Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Tunda Pertukaran Tahanan jika Hamas Gagal Beri Daftar Nama Sandera Israel yang Hidup
Perdana Menteri Israel Netanyahu menunda pertukaran tahanan dengan Hamas tanpa mengetahui daftar sandera Israel yang masih hidup.
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak mungkin mencapai kesepakatan untuk pertukaran tahanan dengan Hamas tanpa memperoleh daftar nama sandera Israel yang masih hidup di Jalur Gaza.
"Hamas telah menarik kembali kesediaannya untuk melepaskan beberapa pria di bawah usia 50 tahun yang kondisi kesehatannya buruk pada tahap pertama perjanjian tersebut," klaim Netanyahu, seperti diberitakan situs intelijen Israel, Walla pada Kamis (26/12/2024).
Netanyahu juga menjelaskan salah satu tanda tanya besar setelah putaran terakhir perundingan di Qatar adalah siapa yang membuat keputusan di Hamas – apakah perwakilan Hamas di Doha yang menunjukkan fleksibilitas atau komandan senior militer Hamas di Gaza, Muhammad Al-Sinwar - saudara pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar yang terbunuh sekitar dua bulan lalu.
“Tidak jelas siapa mitra pihak lain,” kata Netanyahu, mempertanyakan siapa perwakilan Hamas dalam perundingan itu.
Netanyahu berharap Hamas pada akhirnya akan setuju untuk mengubah posisinya dengan latar belakang musim dingin di Jalur Gaza.
Hal ini terjadi ketika Netanyahu terus menyerukan peningkatan operasi militer sebagai cara untuk memulihkan tahanan, namun ia menghadapi kritik yang semakin meningkat dari pihak oposisi dan keluarga tahanan yang menuduhnya menghalangi perundingan untuk mempertahankan dukungan dari para menteri ekstremisnya.
Sementara itu, Hamas mengatakan mereka telah menunjukkan tanggung jawab dan fleksibilitas, namun pendudukan Israel menetapkan isu dan kondisi baru terkait penarikan diri, gencatan senjata, tahanan, dan kembalinya para pengungsi, sehingga menunda tercapainya kesepakatan bahwa telah tersedia, seperti diberitakan Al Jazeera.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.399 jiwa dan 107.940 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (26/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
Baca juga: Gencatan Senjata Hampir Terwujud, Israel dan Hamas Saling Salahkan Gara-gara Gagal Capai Kesepakatan
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.