Selasa, 30 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Sandera Israel yang Masih Hidup di Gaza, Pesan Yahya Sinwar Palsu

Operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membebaskan empat sandera pada Sabtu pekan lalu justru mengakibatkan kematian tiga sandera lainnya

khaberni/HO
Warga Israel berdemo menuntut pemerintahan Benjamin Netanyahu memulangkan para sandera yang ditahan Hamas dalam serangan Banjir Al Aqsa 7 Oktober 2023 silam. Tampak satu di antara warga Israel menunjukkan foto seorang wanita yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza. 

Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Sandera Israel yang Masih Hidup di Gaza, Pesan Palsu Yahya Sinwar

TRIBUNNEWS.COM - Dalam sebuah wawancara dengan CNN yang dirilis pada Jumat (14/6/2024), anggota biro politik sekaligus juru bicara Hamas, Osama Hamdan mengatakan, baik pihaknya maupun pihak manapun tidak mengetahui berapa banyak dari 120 sandera Israel di Gaza yang masih hidup.

“Baik kami maupun siapa pun tidak mengetahui jumlah tahanan (sandera Israel) yang masih hidup di Jalur Gaza. Tidak ada yang tahu tentang hal itu,” katanya,

Dilansir i24, Hamdan menambahkan kalau operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membebaskan empat sandera pada Sabtu pekan lalu justru mengakibatkan kematian tiga sandera lainnya, termasuk seorang warga negara Amerika.

Baca juga: Kerahkan Seabrek Pasukan Bantai Gaza Tengah, Israel Klaim Bebaskan 4 Sandera dari Jantung Nuseirat 

Hamdan mengatakan kepada CNN kalau setiap kesepakatan untuk membebaskan para sandera harus mencakup jaminan gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Hamdan menambahkan dalam pernyataannya kalau Hamas memerlukan posisi dan sikap yang jelas dari  pendudukan Israel untuk menerima gencatan senjata

Dia menekankan bahwa pendudukan harus menarik diri dari Gaza dan membiarkan rakyat Palestina menentukan sendiri masa depan mereka.

Hamdan menekankan, kesepakatan dapat dicapai jika Washington bertindak positif, dan tidak hanya berdasarkan visi dan cara pandang Israel

Dia mengatakan bahwa usulan terbaru yang didukung oleh Amerika Serikat tidak memenuhi persyaratan Hamas karena Israel tidak menunjukkan kejelasan sikap atas proposal tersebut.

Baca juga: Menteri Israel Bezalel Smotrich Serukan Jenazah Warga Palestina Diarak Pakai Gerobak ke Pusat Kota

Serangan Brutal Israel di Kamp Nuseirat Sabtu (8/6/2024)
Serangan Brutal Israel di Kamp Nuseirat Sabtu (8/6/2024) (Twitter)

“Kami memerlukan posisi yang jelas dari Israel untuk menerima gencatan senjata, penarikan penuh dari Gaza, dan membiarkan Palestina menentukan masa depan mereka dengan cara yang benar secara mandiri, rekonstruksi, pencabutan pengepungan, dan kami siap untuk membicarakan kesepakatan yang adil mengenai pertukaran tahanan," katanya.

Dia menunjukkan bahwa pendudukan Israel menginginkan gencatan senjata hanya selama enam minggu dan kemudian kembali berperang.

Hamas meyakini, pemerintah Amerika belum meyakinkan Tel Aviv untuk menerima gencatan senjata permanen.

“Israel menginginkan gencatan senjata hanya untuk enam minggu dan kemudian mereka ingin kembali berperang, yang menurut saya, Amerika, sampai saat ini, mereka tidak meyakinkan Israel untuk menerima [gencatan senjata permanen],” kata juru bicara Hamas menyoroti bahwa AS perlu meyakinkan Israel untuk menerima gencatan senjata permanen sebagai bagian dari kesepakatan.

