Senin, 6 Oktober 2025

Hizbullah peringatkan perang meluas di Timur Tengah jika Israel terus menyerang Gaza

Wakil pemimpin Hizbullah – kelompok militan kuat di Libanon yang didukung Iran – mengatakan pembunuhan warga sipil oleh militer…

BBC Indonesia
Hizbullah peringatkan perang meluas di Timur Tengah jika Israel terus menyerang Gaza 

Ketika BBC menyatakan bahwa Hamas-lah yang menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober, dia membela serangan tersebut sebagai respons yang tidak dapat dihindari terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina.

Dia mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pasukan Israel, bukan Hamas, yang membunuh banyak warga sipil Israel. Tapi bagaimana dengan kamera helm – yang dipakai oleh militan Hamas– yang menunjukkan mereka sedang melakukan pembunuhan besar-besaran?

Dia menangkis pertanyaan itu. “Mengapa kita tidak melihat apa yang telah dilakukan Israel di Gaza?” tanyanya. “Mereka membunuh warga sipil dan menghancurkan rumah-rumah.”

Dia menyebut serangan Hamas ke Israel sebagai "hasil yang besar bagi perlawanan Palestina". Dia membantah serangan tersebut menjadi bumerang bagi rakyat Palestina.

Bagaimana dengan 10.000 warga Gaza yang terbunuh sejak saat itu? Sheikh Qassem menjawab: “Pembantaian yang dilakukan Israel semakin memobilisasi warga Palestina untuk mempertahankan tanah mereka,” jawabnya.

Dia mengakui bahwa Iran “mendukung dan mendanai” Hizbullah, tetapi mengklaim bahwa Iran tidak memberikan perintah kepada Hizbullah. Namun para ahli mengatakan Teheran-lah yang mengambil keputusan dan akan memutuskan apakah akan terlibat perang habis-habisan atau tidak.

Jika pasukan Israel harus melancarkan pertempuran di front kedua dengan Hizbullah, mereka akan menghadapi musuh yang memiliki senjata lebih banyak dibandingkan kebanyakan negara.

Kelompok militan tersebut diperkirakan punya 150.000 roket dan rudal.

Mereka memiliki hingga 60.000 pejuang, termasuk pasukan khusus, petempur reguler, dan cadangan, menurut Nicholas Blanford, konsultan pertahanan dan keamanan yang berbasis di Beirut, yang telah mempelajari Hizbullah selama beberapa dekade.

Pada tahun 2006, kelompok ini bertempur melawan Israel hingga menemui jalan buntu.

Namun, Libanon kehilangan lebih banyak korban jiwa. Lebih dari 1.000 warganya tewas, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil. Kemudian, seluruh lingkungan di kantong kekuatan Hizbullah diratakan. Sedangkan Israel kehilangan 121 tentara dan 44 warga sipil.

Libanon telah mengalami rentetan krisis sejak saat itu. Dimulai dari ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada 2020, runtuhnya perekonomian, hingga disintegrasi sistem politik. Tidak mengherankan jika hanya sedikit orang di Libanon yang memiliki keinginan untuk berperang.

Banyak yang khawatir bahwa jika Hizbullah melancarkan serangan, Libanon akan terseret ke dalam perang yang tidak dapat mereka tanggung.

Syekh Qassem tidak khawatir. “Adalah hak setiap warga Libanon untuk takut terhadap perang,” katanya. "Itu normal. Tak seorang pun menyukai perang. Beritahu entitas Israel untuk menghentikan agresi, sehingga pertempuran tidak meluas."

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved