Konflik Suriah
Turki Berencana Bangun 2 Pangkalan Militer di Suriah, Bagaimana Nasib Rusia?
Turki berencana membangun pangkalan militer di Suriah. Namun bagaimana dengan Rusia yang sudah memiliki 2 pangkalan militer di sana?
“Kami yakin hubungan antara Turki dan Suriah, yang telah kembali terbangun setelah pembebasan Suriah, akan semakin kuat dan berkembang dengan kunjungan Ahmad al-Sharaa dan delegasinya,” ujar Fahrettin Altun, Kepala Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.
Turki telah lama mendukung HTS dan berperan dalam operasi militer yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Assad pada 8 Desember 2024.
Militer Turki telah berada di Suriah sejak 2016, terutama untuk memerangi pasukan Kurdi yang didukung AS.
Bagaimana dengan Rusia?
Selama pemerintahan Bashar al-Assad, Rusia memiliki dua pangkalan militer di Suriah, yakni Pangkalan Udara Khmeimim dan pangkalan angkatan laut di Tartus.

Namun, situasi berubah setelah Assad digulingkan oleh kelompok yang dipimpin oleh Sharaa.
Assad melarikan diri ke sekutunya, Rusia.
Setelah itu, Rusia dilaporkan telah memindahkan peralatan militernya dari kedua pangkalan tersebut, meski tidak jelas apakah pemindahan itu hanya sementara atau permanen.
Pada akhir Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan ada "pembicaraan terbuka" terkait isu pangkalan militer ini, menurut Reuters.
Kedua pihak masih melakukan kontak untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut.
Diplomat Rusia kemudian dikirim ke Damaskus untuk merundingkan masalah tersebut.
Menurut laporan The New York Times pada 2 Februari 2025, delegasi diplomat Rusia tiba pada Selasa (28/1/2025) untuk menghadiri pertemuan di Damaskus.
Namun pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan.
Pertemuan ini mencerminkan tawar-menawar geopolitik yang telah berlangsung pasca-perang saudara Suriah — dengan potensi membentuk kembali Timur Tengah, tulis The New York Times.
Kekuatan-kekuatan dunia bersaing memperebutkan pengaruh, sementara pemimpin muda Suriah berupaya memperoleh legitimasi, keamanan, dan bantuan melalui pendekatan realpolitik yang pragmatis.
"Saya rasa suasana umum di Damaskus saat ini adalah, 'Kami orang Suriah tidak perlu bertengkar dengan siapa pun, termasuk mantan musuh kami,'" kata Charles Lister, peneliti senior di Middle East Institute di Washington.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.