkap Daftar Pelanggaran Dilakukan oleh Israel saat Gencatan Senjata

Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait bentuk "kekacauan" yang dimaksud.

Dia menegaskan bahwa Hamas akan memahami maksudnya.

Sejumlah menteri dalam kabinet Netanyahu, seperti Itamar Ben Gvir sebelumnya telah menentang keras gencatan senjata antara Israel-Hamas.

Ben Gvir sampai mengundurkan diri dari kabinet sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut.

Selain Ben Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga menentang gencatan senjata meskipun memilih tetap berada dalam kabinet untuk menekan Netanyahu agar melanjutkan perang, CNN melaporkan.

Warga Palestina di Gaza 'sangat, sangat takut' dengan kemungkinan perang

Dikutip dari Al Jazeera, kesepakatan gencatan senjata terlihat semakin goyah membuat warga Palestina di Gaza ketakutan.

Mereka khawatir dengan apa yang bakal menimpa mereka jika kesepakatan gencatan senjata gagal.

“Orang-orang takut. Mereka menimbun persediaan karena takut perang akan kembali terjadi,” kata Mohammed Yusuf, seorang warga Khan Yunis.

"Tidak ada rasa aman,"

Samir Abu Latifa, juga dari Khan Yunis, menyuarakan sentimen serupa.

"Tentu saja, di Gaza, kami takut dengan pernyataan-pernyataan ini, takut akan pecahnya perang yang lebih dahsyat dari perang sebelumnya, karena semua ancaman ini," katanya.

"Kami sangat, sangat takut perang akan kembali lagi. Kami merasa lega ketika gencatan senjata mulai berlaku dan ketika orang-orang kembali ke rumah mereka."

Abu Ubaida: Israel Langgar Gencatan Senjata

Sementara itu, Hamas sebelumnya mengumumkan penundaan pembebasan sandera yang semula dijadwalkan pada 15 Februari 2025.

Juru bicara Hamas, Abu Ubaida, menjelaskan jika penundaan ini terjadi karena pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap gencatan senjata.

Beberapa pelanggaran yang disebutkan Hamas antara lain penundaan pemulangan pengungsi ke Gaza Utara, penembakan terhadap warga, dan penghalangan bantuan kemanusiaan.

Gencatan senjata yang pertama kali disepakati pada 19 Januari lalu melibatkan pertukaran tahanan dan sandera, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta pengiriman bantuan kemanusiaan.

Hingga kini, sudah ada lima kali pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, dengan 21 warga Israel dibebaskan dan lebih dari 730 warga Palestina dilepaskan.

Kesepakatan ini dilakukan setelah Israel meluncurkan agresi besar-besaran ke Palestina pada Oktober 2023, yang menyebabkan lebih dari 48.000 orang tewas.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved