Konflik Palestina Vs Israel
Israel Selidiki Investor yang Diduga Tahu Rencana Serangan Hamas 7 Oktober, Untung Jutaan Dolar
Beberapa investor mungkin telah mengetahui rencana Hamas untuk menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Israel sedang menyelidiki klaim para peneliti Amerika Serikat (AS) bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui tentang rencana Hamas untuk menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Para investor diduga menggunakan informasi tersebut untuk menghasilkan jutaan dolar dengan melakukan short-selling saham Israel.
Penelitian yang dilakukan oleh profesor hukum Robert Jackson Jr dari New York University dan Joshua Mitts dari Columbia University, menemukan short-selling saham yang signifikan mengarah pada serangan yang memicu perang.
Penjual disebut memasang taruhan pada saham yang mereka perkirakan harganya akan turun.
Mereka membayar sejumlah biaya untuk meminjam saham suatu perusahaan dan kemudian menjualnya dengan harapan dapat membelinya kembali dengan harga lebih murah dan mengantongi keuntungan.
“Beberapa hari sebelum serangan itu, para pedagang tampaknya telah mengantisipasi kejadian yang akan datang,” tulis para peneliti, mengutip short-selling dari dana yang diperdagangkan di bursa (exchange traded fund) yang secara luas melacak kinerja bursa saham Israel yang tiba-tiba, dan secara signifikan melonjak pada 2 Oktober 2023.
“Dan tepat sebelum serangan itu, short-selling sekuritas Israel di Bursa Efek Tel Aviv (TASE) meningkat secara dramatis,” tulis mereka dalam laporan setebal 66 halaman, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan, PBB Singgung Skenario yang Lebih Buruk: Tak Ada Tempat Aman
Seorang peneliti mengatakan kepada surat kabar Telegraph bahwa tidak terbayangkan keuntungan dari short-selling ini di atas $100 juta.
Penelitian mereka didasarkan pada data dari Financial Industry Regulatory Authority.
Otoritas Sekuritas Israel (ISA) mengatakan, pihaknya mengetahui masalah ini dan sedang diselidiki oleh semua pihak terkait.
Menurut penelitian tersebut, short-selling yang terjadi sebelum tanggal 7 Oktober, melebihi short-selling yang terjadi selama berbagai periode krisis lainnya.
Dalam salah satu contoh yang didokumentasikan dalam penelitian, 4,43 juta saham baru di Leumi, bank terbesar Israel, dijual antara tanggal 14 September dan 5 Oktober.
Harga saham Leumi turun hampir 9 persen pada 8 Oktober, segera setelah serangan tersebut.
Baca juga: Serang Gaza Selatan, Israel Paksa WHO Pindahkan Gudang Persediaan Medis

Sementara itu, ada semakin banyak bukti kegagalan intelijen besar-besaran yang terjadi sebelum serangan 7 Oktober 2023.
Seorang tentara Israel mengatakan kepada CBS News pekan lalu bahwa timnya melaporkan aktivitas yang tidak biasa di sisi perbatasan Gaza yang dimulai enam bulan sebelum serangan kepada atasannya di IDF, namun mereka tidak menganggapnya serius.
Joshua Mitts mengatakan, penelitian ini menunjukkan satu lagi sinyal yang terlewat.
Menanggapi penelitian tersebut, Otoritas Sekuritas Israel mengatakan, masalah ini diketahui oleh pihak berwenang dan sedang diselidiki oleh semua pihak terkait.
“Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kami telah menemukan prediksi masa depan berikutnya,” kata Mitts.
Baca juga: Israel Serang Kamp Khan Yunis dan Jabalia di Jalur Gaza setelah Serbu Tepi Barat
Namun, Mitts yakin hasil penelitian mereka menunjukkan sebuah alat yang harus dimasukkan ke dalam persenjataan intelijen.
"Kita tidak perlu menulis makalah dua bulan kemudian yang mengungkapkan hal ini," lanjut dia.
Diberitakan Al Jazeera, Israel kini meningkatkan serangan di Jalur Gaza, termasuk di dekat rumah sakit dan di wilayah selatan yang terkepung di mana operasi darat semakin intensif.

Pemboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza selatan telah mencapai 'kedalaman baru', kata ketua Dewan Pengungsi Norwegia.
Lalu, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, mereka kehilangan kontak dengan timnya setelah layanan telekomunikasi terputus di Gaza di tengah pemboman Israel.
Setidaknya 15.899 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah korban tewas resmi mencapai sekitar 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.