Baca juga: Hamas Minta Jaminan Tertulis dari AS: Gencatan Senjata Permanen, Israel Tarik Pasukan dari Gaza

Gerakan Perjuangan Islam Palestina, Hamas baru-baru ini menulis surat terbuka. Surat terbuka berjudul,
Gerakan Perjuangan Islam Palestina, Hamas baru-baru ini menulis surat terbuka. Surat terbuka berjudul, "Narasi Kami… Operasi Banjir Al-Aqsa" dijelaskan beberapa hal dari latar belakang Operasi Banjir Al-Aqsa, Siapa Hamas, dan lain-lain. (Tangkapan layar Surat Terbuka Hamas, Narasi Kami Operasi Banjir Al-Aqsa)

Serangan 7 Oktober Adalah Reaksi dari Penindasan Israel Selama Bertahun-tahun

Ketika ditanya apakah Hamas menyesali keputusannya menyerang Israel pada 7 Oktober, Hamdan mengatakan bahwa itu adalah “reaksi terhadap penindasan pendudukan Israel selama bertahun-tahun.

“Orang yang berkuasa atau bertanggung jawab atas hal ini adalah pendudukan [Israel]. Jika Anda menolak pendudukan, (mereka) akan membunuh Anda, jika Anda tidak melawan pendudukan, (mereka) juga akan membunuh Anda dan mendeportasi Anda keluar negara Anda. Jadi apa yang harus kita lakukan, menunggu saja?” jawabnya.

Dia menunjukkan bahwa pembunuhan, penghancuran, dan pendudukan yang terjadi setelah 7 Oktober di Gaza menunjukkan wajah “Israel” yang sebenarnya.

Baca juga: Isi Surat Yahya Sinwar ke Para Pimpinan Hamas di Luar Negeri: Biarlah Gaza Jadi Karbala Baru

Yahya Sinwar, pemimpin gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza, menyapa para pendukungnya saat dia tiba untuk menghadiri rapat umum memperingati Hari Al-Quds (Yerusalem), 14 April 2023.
Yahya Sinwar, pemimpin gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza, menyapa para pendukungnya saat dia tiba untuk menghadiri rapat umum memperingati Hari Al-Quds (Yerusalem), 14 April 2023. (Mohammed Abed/AFP)

Pesan Palsu Yahya Sinwar

Hamdan juga membantah laporan kalau Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, menyatakan kalau korban sipil Palestina adalah “pengorbanan yang perlu.”

Dia berkata: “Itu adalah pesan palsu yang dibuat oleh orang non-Palestina dan dikirim ke Wall Street Journal sebagai bagian dari tekanan terhadap Hamas dan untuk memprovokasi rakyat agar menentang pemimpinnya,” katanya.

Agresi tersebut sudah memasuki hari ke-250, dan pendudukan melanjutkan agresinya terhadap Gaza selama 252 hari berturut-turut, melakukan lebih banyak pembantaian dan perang genosida terhadap warga sipil, dan membom beberapa wilayah di Jalur Gaza, yang menyebabkan kematian 37.232 warga Palestina. dan cederanya 85.037 orang lainnya.

Pejuang Hamas menaiki paralayang menyerang Israel dengan melintasi perbatasan dari Gaza ke Israel selatan, Sabtu (7/10/2023).
Pejuang Hamas menaiki paralayang menyerang Israel dengan melintasi perbatasan dari Gaza ke Israel selatan, Sabtu (7/10/2023). (tangkap layar twitter)

Operasi Banjir Al-Aqsa

Brigade Al-Qassam, sayap militer dari Gerakan Perlawanan Islam “Hamas,” melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, sebagai tanggapan atas pelanggaran pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Di sisi lain, pendudukan Israel melancarkan operasi militer terhadap Jalur Gaza, yang disebut “Pedang Besi,” dan melancarkan serangkaian serangan kekerasan di beberapa wilayah di Jalur Gaza.

Agresi dan bombardemen buta Israel di Jalur Gaza ini mengakibatkan puluuhan ribu orang meninggal dan ribuan orang terluka, selain hancurnya sejumlah besar bangunan,  tempat tinggal, institusi, dan infrastruktur.

Kematian di Kalangan Tentara Pendudukan

Jumlah korban tewas tentara pendudukan meningkat menjadi 650 personel sejak tanggal 7 Oktober, 298 di antaranya tewas sejak dimulainya operasi darat pada tanggal 27 Oktober lalu.

Menurut tentara pendudukan Israel, 3.822 tentara pendudukan telah terluka sejak dimulainya agresi di Gaza. Kondisi 579 di antaranya tergolong serius, 984 luka sedang, dan 2.259 luka ringan.

(oln/khbrn/i24/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved