Kamis, 2 Oktober 2025

Mengenal Songbun, 'kasta sosial' Korut berdasarkan 'kesetiaan' pada rezim penguasa

Jika masuk dalam kategori kasta atas, warga Korea Utara dapat tinggal di kota besar, belajar di universitas dan mendapat pekerjaan…

BBC Indonesia
Mengenal Songbun, 'kasta sosial' Korut berdasarkan 'kesetiaan' pada rezim penguasa 

Lawan dari kelas istimewa adalah warga negara yang dianggap 'musuh', yang disebut choktae.

Darah mereka dianggap 'tercemar' karena merupakan keturunan dari pemilik tanah, pedagang, hingga umat Kristiani.

Mereka juga dianggap musuh karena menjadi pendukung kekaisaran Jepang pada masa pendudukan dan Korea Selatan pada Perang Korea.

Orang-orang ini adalah musuh tradisional rezim komunis Korea Utara.

Mereka – yang sering disamakan dengan kelompok paling rendah ​​dalam sistem kasta India – menghadapi diskriminasi sistematis.

Mereka tinggal di tempat paling terpencil di mana akses terhadap makanan dan listrik terbatas.

Mereka juga tidak memiliki kesempatan menempuh pendidikan dan melakukan pekerjaan yang paling sulit.

“Anak-anak dari kasta ini pergi ke sekolah di pagi hari, terutama untuk dilakukan indoktrinasi ideologi. Setelah itu mereka dipekerjakan di ladang dan di pertambangan. Mereka umumnya berumur pendek dan hampir selalu diawasi oleh pihak berwenang,” kata Yeonmi Park.

Tentu saja, katanya, sangat jarang seseorang yang diklasifikasikan sebagai choktae tinggal di Pyongyang atau bahkan secara sah mendapatkan izin untuk mengunjungi ibu kota.

Kelas menengah atau dongyo

Di antara kelas tertinggi dan terendah ada bagian tengah: dongyo.

Mereka adalah kelompok yang tidak dianggap bermusuhan dengan penguasa, namun riwayat keluarga mereka juga tidak sepenuhnya bersih.

Selain itu, kesetiaan mereka kepada rezim penguasa pun dianggap ambigu atau dipertanyakan.

Peluang mereka terbatas, tetapi ada subklasifikasi dalam kelompok ini.

Misalnya, seorang dongyo dengan catatan bersih dapat tinggal di dekat Pyongyang, kuliah di universitas peringkat kedua, atau memegang pekerjaan administratif atau menengah.

Namun kesempatan itu hilang bagi mereka yang dikategorikan dalam 'kasta' yang hampir mendekati batas 'permusuhan'.

Kebanyakan ahli memperkirakan bahwa dongyo adalah yang paling banyak jumlahnya.

Kelompok ini mewakili sekitar 40% populasi, sedangkan haeksim dan choktae masing-masing berjumlah sekitar 30%.

Bagaimanapun juga, tidak diketahui berapa proporsi sebenarnya.

Dokumen klasifikasi sosial – seperti hampir semua dokumen resmi di Korea Utara – dijaga kerahasiaannya dengan sangat ketat.

Bagaimana cara kerja songbun?

Di mana songbun tercatat? Apakah ini menjadi topik perbincangan di antarwarga Korea Utara?

Bagaimana seseorang bisa mengetahui statusnya? Bisakah itu diubah? Dan, bisakah orang dengan songbun berbeda menikah?

Informasi tentang status songbun setiap orang di Korea Utara disimpan dalam dokumen rahasia negara, pemerintah daerah, dan polisi.

Songbun, jelas Yeonmi Park, adalah tema yang menempel di kepala semua warga Korea Utara dalam kehidupan sehari-hari, karena tema tersebut sepenuhnya menandai kehidupan mereka.

Secara umum, status songbun suatu keluarga di Korea Utara dapat diketahui berdasarkan tempat tinggal mereka, akses terhadap pendidikan tinggi dan kesehatan, atau pekerjaan yang mereka lakukan.

Namun, terkadang seseorang mungkin perlu mengakses dokumen rahasia untuk mengetahui status songbun mereka.

“Orang Korea Utara sering menyuap pejabat atau petugas polisi untuk mengetahui songbun pihak lain sebelum mengatur pernikahan,” kata Park.

Hal ini mereka lakukan agar level keduanya sama.

"Di songbun tidak ada promosi, yang ada hanya demosi. Jadi jika salah satu dari pasangan mempunyai status yang lebih tinggi, maka ketika mereka menikah, otomatis mereka akan setara dengan pasangannya yang memiliki status yang lebih rendah,” kata Park.

Karena alasan ini, ia yakin, di Korea Utara, pernikahan antara orang yang 'dipercaya' dan orang menengah atau antara orang di tingkat menengah dan yang 'bermusuhan', sangatlah tidak biasa.

Pernikahan ini akan memperburuk kondisi kehidupan keluarga orang tersebut dan generasi selanjutnya.

Selama bertahun-tahun, beberapa warga kelas menengah atau bawah Korea Utara telah mengumpulkan sejumlah kekayaan dengan berdagang di pasar gelap, terutama di daerah perbatasan dengan China, tempat pembuangan kelompok menengah dan yang dicap sebagai musuh.

Beranjak dari itu, kami bertanya kepada Yeonmi Park apakah mungkin untuk mengubah songbun melalui suap?

Dia mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin, karena akan melibatkan pemalsuan dokumen di berbagai instansi.

Dan, andaikan tercapai, status baru orang tersebut tidak akan sesuai dengan status kerabat dekat dan leluhurnya, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan.

“Tidak ada yang bisa Anda lakukan untuk mengubah nasib Anda, karena Anda tidak bisa memilih nenek moyang Anda,” katanya.

Lalu, apa yang dicapai rezim Kim dengan songbun? Pada dasarnya, kata aktivis Korea Utara, kontrol sosial yang menyeluruh.

“Ini memperkuat gagasan bahwa jika seseorang dalam keluarga Anda melakukan kesalahan maka semua orang bertanggung jawab. Seseorang bertanggung jawab bukan terhadap dirinya sendiri namun terhadap kelompoknya."

“Sistem ini mengakhiri individualisme dan mencegah sedikit pun perbedaan pendapat.”

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved