Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Media Israel Curiga Hamas Bebaskan Sandera Karena Takut Donald Trump

Donald Trump  akan dilantik sebagai Presiden AS  di Washington DC Amerika pada hari ini Senin 20 Januari 2025 atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Editor: Hasanudin Aco
Tangkapan Layar Video X/Twitter
Presiden terpilih AS, Donald Trump 

Trump telah menyampaikan banyak hal sejak terpilih kembali jadi presiden AS pada bulan November lalu.

Dia telah membuat pernyataan yang menyampaikan pesannya kepada Hamas dengan sangat jelas.

"Jika tidak ada kesepakatan pada tanggal 20 Januari, akan ada "neraka yang harus dibayar," dan "neraka akan pecah."

Begitulah ucapan Donald Trump yang terkesan mengancam Hamas.

Selama akhir pekan, Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia telah mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait kesepakatan penyanderaan.

"Teruslah lakukan apa yang harus Anda lakukan. Anda harus melakukannya dan  ini harus berakhir. Kami ingin ini berakhir, tetapi teruslah melakukan apa yang harus dilakukan."

Ketika ditanya seberapa yakinnya dia bahwa para sandera akan dibebaskan, Trump berkata, "Baiklah, kita akan lihat segera dan itu lebih baik."

Sandera Israel pertama yakni Emily Damari, Romi Gonen, dan Doron Steinbrecher, memang dibebaskan pada hari Minggu setelah 471 hari ditawan Hamas.

Selama periode ini, Hamas telah mempertahankan posisinya bahwa setiap kesepakatan pembebasan sandera harus mencakup penghentian total aksi militer Israel di Gaza.

Baca juga: Donald Trump Belum Menjabat Presiden AS Sudah Damaikan Israel-Hamas, Beda dengan Joe Biden

Seorang pejabat Hamas menggambarkan pernyataan Trump sebagai gegabah, menekankan perlunya pernyataan yang lebih disiplin dan diplomatis.

Hamas secara konsisten menyerukan diakhirinya dukungan militer AS untuk Israel, sesuatu yang kemungkinan besar akan tumbuh lebih kuat di bawah Trump daripada Biden.

Dan menganjurkan pengakuan hak-hak Palestina, termasuk pembentukan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Namun, tentu saja Hamas sadar dengan siapa mereka berhadapan?

Inilah presiden yang membantu mewujudkan penandatanganan beberapa perjanjian damai sekaligus antara Israel dan negara-negara tetangga Arabnya—seorang presiden yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan negaranya ke sana. 

Laporan menunjukkan bahwa Hamas khawatir Trump akan mengizinkan Israel melanjutkan operasi militer di Gaza setelah tahap awal perjanjian pembebasan sandera.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved