Konflik Suriah
Pakar: Israel Raup Keuntungan Berkat Ketidakstabilan di Suriah
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) baru-baru ini menguasai zona penyangga demiliterisasi di Suriah.
Meski IDF telah mengonfirmasi penguasaan zona penyangga, mereka membantah laporan yang menyebutkan bahwa pasukan Israel mendekati ibu kota Damaskus.
Namun, langkah ini mendapatkan kritik keras dari komunitas internasional, termasuk PBB, yang menyatakan bahwa tindakan Israel ini melanggar perjanjian internasional.
Dataran Tinggi Golan, yang sejak 1967 dikuasai oleh Israel, menjadi salah satu isu sensitif dalam hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel selamanya.
Pernyataan ini dipandang sebagai provokasi oleh sejumlah pemimpin Arab dan pihak internasional.
Ancaman Kelompok Ekstremis
Selain ancaman dari ketidakstabilan internal Suriah, Israel juga khawatir terhadap munculnya kelompok ekstremis yang bisa memperburuk situasi keamanan di wilayah tersebut.
Salah satu tokoh yang menjadi perhatian khusus adalah Abu Mohammed al-Julani, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang memiliki hubungan dengan terorisme.
Kelompok ini telah lama menjadi salah satu ancaman besar di kawasan Suriah, terutama karena latar belakangnya yang terkait dengan ideologi ekstremis dan kekerasan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.