Kalah dari Uzbekistan, tim U-23 Indonesia masih ada peluang berlaga di Olimpiade Paris
Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia berhasil mengukir sejarah dengan masuk babak semifinal Piala Asia dan berpeluang lolos ke Olimpiade…
"Indonesia hanya butuh satu kemenangan lagi," kata Anton.
"Namun, katakanlah Indonesia sampai gagal ke Olimpiade, ini bukan hal yang buruk sebetulnya. Ini sudah pencapaian yang luar biasa bisa sampai ke semifinal."
Secara pribadi, Anton optimistis tim U-23 Indonesia dapat mengalahkan tim U-23 Uzbekistan di semifinal.
Apalagi, katanya, pelatih Tae-yong sudah memiliki tulang punggung tim yang tepat dengan taktik andalannya 3-4-2-1 atau 3-4-3.
Memang Indonesia punya beberapa pekerjaan rumah, tapi dirasa tidak signifikan.
Misal, kinerja gelandang serang Marselino Ferdinan dianggap menurun pada pertandingan terakhir melawan Korea Selatan.
"Marselino kemarin agak jelek mainnya, mungkin karena overexposed juga," kata Anton.
"Dia dibilang 'man of the match', 'king Marselino', apa lah segala macam. Sebutan-sebutan kayak gitu toksik menurut saya."
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi bola mati dan transisi di sisi kiri. Apalagi, kata Anton, Pratama Arhan di sisi kiri kadang terlalu asyik menyerang dan "lupa turun" membantu pertahanan.
Selain itu, penyerang Rafael Struick yang baru menemukan tajinya saat mencetak dua gol melawan Korea Selatan pun tidak bisa tampil di laga semifinal melawan Uzbekistan karena akumulasi kartu kuning.
"Sayang banget. Padahal baru kelihatan 'gacor'-nya," kata Unggul Indra, presiden perkumpulan suporter timnas La Grande Indonesia.
Kontroversi soal naturalisasi
Keberhasilan Indonesia lolos ke semifinal Piala Asia U-23 juga seakan membuktikan bahwa proses pengembangan yang tepat, ditambah bantuan pemain naturalisasi yang tidak berlebihan, dapat membawa hasil nyata, kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo.
Sejak Shin Tae-yong pertama melatih tim sepak bola Indonesia pada 2019, Indonesia telah menaturalisasi 13 pemain berbeda, dan empat di antaranya masuk dalam tim U-23 di Piala Asia yang tengah berlangsung saat ini.
Empat pemain muda hasil naturalisasi itu adalah Justin Hubner, Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Nathan Tjoe-A-On.
"Apa yang mereka [PSSI] lakukan selama ini terhadap tim senior, terutama yang mereka betul-betul jorjoran dalam naturalisasi, ternyata terpatahkan kan oleh tim U-23 yang pemain naturalisasinya kan hanya ada empat," kata Anton.
"Empat itu masih normal. Tapi kalau satu tim, pemain naturalisasinya ada 10 sampai 12, itu menurut saya sudah enggak normal, meskipun secara hukum mereka sah gitu ya."
Sebelumnya, pengamat sepak bola Tommy Welly mengkritik PSSI yang disebutnya begitu "memanjakan" pelatih Tae-yong, termasuk dengan menaturalisasi banyak pemain.
Karena itu, Tommy mengusulkan untuk menguji kemampuan Tae-yong.
Ia mencontohkan dengan kasus Nathan, pemain naturalisasi yang sempat dipanggil pulang klubnya, SC Heerenveen asal Belanda, setelah membawa tim U-23 Indonesia menang 4-1 atas tim U-23 Yordania di Piala Asia.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir lantas turun langsung untuk melobi Heerenveen hingga Nathan bisa kembali memperkuat tim U-23.
"Harusnya kita challenge, ketika tanpa Nathan Tjoe-A-On, apa yang akan dilakukan oleh Shin Tae-yong?" kata Tommy saat tampil di acara Hotroom Metro TV pada Rabu (24/4).
"Kalau disuapin terus sama Erick Thohir, enak betul Shin Tae-yong."
Menurutnya, itu akan menjadi "test case" yang tepat untuk menilai kualitas sesungguhnya Tae-yong.
Pengamat lainnya, Justinus Lhaksana, tak setuju dengan pendapat Tommy.
"Enggak bisa buat test case lah. Ini pertandingan penting," kata Justinus.
Komentar Tommy tersebut lantas memicu keramaian di media sosial, utamanya di X (dulunya Twitter).
Banyak warganet yang merasa kata-kata Tommy tak masuk akal, karena seakan ingin mengorbankan pertandingan penting semata-mata demi menguji kualitas pelatih.
Sementara itu, Justinus mengatakan kombinasi pemain naturalisasi dengan pemain Indonesia yang bermain di luar dan dalam negeri, ditambah racikan taktik Tae-yong, berhasil melahirkan prestasi.
"Shin Tae-yong dengan game plan-nya itu sesuai dengan kapasitas pemain kita," kata Justinus.
Melindungi pemain muda Indonesia dari sorotan berlebihan
Ada harapan besar agar para pemain tim U-23 Indonesia saat ini dapat diandalkan dalam jangka panjang, kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo.
Maksudnya, mereka diharapkan bisa naik ke tim senior dan konsisten unjuk gigi hingga usia 30an.
Karena itu, Anton merasa penting untuk menjaga para pemain muda ini dari sorotan berlebihan, termasuk dari warganet dan media massa.
"Mereka sudah masuk semifinal. Apa pun yang terjadi nanti, mereka pulang pasti diarak, dibawa ke istana negara lah, diundang televisi ini, televisi itu. Akhirnya mereka merasa menjadi star," kata Anton.
"Begitu mereka merasa menjadi star, selesai sudah. Selesai."
Maka, setiap pihak disebut harus bekerja sama untuk membuat mereka tetap membumi.
"Dengan sanjungan-sanjungan yang berlebihan, menurut saya mereka akan busuk sebelum waktunya," kata Anton.
"Biarkan mereka berkembang. Kecuali kalau sudah mature, sudah kelasnya benar-benar senior, mereka mendapatkan pujian, ya oke lah. Karena kan mereka sudah stabil emosinya."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.