Selasa, 7 Oktober 2025

Wowon dkk terdakwa pembunuhan berantai modus 'penggandaan uang' lolos dari hukuman mati

Wowon, Duloh, dan Dede didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap tiga orang. Mengapa pembunuhan dengan latar 'penggandaan uang'…

BBC Indonesia
Wowon dkk terdakwa pembunuhan berantai modus 'penggandaan uang' lolos dari hukuman mati 

Ai Maimunah, Ridwan, dan Riswandi., adalah korban keenam, ketujuh dan kedelapan. Ketiganya diracun pada 12 Januari 2023 lalu di rumah kontrakan di Jalan Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi.

Ai Maimunah adalah istri Wowon. Adapun Ridwan serta Riswandi merupakan anak tiri Wowon.

Kematian mereka menjadi awal kasus pembunuhan berantai ini terungkap. Informasi kepolisian, ketiganya akan dikubur seperti korban lainnya lantaran Wowon diketahui sudah menyiapkan lubang di kontrakan tersebut.

Bayu adalah korban kesembilan. Dia dibunuh sekitar tiga bulan lalu.

Bocah dua tahun ini merupakan anak Wowon dengan istri ketiganya Ai Maimunah. Jasad balita itu dikubur di samping rumah Wowon di Cianjur.

Apa motif pelaku?

Kapolda Metro Jaya, Fadil Imran, mengatakan motif pembunuhan yang dilakukan ketiga pelaku terhadap dua TKI yakni Siti dan Farida, karena ingin menguasai harta korban.

Caranya dengan menarasikan diri memiliki kemampuan supranatural untuk menggandakan uang.

"Dulloh atau Solihin menarasikan diri punya kemampuan untuk meningkatkan kekayaan lalu kemudian menyuruh Wowon alias Aki untuk mencari korban," ujar Fadil.

Tapi ketika para korban tak kunjung menerima kekayaan seperti yang dijanjikan, mereka terus menagihnya.

Karena khawatir aksi penipuan berkedok supranatural itu terbongkar, Wowon dan Dulloh mengeksekusi para korban tersebut.

Wowon dalam pemeriksaan polisi, berperan mengantar para korban yang kemudian dieksekusi oleh Dulloh.

Adapun Dede, bertugas sebagai penggali lubang untuk mengubur para korban.

Sedangkan motif Wowon cs menghabisi Ai Maimunah, Ridwan, dan Riswandi disebut demi menutupi jejak kejahatan mereka yaitu pembunuhan berantai.

Sementara motif Wowon cs menghabisi nyawa korban lain yang masih memiliki hubungan keluarga, belum diketahui.

Hingga saat ini polisi masih mendalami kejiwaan para tersangka dengan melibatkan ahli psikologi forensik dan psikiater.

Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumowardhani, berkata hasil pemeriksaan nanti akan diketahui mengapa Wowon cs tega membunuh istri, mertua, dan anaknya.

 

Apa hubungan para pelaku?

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Trunoyudo, mengatakan Wowon dan Dulloh sudah berkawan sejak lama.

Sementara Dede Solehuddin dengan Wowon adalah keluarga. Dede diketahui adik dari korban Ai Maimunah yang juga merupakan istri Wowon.

Temuan aliran dana dari TKI sebesar Rp1 miliar

Tim Polda Metro Jaya juga menyebut pihaknya menemukan ada aliran dana sekitar Rp1 miliar yang dikumpulkan tersangka Dede Solehuddin dari sejumlah TKI.

Uang itu ditransfer secara berkala ke rekening milik Dede setiap bulan sejak April 2019. Akan tetapi, klaim polisi, kartu ATM rekening itu dipegang oleh Wowon.

Diduga, aliran dana tersebut ada kaitan dengan penipuan menggandakan uang berkedok supranatural.

Polda Metro Jaya mengatakan mereka masih mencari siapa saja TKI yang mengirim uang ke tersangka Dede. Beberapa TKI yang berhasil dikontak polisi mengaku histeris dan kaget karena tak menyangka mereka adalah korban penipuan.

Pasalnya para TKI ini dijanjikan saat kembali ke Indonesia akan mendapat rumah yang bagus dan uang hasil penggandaan.

Kriminolog: motif bisa menggandakan uang dibungkus praktik klenik "cukup umum" di Indonesia

Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan kasus pembunuhan berantai memiliki pola yang sama: pelakunya satu orang atau satu komplotan dan berlangsung dalam periode tertentu.

Merujuk pada kasus-kasus pembunuhan berantai yang terungkap di Indonesia, ada sejumlah motif mengapa pelaku membunuh korbannya.

Pertama, karena ingin menguasai harta korban dengan iming-iming bisa menggandakan uang dengan kemampuan supranatural.

Kedua, untuk menguasai dan meningkatkan 'ilmu hitam' yang tengah dipelajarinya.

Ketiga, karena mengidap kelainan seksual atau dendam.

Dari motif-motif tersebut, kasus pembunuhan berantai dengan dalih ekonomi yaitu bisa menggandakan uang dibungkus praktik klenik "cukup umum" di Indonesia.

Apalagi cara yang dilakukan sejumlah pelaku dalam "beroperasi" juga sama: menggunakan racun.

Adrianus berkaca pada dua kasus serupa: Dukun Asep di Cianjur pada 2007 dan Dukun IS di Magelang pada 2020.

Tubagus Yusuf Maulana alias Dukun Asep mengeklaim sebagai dukun yang mampu menggandakan uang lewat upacara ritual.

Ia ketahuan membunuh delapan orang dalam rentang bulan Mei hingga Juli 2007.

Asep menghabisi nyawa para korban dengan racun ikan atau portas.

Akibat perbuatannya, ia dijerat pasal pembunuhan berencana dan divonis hukuman mati oleh hakim PN Rangkasbitung.

Di Magelang, Dukun IS mengaku kepada empat korbannya mampu menggandakan uang.

Sebagai syarat agar uang mereka berlipat ganda, pelaku menyuruh korban meminum air yang diklaim sudah didoakan.

Belakangan diketahui air itu sudah dicampur potasium sianida atau apotas.

"Jadi benang merahnya adalah praktik klenik di masyarakat masih ada. Entah itu yang disebut dukun putih atau dukun hitam, cerita-cerita itu masih hidup di Indonesia," jelas Adrianus.

"Meskipun fenomena ini makin berkurang seiring makin tingginya pendidikan dan kesejahteraan."

Dalam kasus Wowon cs, Adrianus menduga korbannya lebih dari sembilan jika merujuk pada awal mula para pelaku mempraktikkan kemampuan penggandaan uang itu.

Apalagi dana yang dikumpulkan Wowon cs mencapai Rp1 miliar.

"Apakah cuma dua orang TKI itu yang jadi 'nasabah' Wowon cs? Karena pasti ada yang sudah diuntungkan. Nah yang belum dan mereka menagih dan tidak berhasil dibunuh berapa? Atau ada yang menagih dan hilang?"

"Saya katakan pada polisi jangan perkecil lini masa kasus ini, karena siapa tahu mereka sudah beroperasi lama dan ada praktik 'melenyapkan' korban mereka."

"Kalau benar sejak 2019, bisa dihitung, andaikan satu korban satu bulan, bisa dibayangkan berapa banyak?"

Mengapa masih ada orang yang percaya pada janji-janji mendapat kekayaan dengan cepat?

Pengamat sosial, Devie Rahmawati, menyebut pada dasarnya manusia punya kecenderungan mengukur kebahagiaan dari sisi ekonomi.

Hal itulah yang mendorong orang-orang dari latarbelakang pendidikan apapun akan cepat menerima tawaran mendapat kekayaan/kesuksesan dalam waktu singkat dan mudah.

Celah ini yang kemudian dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan mengumbar janji berbagai metode.

Yang bikin orang-orang percaya, karena pelaku berhasil meyakinkan dirinya memiliki kekuasaan atau jabatan; kekayaan; ketenaran; dan terakhir kewibawaan.

Untuk kasus Wowon cs, Devie menilai pelaku menggunakan patron kewibawaan bahwa dia "orang pintar" sehingga korban memercayai tawaran pelaku.

"Walaupun sebenarnya metode pelaku tidak logis, tapi kalau sudah melihat 'patron' akan percaya begitu saja," ujar Devie.

"Dan jangan kaget, ini tidak ada kaitannya dengan pendidikan."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved