Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pejabat Top Palestina Ungkap Rincian Respons Hamas soal Proposal Gencatan Senjata

Sejumlah pejabat di faksi Perlawanan Palestina telah berbicara dengan Al Mayadeen menyusul pengumuman penting yang dibuat oleh Hamas.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
SAID KHATIB / AFP
Seorang pejuang dari faksi bersenjata Palestina berjaga pada 20 September 2023, saat upacara peresmian monumen "Hari Perlawanan". Dalam artikel mengulas tentang sejumlah pejabat tinggi faksi-faksi di Palestina yang mengungkapkan rincian respons Hamas terhadap mediator mengenai proposal gencatan senjata. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah pejabat tinggi faksi-faksi di Palestina mengungkapkan, rincian respons Hamas terhadap mediator mengenai proposal gencatan senjata.

Pada Selasa (6/2/2024) malam, Wakil Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina (PIJ), Mohammad al-Hindi, mengatakan secara eksklusif kepada Al Mayadeen bahwa tanggapan terhadap proposal gencatan senjata, yang juga dikenal sebagai Dokumen Paris, mencakup klausul yang mengacu pada prinsip-prinsip fundamental yang ditetapkan oleh Hamas.

Prinsip-prinsip itu termasuk penghentian agresi Israel, penarikan diri pasukan Israel dari Jalur Gaza, serta rekonstruksi Jalur Gaza, jelas al-Hindi.

“Tanggapan kami terhadap perjanjian kerangka kerja ini selaras dengan prinsip-prinsip kami dengan sedikit perubahan dalam kata-katanya,” tambahnya.

Al-Hindi mengatakan, pertemuan para pejabat tinggi Mesir, Qatar, Amerika, dan Perancis di Paris bertujuan untuk membahas masalah tahanan dan ketegangan regional.

Pertemuan itu berujung pada perumusan Dokumen Paris, yang menawarkan gencatan senjata berbatas waktu, yang akan mewujudkan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

Namun, al-Hindi mengatakan bahwa, dalam tanggapannya, Hamas mengambil kesempatan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip dasar yang dianutnya ke dalam Dokumen Paris itu.

Mengenai pertanyaan pihak mana yang akan menjamin bahwa klausul tersebut tidak dilanggar oleh pendudukan Israel, al-Hindi menekankan bahwa kekuatan Pasukan Perlawanan adalah penjamin sebenarnya dari kesepakatan tersebut, bukan mediatornya.

Namun, ia mengakui peran yang dapat dimainkan oleh beberapa negara dan organisasi, yakni Turki, Qatar, Mesir, Rusia, dan PBB.

Ia menekankan, bahwa Amerika Serikat bukanlah salah satu negara yang dapat memainkan peran seperti itu, sebagai penjamin.

“Amerika benar-benar bias terhadap Israel, apa yang kita lihat dengan mata kepala sendiri adalah partisipasi mereka dalam agresi dan mencegah bantuan memasuki Gaza,” kata pejabat itu.

Baca juga: Hamas Beri Respons Positif soal Gencatan Senjata di Gaza, Blinken Sebut Kesepakatan Ini Penting

“Kami meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi penjamin tahap pertama perjanjian mengenai pembentukan perumahan (tempat berlindung) bagi para pengungsi,” kata al-Hindi.

Mengulangi pendirian tegas faksi-faksi Perlawanan Palestina mengenai pengaturan urusan sipil di Jalur Gaza, al-Hindi mengatakan:

"Tidak ada seorang pun yang dapat mendikte kami bagaimana keadaan setelah perang nanti."

"Kami teguh pada pendirian kami untuk menghentikan agresi, penarikan diri Israel, pertolongan, rekonstruksi, dan pencabutan pengepungan, dan kami menunggu tanggapan musuh.”

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved