Konflik Palestina Vs Israel
Israel Sebut Hamas Sudah Tercerai-berai di Gaza Utara, Perlawanan Lain Bakal Muncul Menggantikannya
IDF Israel seperti memakan buah simalakama saat fokus memerangi Hamas di Gaza Selatan dan Tengah.
Kesalahan itu adalah kegagalan membuat rencana pasca-konflik yang solid, yang menyebabkan serangkaian konsekuensi seperti perluasan kekuatan Iran di wilayah tersebut dan pemberontakan yang berkepanjangan.
Dalam sebuah dokumen yang dirilis pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menguraikan visinya untuk transisi peralihan fase perang tersebut.
Gaza Utara, tulisnya, akan menghadapi “pendekatan tempur baru” yang mencakup aksi penyerbuan, serangan udara dan darat yang mendadak, operasi khusus, dan penghancuran jaringan luas terowongan Hamas yang selama ini dipakai gerakan milisi untuk mendukung taktik hit and run.
Gallant mengatakan upaya di wilayah selatan akan fokus pada 'pemenggalan' kepemimpinan Hamas, yang masih buron di Gaza dan sekitarnya, dan memulangkan lebih dari 100 sandera yang masih disandera oleh milisi pembebasan Palestina.
"Ini adalah upaya lintas tahap. Ini akan terus berlanjut selama dianggap perlu," tulisnya, seraya menambahkan kalau perang akan terus berlanjut sampai Israel mencapai tujuannya.
Apa tujuan Israel dalam fase ketiga perang Gaza ini?
"Memulangkan semua sandera, melenyapkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, dan demiliterisasi Gaza," tambahnya.
Fase Keempat: IDF Bebas Beroperasi di Gaza
Dalam dokumen Gallant yang menguraikan rencana Israel pasca-perang itu, ada fase keempat yang dijuluki “The day After", atau "hari setelahnya”.
Rencana fase keempat ini dipecah menjadi visi keamanan dan kehidupan sipil: Hamas tidak akan menjadi ancaman bagi Israel, Gaza akan sepenuhnya diperintah oleh warga sipil Palestina tanpa hubungan dengan kelompok militan, dan IDF akan memiliki kebebasan operasional untuk bertindak di sana.
Di antara rincian lainnya, Gallant juga menginginkan satuan tugas multinasional yang bertugas melakukan “rehabilitasi” dan “restorasi” aktif di daerah kantong tersebut.
Rencana Gallant dilaporkan mendapat ketidaksetujuan dari beberapa anggota parlemen sayap kanan Israel, beberapa di antaranya telah menerima kecaman internasional atas rencana mereka sendiri.
"Namun hal ini menyentuh sebagian – meski tidak semua – harapan pemerintahan AS di bawah Joe Biden di wilayah tersebut ketika perang usai," tulis ulasan Insider.
Berbicara kepada wartawan pada hari Senin di tengah perjalanan terakhirnya untuk bertemu dengan para pemimpin Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan ada “kesepakatan luas” mengenai beberapa tujuan untuk masa depan kawasan.
Hal ini mencakup bahwa Israel dapat hidup tanpa rasa takut akan serangan teror, persatuan antara Tepi Barat dan Gaza di bawah pemerintahan lokal, dan pembentukan negara Palestina yang merdeka.
“Tidak ada yang mengira sesuatu akan terjadi dalam semalam,” kata Blinken.
“Tetapi kami sepakat untuk bekerja sama dan mengoordinasikan upaya kami untuk membantu stabilisasi dan pemulihan Gaza, untuk memetakan jalur politik ke depan bagi rakyat Palestina, dan untuk bekerja menuju perdamaian, keamanan, dan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut secara keseluruhan.”
(oln/BI/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Konser Amal untuk Palestina di Wembley, London Meraup Rp 33,2 Miliar |
---|
Spanyol akan Mundur dari Eurovision 2026 jika Israel Berpartisipasi |
---|
Macron: Aksi Militer Israel Gagal di Gaza, Solusinya Akui Negara Palestina |
---|
PM Spanyol Serukan Larangan bagi Israel dari Semua Olahraga Internasional |
---|
Gaza Dibungkam, Internet dan Telepon Padam Total saat Tank Israel Kepung Kota |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.