Minggu, 5 Oktober 2025

Gempa dan tsunami Jepang – Cara masyarakat belajar dari gempa satu abad lalu

Walau sejumlah bangunan rusak akibat gempa terkini, mayoritas masih tegak berdiri. Bagaimana mungkin? Jika ditarik ke belakang, keberhasilan…

BBC Indonesia
Gempa dan tsunami Jepang – Cara masyarakat belajar dari gempa satu abad lalu 

Sudah hampir 13 tahun berlalu sejak gempa bumi dahsyat dan tsunami memicu insiden kebocoran di pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima, Jepang.

Namun kenangan akan gempa dahsyat tersebut masih segar dalam ingatan kolektif warga Jepang.

Pada Senin (01/01/2024) jutaan warga Jepang seakan mengalami kilas balik ketika gempa berkekuatan 7,6 mengguncang Prefektur Ishikawa dan peringatan tsunami mulai berbunyi.

Peringatan tsunami ini bukanlah suatu hal yang asing di Jepang.

Ketika saya pertama kali pindah ke Jepang, saya akan melompat dari tempat tidur jika ada guncangan sekecil apa pun di gedung kami.

Namun dalam hitungan bulan, saya bisa tertidur pulas meski gempa terjadi. Dan di Jepang, gempa dengan cepat menjadi bagian dari kehidupan. Anda akan terbiasa dengannya, sampai titik tertentu.

Akan tetapi, ada rasa penasaran yang kerap mengganggu benak warga Jepang. Kapan gempa besar berikutnya akan terjadi? Apakah gedung tempat tinggal kami cukup kuat?

Bagi generasi saat ini, ketakutan dan kekhawatiran ini menjadi nyata pada 11 Maret 2011.

Selama dua menit bumi berguncang dengan intensitas yang tak pernah dibayangkan siapa pun sebelumnya. Dan itu berlangsung terus-menerus.

Siapa pun yang selamat dari gempa itu dapat memberi kesaksian betapa takutnya mereka saat itu. Namun hal yang lebih buruk terjadi tak lama kemudian.

Dalam 40 menit, gelombang tsunami pertama menghantam pesisir dan menyapu kota-kota serta desa yang berlokasi jauh dari bibir pantai. Peristiwa itu disiarkan televisi secara langsung melalui helikopter yang mengudara di Kota Sendai.

Hari-hari berikutnya kabar yang lebih buruk bermunculan – pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dalam krisis. Ratusan ribu warga Jepang diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka.

Peristiwa saat itu meninggalkan trauma kolektif yang mendalam.

Beberapa bulan berikutnya saya mencari tempat tinggal baru di Tokyo. Istri saya mempelajari peta geologi untuk memahami di mana letak batuan terkuat, di dataran tinggi yang jauh dari sungai mana pun. Dia terobsesi dengan usia bangunan.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved