Konflik Palestina Vs Israel
Bela Palestina, Anwar Abbas Kutip Kata Jenderal Agus Subiyanto: Jika Ingin Damai, maka Siap Perang
Anwar Abbas membela Palestina melawan Israel dengan mengutip pernyataan Jenderal Agus yaitu jika ingin damai maka harus siap untuk berperang.
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas buka suara soal perang Palestina-Israel yang hingga kini terus berkecamuk sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Anwar pun mengecam sikap negara Barat yang seakan diam ketika Israel membantai warga Gaza sehingga membuat puluhan ribu orang termasuk anak-anak harus tewas mereggang nyawa.
"Kita sangat kecewa dengan sikap Barat dan Amerika Serikat yang mengganggap dirinya sebagai pendekar HAM tapi ketika Israel membantai rakyat Gaza Palestina, mereka malah diam."
"Padahal jumlah rakyat Gaza Palestina yang mati akibat dari kebiadaban Israel tersebut sudah lebih 11.000 orang di mana hampir 5.000 dari mereka yang tewas tersebut adalah anak-anak," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (14/11/2023).
Anwar pun mempertanyakan hati nurani negara Barat dan AS yang tega membiarkan warga Palestina dibantai oleh Israel secara besar-besaran shingga terjadilah genosida terhadap warga Palestina oleh Israel dengan sistematis dan terencana.
Berkaca dari hal ini, Anwar melihat penyelesaian lewat jalur perundingan tidak memberikan harapan sama sekali demi berhentinya perang Palestina-Israel.
Baca juga: Israel Tempatkan Tank dan Sniper di RS Gaza Utara, Tuduh Ada Markas Bawah Tanah Pejuang Hamas
Sehingga, Anwar menyatakan harapan satu-satunya cara penyelesaian konflik adalah Palestina memang harus berperang dengan Israel.
Pernyataannya ini mengutip perkataan dalam bahasa Latin Kepala Staf Angkatan Darat sekaligus calon Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto dalam saat fit and proper test dengan Komisi I DPR RI pada Senin (13/11/2023) kemarin yang berbunyi 'si vis pacem para bellum'.
"Dalam situasi seperti itu lalu muncul pertanyaan langkah penting apa yang harus dilakukan bagi penyelesaian masalah Palestina-Israel ini?"
"Saya tertarik dengan kata-kata Jenderal Agus Subiyanto, KSAD yang akan menjadi calon Panglima TNI dimana beliau menguip kata-kata atau adagium dalam bahasa Latin yang berbunyi: Si vis pacem para bellum yang artinya jika kalian menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk berperang," kata Anwar.
Dia pun berharap agar negara tetangga Palestina serta negara Arab secara keseluruhan mau dan bersedia untuk membantu Palestina dan Hamas dengan memerangi Israel.
Kendati demikian, Anwar mengatakan bantuan perang negara tetangga Palestina semata-mata demi membuat Israel merubah sikapnya kepada Palestina sehingga muncullah penyelesaian konflik keduanya.
"Untuk mempercepat proses tersebut, maka negara-negara yang bertetangga dengan Palestina dan dunai Arab serta dunia Islam harus bersatu dan siap untuk membantu serta berperang dengan Israel akan bisa merubah sikap dan pandangannya."
"Sehingga perundingan yang fair dan berkeadilan akan bisa dilaksanakan serta penyelesaian konflik antara palestina dan Israel yang tidak kunjung selesai sampai hari ini akan bisa diakhiri dan diwujudkan," tegasnya.
Korban Tewas di Palestina Tembus 11.100 Orang, Ada Bayi Prematur Turut Jadi Korban

Perang Palestina-Israel terus berkecamuk hingga hari ini, Selasa (14/11/2023).
Dikutip dari Aljazeera, pemerintah Palestina menyebut setidaknya hingga Senin (13/11/2023), total jumlah korban tewas mencapai 11.100 orang termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan wanita.
Gempuran serangan Israel pun terus dilancarkan di mana juga menyasar dua rumah sakit terbesar di Gaza yaitu Al-Shifa dan Al-Quds.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi di RS Al-Shifa mengerikan dan berbahaya.
"Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan," ujar Tedros.
Baca juga: Bantuan Masyarakat Indonesia ke Palestina Terus Mengalir, 1.000 Porsi Makanan untuk Warga Gaza
Dia juga menyebut RS Al-Shifa sudah tidak bisa beroperasi lagi buntut serangan dari Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ada 12 pasien termasuk dua bayi prematur menjadi korban tewas akibat berhentinya pasokan listrik yang memengaruhi fasilitas kardiovaskular dan bangsal bersalin yang telah rusak parah.
Sementara, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, ada tiga bayi prematur yang baru lahir juga harus tewas.
WHO mengungkapkan ada 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di rumah sakit tersebut tanpa bisa keluar dengan aman.
Para pasien termasuk 36 bayi yang berada di rumah sakit tersebut juga berisiko tewas karena kurangnya inkubator yang berfungsi.
Sebagai informasi, militer Israel telah mengepung fasilitas kesehatan di utara Gaza termasuk RS Al-Shifa yang mengklaim tempat tersebut adalah markas dari Hamas.
Hamas dan pihak rumah sakit pun sudah membantah tudingan militer Israel tersebut dengan menyebut tidak adanya fasilitas militer di sana.
Wakil Menteri Kesehatan Hamas, Munir al-Boursh mengungkapkan para penembak jitu kerap menembaki kompleks rumah sakit tersebut.
"Ada korban luka di dalam rumah dan kami tidak dapat menjangkau mereka. Kita tidak bisa menjulurkan kepala ke luar jendela," katanya.
Pada Minggu (12/11/2023) lalu, militer Israel menawarkan untuk mengevakuasi bayi yang baru lahir hingga menyediakan 80 galon bahan bakar di pintu masuk rumah sakit.
Hal itu dibuktikan lewat rilis video yang memperlihatkan tentara Israel membawa kontainer dan meletakannya di kompleks rumah sakit tersebut.
Namun, militer Israel menyebut Hamas justru menghalanginya.
Baca juga: 2 RS di Gaza Berhenti Beroperasi, WHO: Seharusnya Tempat Berlindung, Berubah Jadi Tempat Kematian
Hamas pun membantah tudingan militer Israel tersebut dengan menyebut bahwa rumah sakit di Gaza adalah tanggung jawab Kementerian Kesehatan Gaza.
Sementara, Direktur RS Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya juga menyebut tudingan militer Israel sebagai wujud propaganda.
"Israel ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak membunuh bayi. Mereka ingin menutupi citranya dengan 300 liter bahan bakar, yang hanya bisa bertahan selama 30 menit," kata Abu Salmiya.
Lebih dari separuh dari total 35 RS di Gaza tidak lagi bisa beroperasi di tengah serangan darat dan udara oleh Israel di kawasan tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut ada sebanyak 11.078 warga Palestina yang tewas buntut serangan brutal oleh Israel.
Terkait data korban tersebut, Kementerian Kesehatan Gaza belum memperbaruinya sejak Jumat (10/11/2023) akibat runtuhnya layanan dan komunikasi di rumah sakit di daerah kantong tersebut.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina-Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.