Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Gencatan Senjata di Gaza Mulai Hari Ini, Houthi Ikut Setop Operasi Militer terhadap Israel

Gencatan senjata kelompok Hamas dan Israel di Jalur Gaza akan dimulai pada Minggu (19/1/2025) hari ini waktu setempat. 

BBC International
Menyambut kabar baik gencatan senjata di Gaza, sejumlah keluarga para sandera Israel tampak bersorak merayakan kesepakatan gencatan senjata ini. Mereka mengatakan gencatan senjata ini merupakan "langkah maju" yang bisa membawa para sandera kembali ke rumah. Gencatan senjata kelompok Hamas dan Israel di Jalur Gaza akan dimulai pada Minggu (19/1/2025) hari ini waktu setempat.  

Tiga titik telah disiapkan, masing-masing di Kerem Shalom dan Erez, keduanya merupakan perbatasan dengan Gaza, dan satu di Reim di sebelah timur wilayah tersebut. 

Para sandera akan dilepaskan ke titik-titik tersebut, di mana dokter dan spesialis kesehatan mental akan memeriksa mereka. Setelah ini, mereka akan diangkut ke rumah sakit di Israel melalui helikopter atau kendaraan. 

Pasukan Israel akan mundur dari wilayah padat penduduk di Gaza selama 42 hari pertama untuk memungkinkan pertukaran tahanan dan warga Palestina yang mengungsi.

Adapun fase kedua diharapkan bisa mengakhiri perang dan gencatan menjadi permanen. Di tahap ini para sandera yang masih hidup akan dibebaskan, dan sebagai imbalan, ratusan tahanan Palestina di Israel dilepas. 

Fase itu juga mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Kemudian fase ketiga pemulangan jenazah dan sisa-sisa tubuh sandera serta implementasi rencana rekonstruksi Gaza.

Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas: Tahapan, Sandera, dan Imbalan

Pejabat Hamas menyebut kesepakatan gencatan senjata Gaza sebagai keuntungan besar yang mencerminkan sejarah yang telah dicapai melalui keteguhan Gaza, rakyatnya, dan keberanian perlawanannya. 

"Ini juga merupakan penegasan kembali kegagalan penjajahan untuk mencapai salah satu tujuannya," kata Sami Abu Zuhri kepada Reuters.

Seiring dengan kesepakatan gencatan senjata di Gaza itu, kelompok Houthi yang berbasis di Yaman juga menyampaikan rencana operasi militernya terhadap Israel

Mohammed al-Bukhaiti, anggota biro politik Houthi, mengatakan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas “mengakhiri perang tetapi tidak mengakhiri konflik”.

Sejak November 2023, Houthi telah memprotes perang Israel di Gaza dengan meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke Tel Aviv. Houthi juga menargetkan kapal-kapal yang berlayar di Laut Merah dan Teluk Aden.

“Peran Yaman dalam mendukung Gaza efektif dan menentukan karena ia telah mencekik musuh dan sekutunya serta merugikan mereka banyak hal, jadi kami perkirakan permusuhan terhadapnya akan terus berlanjut dengan cara yang berbeda,” kata Mohammed al-Bukhaiti, Jumat (17/1) dilansir Al Jazeera. 

“Kami menegaskan bahwa operasi militer kami akan berhenti ketika agresi berhenti, dan bahwa kebebasan navigasi adalah hak umum bagi semua negara dan bukan hak selektif bagi siapa pun,” tambahnya.(tribun network/lan/feb/dod)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved