Konflik Palestina Vs Israel
Jalan Kaki Sembari Kibarkan Bendera Putih, 50 Ribu Warga Gaza Mengungsi ke Wilayah Selatan
United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) menyebut Gaza sebagai kuburan anak-anak.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Sebanyak 50.000 warga sipil dari wilayah Gaza Utara dilaporkan mengungsi ke wilayah selatan Palestina, usai militan Hamas kehilangan kendali lantaran kalah menghadapi serangan dari militer Israel.
"Kami melihat hari ini sekitar 50.000 warga Gaza bergerak dari Gaza utara ke Gaza Selatan. Mereka mengungsi karena memahami bahwa Hamas telah kehilangan kendali di utara,” kata juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dikutip dari Reuters.
Tak hanya laki - laki dewasa dalam rombongan tersebut perempuan, anak-anak, hingga orang lanjut usia ikut berjalan kaki untuk mengungsi ke wilayah Selatan Palestina yang saat ini dianggap aman. Dengan membawa kartu tanda pengenal puluhan ribu warga berjalan beriringan sambil mengibarkan bendera putih.
Baca juga: Pengakuan Mengejutkan Komandan Militer Hamas di Gaza, Kritik Pemimpin Mereka Hidup Nyaman di Qatar
"Pada saat yang sama kami melihat ribuan orang bergerak ke selatan. Mereka berjalan kaki. Mereka mengibarkan bendera putih karena takut diserang. Mereka bergerak bersama dalam jumlah besar, dengan keyakinan akan aman," ujar laporan jurnalis Al Jazeera di Gaza, Alan Fisher.
10.400 Warga Palestina Tewas
Pasca Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan perang dan bersumpah negaranya akan melakukan balas dendam atas serangan yang dilakukan pasukan Hamas pada bulan lalu, total korban tewas di jalur Gaza saat ini mencapai 10.328 orang, sementara korban jiwa di Tepi Barat tembus 150 orang.
Organisasi kemanusian PBB, United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) bahkan menyebut Gaza sebagai kuburan anak-anak. karena ratusan anak perempuan dan anak laki-laki dilaporkan terbunuh atau terluka setiap hari.
Kondisi memprihatinkan juga tampak pada tenda pengungsian di wilayah Gaza, jutaan penduduk saat ini tengah terancam mengalami kelaparan, pasca ratusan truk yang membawa pasokan bantuan internasional tertahan di Sinai Utara, Mesir lantaran tak diizinkan militer Israel memasuki zona pertempuran di wilayah jalur Gaza.
"Akses terhadap makanan pokok telah menjadi tantangan yang semakin meningkat di Gaza," lapor Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
"Ini karena persediaan makanan yang masuk dari Mesir mencakup makanan siap saji tertahan sehingga tidak dapat didistribusikan kepada pengungsi dan keluarga di Gaza selatan, dan hanya tepung yang bisa disuplai ke toko roti," ujar OCHA sebagaimana dikutip dari Middle East Monitor.
Tak hanya memblokir akses pangan, baru – baru ini pemerintah Israel turut memblokade akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza, kondisi ini yang kemudian membuat tempat-tempat penampungan terancam jadi pusat penularan wabah.
Lantaran stok air bersih semakin menipis, sementara blokade listrik memicu pemadaman total yang berdampak pada berhentinya operasional 80 sumur dan pabrik desalinasi atau pengolahan limbah air.
“Beberapa tren yang mengkhawatirkan sudah mulai muncul, di tengah pengungsi yang membludak kini sistem air dan sanitasi terganggu, hal ini yang dikhawatirkan dapat menimbulkan bahaya tambahan, yaitu penyebaran penyakit menular yang cepat,” jelas Netanyahu.
Konflik Palestina Vs Israel
KTT Darurat Arab-Islam di Doha: Seremoni Tanpa Taring |
---|
Netanyahu Gunakan Dalih Hubungan Hamas-Qatar untuk Bela Serangan Israel di Doha |
---|
Komisi PBB Sebut Israel Melakukan Genosida di Gaza, Apa Artinya? Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui |
---|
PBB: Netanyahu Dalang Genosida di Gaza, Ribuan Warga Palestina Dibunuh dengan Sengaja |
---|
Diteriaki di Depan Rumahnya, Netanyahu Kabur, Keluarga Sandera Tuntut Jawaban |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.