Cerita di balik kursi yang digunakan Paus Fransiskus di Gereja Katedral Jakarta – ‘Kerukunan antar umat kita simbolkan dalam pembuatan kursi Paus’
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia memberikan kebanggaan tersendiri bagi para siswa dan guru di sebuah sekolah menengah kejuruan…
“Secara keseluruhan, kami merasa bangga, kami merasa bahagia, kami merasa gembira mendapatkan kepercayaan dari panitia kunjungan Paus ke Indonesia," paparnya.
Akan tetapi, Paroki Gereja Katedral menghendaki agar kursi tersebut selesai pada Mei 2024. Dengan kerja keras dari tim yang memproduksi kursi, target itu akhirnya tercapai.
Dua kursi tersebut akhirnya dikirim ke Jakarta pada 25 Mei silam.
Dia kemudian menjelaskan bahwa proses pengerjaan kursi tersebut hanya menghabiskan waktu satu bulan, sementara dua bulan sebelumnya habis untuk menyepakati desain kursi.
“Awalnya kita bikin desain dua yang model sofa dan rotan dengan hiasan mewah. Ketika disetorkan ke panitia, katanya Pak Paus minta sederhana sehingga desain yang mewah itu kita hilangkan,” jelas Marsono.
Paus Fransiskus dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Juru bicaranya mengatakan Paus mendobrak tradisi berumur satu abad dan memilih “gaya hidup sederhana”.
Sejak naiknya Paus Pius X di awal abad ke 20 setiap paus menempati apartemen 12 kamar di puncak istana yang dilengkapi dengan sayap khusus pegawai, teras dan pemandangan luas ke kota Roma.
Tetapi sejak terpilih, Paus Fransiskus menolak menempati apartemen luas itu dan memilih tinggal di flat dua kamar berukuran kecil di sebelah Basilika Santo Petrus.
Keputusan ini memperkuat reputasinya sebagai seseorang yang sederhana. Saat menjadi Uskup di Buenos Aires, Argentina, ia juga menolak mendiami Istana Keuskupuan dan tinggal di akomodasi sederhana.
Pada khotbah Natal tahunannya pada 25 Desember 2015, Paus Fransiskus memperingatkan umat Katolik agar tidak “dimabukkan” oleh harta dan menyerukan agar lebih banyak ketenangan hati dalam dunia yang terobsesi dengan “konsumerisme dan hedonisme, kekayaan dan pemborosan”.
Kursi kayu dengan bentuk gunungan dan tulisan aksara Jawa
Dua kursi yang dipesan khusus untuk Paus itu terdiri dari satu kursi dengan rangka terbuat dari kayu berwarna cokelat tua, sementara sandaran kursi itu terbuat dari anyaman rotan. Di bagian dudukan kursi terdapat bantalan berwarna putih bersih.
Oleh tim pembuat kursi dari SMK PIKA, sandaran kursi dibuat dengan bentuk menyerupai gunungan—struktur berbentuk kerucut atau segitiga yang terinspirasi dari bentuk gunung.
Di kursi tersebut juga terpampang tulisan aksara Jawa yang mempunyai arti "Persembahan dari Keluarga Besar SMK PIKA Semarang".
Sementara kursi lainnya meski dibuat dengan rangka kayu berwarna cokelat muda, bagian sandaran dan dudukan kursi dilapisi bantalan tebal berwarna tebal. Simbol Vatikan tampak menghiasi sandaran kursi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.