Minggu, 5 Oktober 2025

Para pengungsi Palestina di Timur Tengah risau negara-negara Barat bekukan pendanaan UNRWA

Ketika krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah dan donor-donor besar menghentikan pendanaan UNRWA, warga Palestina di seluruh wilayah…

BBC Indonesia
Para pengungsi Palestina di Timur Tengah risau negara-negara Barat bekukan pendanaan UNRWA 

Di Lebanon, terdapat sekitar 490.000 pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA, meskipun diperkirakan jumlah sebenarnya yang tinggal di negara tersebut adalah sekitar 250.000 orang.

Badan PBB tersebut juga memberikan bantuan kepada 30.000 pengungsi Palestina yang mengungsi dari Suriah ke Lebanon akibat perang di sana.

Namun masalahnya bukan pada jumlah pengungsi, namun pada sejauh mana mereka bergantung pada UNRWA untuk bertahan hidup.

Ketergantungan ini bersifat total, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara penampung pengungsi Palestina di Timur Tengah, seperti Yordania – yang menampung pengungsi Palestina terbanyak dalam daftar UNRWA.

Kebanyakan dari mereka memiliki kewarganegaraan Yordania dan tidak menghadapi diskriminasi seperti yang dialami pengungsi Palestina di Lebanon.

Realita hidup bagi warga Palestina yang tidak memiliki kewarganegaraan Yordania terbilang lebih suram. Sebagian besar pengungsi dari Gaza tinggal di 13 kamp resmi UNRWA dan tiga kamp tidak resmi.

Sekolah-sekolah UNRWA di Yordania mengajar 120.000 siswa dan klinik kesehatannya menerima sekitar 1,5 juta kunjungan medis per tahun.

Amani Shallouf, 40, adalah ibu dari tiga anak perempuan yang tinggal di kamp pengungsi asal Gaza di Yordania. Dia lahir di sana, belajar di sana, dan putrinya bersekolah di sana juga.

“Kartu UNRWA sangat penting dalam kehidupan setiap orang di kamp. Kami sepenuhnya bergantung padanya. Ini adalah satu-satunya penopang kami karena tidak ada pihak lain yang memberikan bantuan apa pun kepada kami,” katanya.

Kartu UNRWA juga penting bagi pengungsi Palestina yang memegang paspor Yordania, tapi tidak membutuhkan bantuan UNRWA. Mereka masih memandang penting terdaftar di UNRWA, yang dipandang sebagai 'jaminan' hak mereka untuk kembali ke tanah air.

Banyak warga Yordania keturunan Palestina berasal dari Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak tahun 1967. Dan di sinilah UNRWA mengelola sebagian besar kamp pengungsi di luar Gaza.

Mahmoud al-Toukhi bekerja sebagai sopir taksi dan berasal dari kamp UNRWA al-Amari, salah satu dari 19 kamp di Tepi Barat. Dia belajar di sekolah UNRWA dan anak-anaknya juga mengenyam pendidikan di sekolah tersebut.

“Kami hidup di bawah pendudukan Israel, sedangkan Otoritas Palestina tidak memberikan bantuan apa pun kepada kami,” katanya.

“Kami hanya punya UNRWA yang menjaga kami. Lembaga itu adalah ayah kami, yang mengadopsi kami.”

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved