All Eyes on Rafah: Di balik unggahan yang dibagikan lebih dari 47 juta orang di Instagram
An AI-generated image with the text “All eyes on Rafah” has been shared more than 45 million times.
Namun menurut Anastasia Kavada, yang mengampu mata kuliah pascasarjana tentang media, kampanye, dan perubahan sosial di Universitas Westminster, faktor terpenting adalah waktu dan konteks politik dari unggahan tersebut.
Dia menjelaskan bahwa unggahan itu menjadi viral pada saat banyak orang merasa "marah" dengan berita tentang serangan terhadap kamp pengungsi Palestina di Rafah.
Pandangan ini diamini oleh Maher Nammari, konsultan pemasaran elektronik dan kecerdasan buatan, yang menekankan pentingnya insiden itu dan interaksi daring yang terjadi setelahnya.
"Serangan hari Minggu di Rafah telah menyebabkan kesedihan yang meluas,” kata Nammari kepada BBC Arabic.
Apakah AI membantu memviralkan unggahan tersebut?
Yang membuat unggahan ‘All Eyes on Rafah’ mudah dibagikan adalah gambar yang dihasilkan AI, kata para ahli.
Gambar tersebut - yang memperlihatkan padang pasir dan tenda-tenda dengan teks ‘All Eyes on Rafah’ di atasnya - tidak menunjukkan Kota Rafah yang sebenarnya.
Yang paling mencolok adalah tidak adanya gambar mayat, darah, foto orang sungguhan, nama, atau pemandangan yang menyedihkan.
Hal ini menimbulkan kritik dari beberapa pihak.
Dr Paul Reilly, dosen senior Komunikasi, Media, dan Demokrasi di Universitas Glasgow, mengatakan bahwa beberapa aktivis akan merasa khawatir bahwa gambar tersebut tidak menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Dia merujuk pada materi-materi lain yang diunggah di media sosial oleh sejumlah jurnalis di Gaza yang tidak menjadi seviral unggahan ‘All Eyes on Rafah‘.
Menanggapi kritik tersebut, seniman Malaysia yang menciptakan gambar tersebut - yang dikenal dengan nama shahv4012 - menulis dalam sebuah story Instagram yang dikutip oleh majalah Time: “Ada orang-orang yang tidak puas dengan gambar dan template tersebut, saya minta maaf jika saya telah melakukan kesalahan pada kalian semua."
Dia menambahkan: “Apa pun [yang Anda lakukan], jangan meremehkan masalah Rafah sekarang, sebarkan agar mereka terguncang dan takut akan penyebaran dari kita semua.”
Meskipun gambar tersebut menggambarkan versi yang agak "difilter" dari apa yang sedang terjadi di Rafah, Dr Reilly mengatakan bahwa hal itu dapat menjadi keuntungan dari sudut pandang aktivis digital.
Sebab, menurutnya, gambar tersebut menjadi lebih mudah dibagikan dan tidak melanggar pedoman ketentuan penggunaan Instagram sehingga tidak dihapus media sosial itu. Pada saat bersamaan, gambar itu meningkatkan kesadaran akan masalah yang ingin diangkat oleh para aktivis.
Bagaimana fitur-fitur Instagram membantu menyebarkan kampanye sosial?
Alat-alat yang dikembangkan oleh Instagram juga turut andil dalam membuat postingan tersebut menjadi viral.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.