Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pusat Kota Rafah Sepi usai Warga Melarikan Diri akibat Perang Israel-Hamas, Tak Ada Air atau Makanan

Para pejabat Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza.

Penulis: Nuryanti
khaberni
Pemandangan Kota Rafah di Gaza Selatan dari udara. Para pejabat Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Pusat kota Rafah di Gaza disebut sepi setelah sebagian besar penduduknya melarikan diri selama berminggu-minggu akibat pertempuran antara militer Israel dan Hamas yang mewarnai kehidupan sehari-hari di sana.

Para pejabat Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza.

Pada awal Mei 2024, pasukan Israel memasuki kota di selatan wilayah Palestina itu.

Israel membombardir daerah dekat perbatasan dengan Mesir dan memaksa puluhan ribu warga meninggalkan kota tersebut.

Warga bernama Haitham Abu Taha mengungkapkan kondisi di Rafah saat ini.

"Tidak ada lagi air atau makanan. Kami benar-benar terjebak," ungkapnya, Selasa (25/6/2024), dilansir Arab News.

Haitham Abu Taha merupakan salah satu dari sedikit warga Palestina yang kembali ke Rafah bersama keluarganya, setelah tentara Israel mengumumkan jeda harian di jalur selatan.

"Itu lebih baik daripada tinggal di tenda atau bersama kerabat karena kami terpisah satu sama lain," kenangnya sambil berpikir, sebelum kembali dan menemukan bahwa tentara Israel belum benar-benar mundur.

"Hampir tidak ada lagi yang tersisa di Rafah, kecuali segelintir orang yang menolak meninggalkan rumah mereka atau kembali lagi nanti," kata Abu Taha.

Kesepakatan Gencatan Senjata

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan ia hanya akan menerima sebagian kesepakatan gencatan senjata yang tidak akan mengakhiri perang di Gaza.

Pernyataan Netanyahu itu menimbulkan keraguan terhadap kelangsungan proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Pakar Militer: Hizbullah Lebih Kuat dari Hamas, Akan Sulit Dihancurkan Israel

Netanyahu mengatakan dia siap membuat kesepakatan parsial untuk memulangkan sebagian dari 120 sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan perang setelah jeda, untuk menyelesaikan tujuan melenyapkan Hamas," katanya, Minggu (23/6/2024), dikutip dari AP News.

Komentar Netanyahu muncul pada saat yang sensitif ketika Israel dan Hamas tampaknya semakin menjauh mengenai bagaimana kesepakatan gencatan senjata akan dilaksanakan.

Para pemimpin Israel juga semakin memberi isyarat bahwa perang dengan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, bisa jadi akan menjadi perang berikutnya.

Sebagai informasi, rencana gencatan senjata tiga tahap di Gaza akan menghasilkan pembebasan sandera yang tersisa dengan imbalan ratusan warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.

Hamas menegaskan pihaknya tidak akan melepaskan sandera yang tersisa kecuali ada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

Di sisi lain, kritik internasional semakin meningkat atas kampanye Israel ketika warga Palestina menghadapi kelaparan yang meluas.

Perang ini sebagian besar telah memutus aliran makanan, obat-obatan, dan barang-barang kebutuhan pokok ke Gaza, yang kini sepenuhnya bergantung pada bantuan.

Baca juga: Siap Bekingi Hizbullah, Milisi Irak akan Ngebom Situs AS jika Israel Mulai Perang di Lebanon

Mahkamah Agung PBB menyimpulkan ada risiko genosida yang masuk akal di Gaza.

Namun, tuduhan itu dibantah keras oleh Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 31 Desember 2023.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 31 Desember 2023. (ABIR SULTAN / POOL / AFP)

Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, adik perempuan pemimpin Hamas Haniyeh termasuk di antara 10 orang yang dilaporkan tewas dalam serangan di kamp al-Shati.

Dua serangan lainnya di sekolah menewaskan 14 orang.

Risiko kelaparan yang tinggi masih terjadi di Gaza karena lebih dari 495.000 warga Palestina mengalami kekurangan pangan yang "bencana".

Setidaknya 10 warga Palestina, termasuk penjaga yang mengamankan truk bantuan, tewas dalam serangan Israel terhadap orang-orang yang mencari pasokan bantuan di Khan Younis.

"Gaza telah hancur," kata ketua UNRWA, seraya menambahkan bahwa anak-anak sekarat karena kekurangan gizi dan dehidrasi, sementara makanan dan air bersih menunggu di truk.

Baca juga: Rusia Mata-Matai Kapal Selam Israel yang Sedang Jalani Uji Pelayaran

PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang akan terus berlanjut meskipun kesepakatan gencatan senjata disepakati dengan Hamas.

Kelompok Palestina mengatakan komentar Netanyahu menunjukkan dia menolak proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden.

Setidaknya 37.658 orang tewas dan 86.237 luka-luka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan pimpinan Hamas mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved