Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Ubah Aturan Wamil demi Bela Yahudi Ultra-Ortodoks

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis (28/9/2024) mengubah aturan wajib militer untuk membela Yahudi Ultra-Ortodoks.

AFP/JACK GUEZ
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berdiri di depan drone Hermes 900 saat menyampaikan pidato selama kunjungannya ke pusat kendaraan udara tak berawak (UAV) Israel, di Pangkalan Udara Palmachim dekat kota Rishon LeZion. (5 Juli 2023). ( JACK GUEZ/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada hari Kamis (28/9/2024) mengubah aturan wajib militer untuk membela Yahudi Ultra-Ortodoks.

Netanyahu meminta pengadilan tinggi Israel untuk menunda tugas wajib militer bagi orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks.

Mengutip dari Al Mayadeen, aturan wamil bagi para pria Yahudi ultra-Ortodok  telah lama menjadi pemicu perselisihan dalam internal politik Israel.

Ini mengakibatkan krisis panjang yang mencakup lima pemilihan legislatif dalam waktu kurang dari empat tahun.

Awalnya, pria-pria Yahudi ultra-Ortodoks dijadwalkan untuk terjun berperang di Gaza mulai 1 April 2024.

Namun dengan mendapat dukungan dari partai-partai ultra-Ortodoks, Netanyahu mendesak Mahkamah Agung untuk menunda batas waktu pengajuan rencana wajib militer.

Keputusan wamil bagi para pria Yahudi ulta-Ortodoks juga ditolak oleh kamu Yahudi Haredi.

Mereka menegaskan tidak akan bergabung dengan IDF.

Kaum Yahudi Haredi mengklaim penolakan ini atas dasar 'doktrinal alkitabiah'.

Dengan membawa slogan "Kami lebih baik mati daripada mengabdi", mereka melakukan demo di wilayah pendudukan al-Quds untuk menolak bergabung dengan IDF.

Dalam tuntutannya kepada MA, Netanyahu meminta wamil bagi pria Yahudi Ultra-Ortodoks ditunda selama 30 hari.

Tujuannya agar memberikan lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan dengan mitra koalisi ultra-Ortodoksnya.

Baca juga: Mati-matian Bela Yahudi Ultra-ortodoks, Netanyahu Ancam Para Menteri Israel Soal RUU Haredi

Namun pada hari yang sama, MA mengeluarkan keputusan sementara terkait wajib militer.

Dalam keputusan tersebut, seminari-seminari Yahudi akan kehilangan pendanaan jika siswa tanpa penundaan atau pengecualian gagal melapor untuk tugas militer.

Meskipun anggota kabinet perang Benny Gantz dan ketua partai Persatuan Nasional, menyambut baik perintah pengadilan tersebut, pemimpin partai Persatuan Torah Yudaisme, Yitzhak Goldknopf, mengecamnya.

Aksi Demo Yahudi Haredi

Perselisihan yang terjadi dalam politik Israel semakin meningkat.

Di tengah pertikaian ekstrim dalam posisi dan pendapat mengenai administrasi perang dan negosiasi, Yahudi Haredi dan pemukim Israel lainnya terlibat bentrok.

Alasan keduanya bentrok adalah karena penolakan terhadap hukum wajib wajib militer pendudukan Israel dengan IDF.

Media Israel melaporkan demonstrasi Yahudi Haredi ini telah dimulai pada 16 Maret di persimpangan pemikman Ra'anana, utara Tel Aviv dan di Institut Sains Weizmann di pemukiman Rehovot.

Para pendemo juga memblokir Jalan Raya Ayalon di pusat "Tel Aviv" sebagai protes terhadap pemerintah Israel.

Aksi protes juga terjadi di depan Kementerian Kemanan di Tel Aviv.

Para pengunjuk rasa yang berasal dari keluarga tawanan Israel mengancam akan 'membakar Israel jika perlu'.

Sementara di Kaplan dan di Kota Haifa, ribuan orang juga turut turun ke jalan.

Ratusan orang berbaris dan mencapai Horev Center.

Mereka menyerukan kemajuan dalam kesepakata dan mendesak pengunduran diri Netanyahu.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Netanyahu

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved