Senin, 29 September 2025

Berita Populer Hari Ini

Populer Internasional: Rusia Pusing Rebut Selidovo, Siasat Turki Keluar dari Uni Eropa

Kabar populer di kanal internasional Tribunnews telah terangkum dalam sehari terakhir, mulai Rusia pusing rebut Selidovo hingga siasat Turki keluar UE

President of Russia
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri upacara peluncuran pipa gas TurkStream, di Istanbul, Turki pada 8 Januari 2020. Kabar populer di kanal internasional Tribunnews telah terangkum dalam sehari terakhir, mulai Rusia pusing rebut Selidovo hingga siasat Turki keluar UE 

Turki secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS, organisasi negara-negara ekonomi berkembang di dunia. BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, tapi kini sebagian besar didominasi oleh Moskow dan Beijing.

Omer Celik, juru bicara dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengonfirmasi hal ini dan mengatakan permintaan tersebut "tertunda."

"Presiden kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami ingin menjadi anggota BRICS," ujar Omar Celik pada awal September. Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut aspirasi Turki, menurut laporan media Turki, dan mengatakan ia akan "sepenuhnya mendukung" keanggotaan Turki.

Jika benar-benar jadi anggota BRICS, yang sering digambarkan sebagai penyeimbang tatanan global yang dipimpin Barat, Turki dapat semakin menjauh dari keanggotaan Uni Eropa (UE) dan sejumlah keuntungan yang ditawarkannya.

Turki ingin gabung UE sejak 2005

"Kami mengharapkan semua negara kandidat UE untuk mendukung nilai-nilai UE dengan tegas, guna menghormati kewajiban yang berasal dari perjanjian perdagangan yang relevan, dan agar selaras dengan Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama UE," kata Peter Stano, juru bicara layanan diplomatik UE. kepada DW.

SELANJUTNYA>>>

3. 17 Perwira Pasukan Hizbullah Lenyap

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim kalau para pimpinan tertinggi pasukan operasi khusus Hizbullah, “Pasukan Radwan” yang "dilenyapkan" dalam serangan udara di pinggiran Beirut, pada Jumat (20/9/2024) tengah menyiapkan serangan mematikan ke wilayah Israel.

Dalam pernyataannya soal serangan yang menewaskan warga sipil tersebut, IDF menyebut kalau para perwira Pasukan Radwan Hizbullah tersebut telah “merencanakan infiltrasi ke Galilea, wilayah Israel selama bertahun-tahun, untuk dieksekusi ketika diberi perintah.” 

 Dalam pernyataan tersebut, IDF lebih lanjut mengklaim kalau komandan senior Ibrahim Aqil dan yang lainnya bertanggung jawab untuk merencanakan, memajukan, dan mengeksekusi ratusan serangan dan operasi melawan Israel.

"Itu termasuk apa yang disebut Israel sebagai “skema pembunuhan untuk menyerang komunitas Galilea,” tulis RNTV mengutip pernyataan IDF.

Militer Israel juga menyebutkan nama-nama pimpinan tertinggi Hizbullah yang terbunuh dalam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Beirut kemarin, termasuk Ibrahim Aqil, yang merupakan kepala operasi militer Hizbullah, penjabat komandan Pasukan Radwan, dan orang kedua di bawah Hasan Nasrallah.

Adapun Hizbullah mengumumkan tewasnya Aqil kemarin, beberapa jam setelah serangan udara itu terjadi, bersama dengan anggota lain dari Pasukan al-Hajj Radwan.

"Aqil tengah bertemu dengan komandan senior pasukan operasi khusus lainnya di sebuah gedung di Beirut; 15 perwira senior lainnya tewas dalam serangan itu," tulis laporan RNTV.

IDF mengklaim Ahmed Wabi, kepala unit pelatihan Hizbullah dan mantan komandan pasukan Radwan, juga tewas dalam serangan itu.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan