Konflik Palestina Vs Israel
15 Perusahaan Israel Akan Bangun Rumah di Jalur Gaza, Rebut Tanah Warga Palestina
Sekitar 15 perusahaan Israel akan bangun rumah di Jalur Gaza. Harey Zahav mengatakan sedang merebut tanah Palestina dan mengusir warganya.
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah perusahaan real estate Israel bernama Harey Zahav mengumumkan rencananya untuk mulai menjual tanah Palestina kepada pemukim Israel.
Pengumuman ini terjadi ketika 15 perusahaan Israel sedang mempersiapkan rencana untuk membangun pemukiman Yahudi di Jalur Gaza jika pendudukan berhasil merebutnya dari Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang berkuasa di sana.
Sebelumnya, mereka mengadakan konferensi di Tel Aviv pada Senin (11/12/2023) bertajuk “Persiapan Praktis untuk Pemukiman di Jalur Gaza” yang diselenggarakan oleh koalisi organisasi pemukiman yang didanai oleh pemerintah Israel.
Harey Zahav kemudian mengumumkan rencana pembangunan ini melalui Instagram-nya.
“Vila di pantai Gaza, rumah di tepi pantai bukanlah mimpi! Kami sudah mulai membersihkan puing-puing dan mengusir penjajah, dan kami sudah mulai mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut,” tulis Harey Zahav di caption foto Instagram-nya, Selasa (12/12/2023).
Baca juga: Total 19.084 Warga Palestina Tewas, Rumah Sakit dan Wilayah Selatan Gaza Masih Jadi Sasaran Israel
Pengumuman perusahaan tersebut mencakup konten visual model rumah vila di pantai Jalur Gaza dan perkiraan lokasinya di sekitar pemukiman Gaza.
“Kami berharap semua orang yang diculik (warga Israel di Gaza) akan segera kembali ke rumah mereka, tentara kami akan kembali dengan selamat, dan kami akan memulai pembangunan di setiap wilayah Gush Katifah," lanjutnya.
Harey Zahav sudah membuka pintu untuk memesan unit perumahan di sana, seperti dilaporkan Anadolu.
Gush Katifah adalah pemukiman di Jalur Gaza, tempat Israel menarik diri pada tahun 2005 setelah menduduki wilayah tersebut selama 38 tahun.

Baca juga: Pejabat Israel: Gaza Harus Diratakan, Diubah Jadi Museum Auschwitz seperti di Polandia
15 Perusahaan Real Estate Ingin Bangun Proyek di Gaza
Sebelumnya pada Selasa (12/12/2023), situs Dafar mengatakan, “Sekelompok yang terdiri dari sekitar 15 organisasi pemukiman bertemu dalam sebuah acara bertajuk: Persiapan praktis untuk pemukiman di Jalur Gaza.”
“Meskipun ada tentangan resmi dari pemerintah, aparat keamanan, dan opini publik internasional, para pemimpin konferensi melihat perang sebagai peluang bersejarah yang tidak boleh disia-siakan oleh gerakan pemukiman,” lapor Dafar.
Dafar melaporkan setidaknya sekitar 150 peserta datang ke aula pertemuan di pemukiman Givat Washington (sebuah desa pemuda keagamaan di Israel tengah) untuk bersiap kembali ke Jalur Gaza.
Situs web tersebut melanjutkan, organisasi-organisasi pemukiman ini siap untuk mulai bekerja pada dua tingkat yaitu memobilisasi dukungan luas di kalangan masyarakat Israel, dan memberikan tekanan pada politisi.
“Kita perlu bersiap sekarang untuk perjuangan dan upaya, karena kita akan menginvestasikan lebih banyak energi dan lebih banyak pemikiran dan upaya daripada yang kita lakukan sebelumnya,” kata Daniel Weiss, salah satu pemimpin pemukim dalam konferensi pers setelah pertemuan itu.
“Pemukiman di Tepi Barat dimulai pada tahun 1970an, namun saat ini terdapat lebih dari setengah juta orang Yahudi di Yudea dan Samaria (nama alkitabiah untuk Tepi Barat),” tambahnya.

Pemukiman Ilegal Israel di Wilayah Palestina
Israel telah memperluas pemukiman setelah merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam Perang Enam Hari pada Juni 1967.
Pada September 1967, Blok Etzion di Hebron adalah pemukiman pertama yang dibangun di Tepi Barat yang diduduki.
Pemukiman tersebut sekarang menampung 40.000 orang, seperti diberitakan Al Jazeera.
Kfar Etzion, salah satu pemukiman tertua, menampung sekitar 1.000 orang sementara pemukiman terbesar, Modi’in Illit, memiliki sekitar 82.000 pemukim, sebagian besar dari mereka adalah Yahudi ultraortodoks.
Pemerintahan Israel berturut-turut menerapkan kebijakan ini yang menyebabkan peningkatan populasi pemukim di wilayah pendudukan.
Sekitar 40 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki kini dikuasai oleh pemukiman.

Baca juga: Foto-foto Terowongan Hamas yang Ditemukan Israel, Terbesar di Gaza, Habiskan Dana Jutaan Dolar
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.
Pengeboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 19.088 warga Palestina dan melukai lebih dari 54.450 lainnya sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Minggu (17/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari WAFA.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.