Puluhan perempuan yang bekerja layaknya budak di Oman berhasil diselamatkan berkat grup WhatsApp
BBC Africa Eye menyelidiki bagaimana sebuah grup WhatsApp membantu menyelamatkan lebih dari 50 perempuan Malawi yang diperdagangkan…
Komite Nasional Pemberantasan Perdagangan Manusia di Oman mengatakan kepada BBC bahwa hubungan antara majikan dan pekerja rumah tangga bersifat kontrak dan perselisihan yang belum terselesaikan dapat dirujuk ke pengadilan dalam waktu sepekan.
Badan itu menambahkan bahwa majikan tak diperbolehkan “menerapkan segala bentuk kerja paksa pada pekerjanya” dan tidak boleh menyimpan “paspor dan dokumen pribadi pekerjanya tanpa izin tertulis dari pekerjanya”.
Setelah tiga bulan berada di Muscat, berkat bantuan Nyoni dan seseorang lainnya di Oman, Georgina kembali ke Malawi pada 2021.
"Setelah membantu Georgina, saya merasa marah, saya merasa sangat marah," kata Nyoni.
Kasus yang dialami Georgina menjadi sirene peringatan di Malawi dan tekanan mulai meningkat terhadap pemerintah untuk melakukan intervensi.
Badan amal Malawi, Pusat Inisiatif Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi (CDEDI) meluncurkan kampanye penyelamatan Oman, menyerukan pihak berwenang untuk membawa pulang para perempuan tersebut.
'Saya tidak sangka ada orang di muka bumi ini yang memperlakukan orang lain seperti budak'
Blessings adalah perempuan lain yang ada di grup WhatsApp Nyoni. Perempuan berusia 39 tahun ini melakukan perjalanan ke Muscat pada Desember 2022, meninggalkan keempat anaknya bersama saudara perempuannya, Stevelia di Lilongwe, Malawi.
Dia mengalami luka bakar parah di dapur rumah tempat dia bekerja, namun majikannya tidak mengizinkan dia kembali ke Malawi.
"Tingkat luka bakarnya, percayalah, saya melihat saudara perempuan saya kesakitan" kata Stevelia kepada BBC.
“Saya ingat adik saya berkata: 'Kak, saya datang ke sini karena saya membutuhkan kehidupan yang lebih baik, tapi jika saya mati, tolong jaga anak-anak saya.' Itu membuat saya sedih."
Stevelia mulai melobi agar adiknya dibawa pulang ke Malawi.
Awalnya agen tersebut dengan marah mengatakan kepada keluarga tersebut bahwa Blessings telah meninggal, namun hal tersebut tidak benar dan akhirnya pada Oktober lalu, Blessings kembali dengan bantuan pemerintah Malawi.
“Saya tidak pernah mengira akan tiba saatnya saya bisa bertemu keluarga saya lagi, anak-anak saya,” kata Blessings kepada BBC tak lama kemudian.
“Saya tidak menyangka ada orang di muka bumi ini yang memperlakukan orang lain seperti budak.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.