Selasa, 30 September 2025

Konflik Suriah

Kilang Minyak Terbesar Suriah Gulung Tikar, Pasokan Minyak dari Iran Mandek

Kilang minyak Baniyas, kilang terbesar di Suriah, telah menghentikan operasinya setelah berhenti menerima pasokan minyak mentah dari Iran.

Google
Kilang minyak Baniyas, yang merupakan kilang terbesar di Suriah, telah menghentikan operasinya setelah berhenti menerima pasokan minyak mentah dari Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Kilang minyak Baniyas, yang merupakan kilang terbesar di Suriah, telah menghentikan operasinya setelah berhenti menerima pasokan minyak mentah dari Iran.

Kilang ini sebelumnya memproses antara 90.000 hingga 100.000 barel minyak mentah setiap hari, tetapi pada Jumat, mereka memproduksi bensin terakhirnya.

Manajer umum kilang tersebut, Ibrahim Mousallem, mengonfirmasi kepada Financial Times, fasilitas kini sedang menjalani pemeliharaan sembari menunggu pasokan minyak mentah baru.

Kilang Baniyas, yang terletak di pantai Mediterania Suriah, kini bergantung pada cadangan bahan bakar yang tersisa untuk menjaga pasokan energi selama transisi, dikutip dari Al Mayadeen.

Sebelumnya, Iran memasok sekitar 90 persen minyak Suriah.

Penghentian pengiriman tersebut menandai titik balik besar bagi sektor energi Suriah, mengingat ketergantungan negara tersebut pada minyak Iran selama bertahun-tahun.

Pemerintahan baru Suriah, yang berkuasa setelah lengsernya Bashar al-Assad, kini harus mencari pemasok alternatif untuk mengatasi krisis energi yang semakin buruk.

Mousallem menambahkan pemerintah baru optimis sanksi internasional akan dicabut.

Dengan pencabutan sanksi, Suriah diharapkan dapat mengimpor minyak dari sumber selain Iran.

Hal ini juga akan memungkinkan pembelian suku cadang yang sangat dibutuhkan untuk peralatan kilang.

Namun, masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah sementara yang dipimpin oleh faksi-faksi pemberontak yang berafiliasi dengan Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) adalah kesulitan besar dalam mengamankan pasokan energi yang memadai.

Kekurangan bahan bakar telah menyebabkan pemadaman listrik yang meluas di seluruh negara, menyebabkan sebagian besar wilayah Suriah kekurangan pasokan listrik yang andal.

Hanya di wilayah Idlib, yang merupakan basis HTS, listrik yang tersedia bersumber dari Turki.

Pemerintah sementara kini berencana untuk memperluas jaringan listrik Turki ke Aleppo, dengan tujuan menstabilkan pasokan energi di wilayah tersebut.

Baca juga: Zelensky Curhat Butuh Pasukan Rebut Jajahan, Prajurit Korea Utara Merugi, Kilang Minyak Rusia Hancur

Krisis energi di Suriah juga disertai dengan tantangan ekonomi yang serius.

Gaji sektor publik yang rendah, hanya $25 per bulan, menyebabkan banyak pegawai pemerintah harus mencari pekerjaan sampingan atau mengandalkan kiriman uang dari keluarga yang tinggal di luar negeri.

Pemerintah sementara telah menjanjikan kenaikan gaji yang signifikan, antara 300 persen hingga 400 persen, sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi hidup warganya yang semakin terhimpit.

Mousallem juga menyebutkan, meskipun ada cadangan bahan bakar untuk sementara, kilang tidak dapat beroperasi tanpa risiko kerusakan peralatan.

Kerusakan pada infrastruktur jangka panjang, termasuk akibat gempa bumi yang melanda Suriah pada 2022, semakin memperburuk kondisi.

Kilang Baniyas pernah mengalami penghentian operasi panjang yang berlangsung hingga dua bulan akibat kekurangan pasokan minyak.

Pemeliharaan saat ini dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas agar tetap berfungsi ketika pasokan baru tiba.

Keterbatasan pasokan energi dan krisis ekonomi yang mendalam menambah tantangan berat bagi pemerintahan sementara di Suriah.

Selain ketergantungan pada Iran, Suriah kini menghadapi sanksi internasional yang memperparah krisis energi dan ekonomi yang ada.

Selain itu, ketidakpastian politik yang terus berlanjut di negara itu membuat stabilitas sektor energi dan kebutuhan dasar masyarakat semakin sulit dicapai.

Dalam menghadapi situasi yang semakin sulit ini, pemerintah baru berfokus pada pemulihan ekonomi.

Mereka mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan sektor publik dan menyelesaikan masalah bahan bakar.

Namun, bagaimana pemerintah sementara dapat mengatasi masalah pasokan energi yang lebih luas dan memperbaiki kondisi ekonomi yang sudah parah masih menjadi tanda tanya besar.

Apalagi dengan ketidakpastian geopolitik yang mengelilingi Suriah.

Secara keseluruhan, penghentian operasi kilang Baniyas mencerminkan besarnya tantangan yang dihadapi Suriah saat ini.

Krisis energi, kekurangan bahan bakar, dan kesulitan ekonomi yang parah menggambarkan situasi kritis yang harus segera ditangani oleh pemerintah baru Suriah.

Sementara itu, sanksi internasional dan ketegangan politik dalam negeri tetap menjadi faktor utama yang menghambat upaya pemulihan yang lebih luas.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved