Sabtu, 4 Oktober 2025

Palestina: Israel siap serang Gaza melalui 'udara, laut dan darat', WHO sebut perintah pindahkan pasien layaknya 'hukuman mati'

Militer Israel merencanakan serangan melalui darat, udara dan laut, setelah sebelumnya memperingatkan 1,1 juta warga Palestina yang…

BBC Indonesia
Palestina: Israel siap serang Gaza melalui 'udara, laut dan darat', WHO sebut perintah pindahkan pasien layaknya 'hukuman mati' 

Militer Israel merencanakan serangan melalui darat, udara dan laut ke Gaza, setelah sebelumnya memperingatkan warga yang berada di Gaza bagian utara - sekitar 1,1 juta orang - untuk segera pindah ke bagian selatan dalam waktu 24 jam.

Kendati militer Israel belum memerinci kapan serangan akan dilakukan, serangan darat Israel ke Gaza diperkirakan akan terjadi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada tentara garis depan: "Tahap selanjutnya akan segera tiba."

Sebelumnya, militer Israel mengatakan secara langsung kepada penduduk Kota Gaza untuk meninggalkan wilayah bagian utara demi "keamanan dan perlindungan" mereka, saat pasukan Tel Aviv berkumpul menjelang serangan darat.

Sementara itu, PBB telah meminta Israel untuk menarik perintah tersebut. Alasannya, "mustahil" bagi warga Palestina untuk sepenuhnya mematuhi.

PBB juga memperingatkan seruan ini akan ada "konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan".

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk keras perintah Israel untuk mengevakuasi 22 rumah sakit yang merawat lebih dari 2.000 pasien di Gaza utara.

WHO mengatakan bahwa nyawa mereka yang berada dalam perawatan intensif atau yang bergantung pada alat bantu hidup, bayi baru lahir di inkubator, dan pasien lainnya, kini sedang dipertaruhkan.

"Memaksa lebih dari 2.000 pasien untuk pindah ke Gaza selatan… sama saja dengan hukuman mati," tulis WHO dalam sebuah pernyataan.

WHO mengatakan sebagian besar petugas kesehatan memilih untuk tetap tinggal, daripada mengambil risiko memindahkan pasien mereka yang sakit kritis, sebuah pilihan yang disebutnya "mustahil".

WHO juga memperingatkan bahwa banyak warga sipil yang mencari perlindungan di sekitar rumah sakit, dan mengatakan bahwa nyawa mereka juga terancam "ketika fasilitas kesehatan dibom".

WHO mengakhiri pernyataannya dengan menyerukan Israel "untuk segera membatalkan perintah evakuasi ke rumah sakit di Gaza utara," dan menyerukan "perlindungan fasilitas kesehatan, pekerja kesehatan, pasien, dan warga sipil".

Pemindahan yang mustahil

Dalam satu ulasan, Kepala Koresponden Internasional BBC di Israel Selatan, Lyse Doucet mengatakan mustahil untuk memindahkan lebih dari satu juta orang dalam waktu sehari.

Hal ini mengingat kondisi jalanan rusak, bom masih berjatuhan, rumah-rumah hancur, sementara lansia dan orang-orang yang terluka masih membutuhkan pertolongan.

Dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari belum bisa memastikan apakah akan menambah perpanjangan waktu untuk proses relokasi tersebut.

"Ini adalah zona perang, kami berusaha memberikan mereka waktu dan kami melakukan banyak upaya, dan kami memahami bahwa ini tidak akan memakan waktu 24 jam," ujarnya menanggapi pertanyaan BBC pada sebuah konferensi pers mengenai jangka waktu yang dibutuhkan Israel.

Ketika didesak apakah ia mengatakan bahwa IDF memahami akan membutuhkan waktu lebih dari 24 jam untuk mengevakuasi warga Gaza, Hagari menjawab: "Kami memahami bahwa ini akan memakan waktu. Hanya itu yang bisa saya katakan."

Di sisi lain, pihak Hamas mengatakan agar warga jangan pindah. Seorang pejabatnya menggambarkan perintah Israel agar warga pindah ke bagian selatan sebagai "propaganda palsu", dan mendesak warga di sana untuk mengabaikannya.

Potret warga berkemas

Foto warga Gaza sedang berkemas pagi tadi. Mereka bersiap meninggalkan wilayah utara Gaza ke bagian selatan, menyusul perintah Israel.

Warga sipil di daerah tersebut kini terjebak di antara peringatan Israel - menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi di Gaza - dan pernyataan Hamas yang meminta warga untuk mengabaikannya.

Tuduhan bom fosfor

Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan fosfor putih, sebuah amunisi kontroversial, dalam rangkaian aksi pengeboman di Jalur Gaza dan Libanon.

Bahan kimia yang sangat mudah terbakar ini terkadang digunakan oleh militer untuk menandai suatu wilayah. Namun senjata ini juga dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan sangat berbahaya bila digunakan sebagai senjata, terutama jika diluncurkan ke tempat ramai.

Militer Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka "saat ini tidak mengetahui penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih di Gaza". Mereka tidak mengomentari Libanon.

Israel mengatakan mereka telah menjatuhkan 6.000 bom seberat 4.000 ton ke sasaran Hamas di Gaza selama enam hari.

Angkatan udara Israel mengatakan serangan udara telah menghantam lebih dari 3.600 sasaran.

HRW mengatakan telah memperoleh dan menganalisis video di Gaza dan Lebanon yang menunjukkan ledakan peluru artileri fosfor putih. HRW juga menyoroti foto kantor berita AFP di Gaza yang menunjukkan garis-garis putih di langit.

Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan oksigen, menghasilkan asap putih pekat.

"Penggunaan fosfor putih di Gaza, salah satu wilayah terpadat di dunia, memperbesar risiko terhadap warga sipil dan melanggar larangan hukum humaniter internasional yang menempatkan warga sipil pada risiko yang tidak perlu," kata organisasi hak asasi manusia tersebut dalam sebuah pernyataan.

Fosfor putih tidak dilarang berdasarkan hukum internasional karena memiliki kegunaan yang sah, namun karena dampak berbahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, penggunaannya diatur dengan ketat.

Angkatan bersenjata Israel menggunakan fosfor putih sebagai tabir asap saat menyerang Gaza tahun 2008-2009. Kala itu, beberapa kelompok hak asasi manusia menuduh Israel melakukan kejahatan perang.

Militer Israel mengatakan pada tahun 2013 bahwa mereka akan menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut sebagai kamuflase.

Ratusan ribu warga Palestina mengungsi

Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.

"Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan," kata Antonio Guterres.

Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air. Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.

Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza "siap melaksanakan misi yang telah diberikan".

IDF juga mengirim "pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri", ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.

Mereka "berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel - dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel".

'Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik'

Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.

"Ini sangat sulit - kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik," katanya.

Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.

"Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut," katanya kepada program Newshour.

Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir "apakah saya orang berikutnya?"

"Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal - mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini," katanya.

"Saya tidak bisa menyalahkan Hamas, saya tidak bisa menyalahkan Israel, tapi saya katakan bahwa kami, warga sipil, terkena dampaknya.

"Kami adalah orang-orang yang bukan bagian dari konflik ini dan kami membayarnya."

Foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza

Berikut adalah sejumlah foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza. Seluruh bangunan hampir rata dengan tanah menyusul serangan udara Israel.

Bagaimana 'Pengepungan total' Gaza berawal?

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan "pengepungan total" di Jalur Gaza: "Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar."

Seperti diketahui - Israel berkuasa atas ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya, serta memiliki otoritas atas keluar dan masuknya orang dan barang melalui perbatasannya.

Demikian pula, Mesir mengendalikan siapa yang masuk dan keluar dari perbatasannya dengan Gaza.

KBRI Amman: Tidak ada WNI jadi korban serangan Israel ke wilayah Gaza

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan hingga kini tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban akibat serangan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza. Dalam catatan KBRI, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.

"Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Kairo di Mesir dan KBRI Lebanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza," dalam keterangan pers dari KBRI Amman, yang diterima BBC News Indonesia pada Minggu (08/10).

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 256 warganya tewas, termasuk 20 anak-anak, akibat serangan balik yang dilakukan oleh Israel sejak Sabtu (07/10). Selain itu, sekitar 1.788 orang juga dilaporkan terluka.

Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak.

Beberapa warga Israel juga dilaporkan telah dibawa ke Gaza sebagai sandera.

Hamas adalah organisasi di Palestina yang melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Tentara Israel telah meminta warga di tujuh wilayah berbeda di Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.

Kementerian Luar Negeri Thailand melaporkan sebanyak 12 warga Thailand tewas dan 11 lainnya diculik dan disandera oleh kelompok milisi Hamas.

Bagaimana konflik ini berawal?

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang "berperang" dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan "membayar harga yang belum pernah diketahui".

"Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya," kata Netanyahu dalam pidatonya.

Serangan ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun.

Serangan kelompok milisi Palestina Hamas dilakukan dengan melintasi pagar pembatas tepat setelah fajar, Sabtu (07/10). Pada saat yang sama, rentetan roket diluncurkan dari Gaza - beberapa mencapai Tel Aviv dan Yerusalem.

Serangan udara Israel juga menyasar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, menewaskan satu staf medis yang sedang berada di dekat rumah sakit tersebut.

Relawan MER-C, Farid, mengatakan tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh sangat dekat dengan lokasi para relawan medis, dan menghancurkan mobil operasional MER-C.

"Abu Romzi, staf local MER-C yang tengah berada di ambulans menjadi korban syahid dan dilarikan ke RS Indonesia," ujar Farid.

Serangan juga membuat kerusakan di wisma tempat tinggal relawan yang berada di area RS Indonesia.

Rentetan serangan roket dari Gaza - aksi serangan terbesar Hamas terhadap Israel selama beberapa tahun terakhir - dimulai tepat setelah fajar pada Sabtu (07/10), yang bertepatan dengan hari Sabat Yahudi serta hari perayaan Simchat Torah.

Saat sirene berbunyi di seluruh Israel, militer Israel (IDF) mengumumkan bahwa "teroris" telah menyusup ke wilayah Israel "di sejumlah lokasi berbeda".

IDF meminta semua warga sipil di wilayah selatan dan tengah untuk bergegas menuju tempat penampungan di wilayah sekitar Gaza.

Rekaman video yang diunggah ke dunia maya menunjukkan sekelompok milisi Palestina bersenjata lengkap mengenakan seragam hitam berkeliling Sderot menggunakan truk pikap.

Dalam salah satu video, para milisi itu terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di jalan-jalan Kota Sderot, yang hanya berjarak 1,6 km dari Gaza.


'Intelijen Israel tertidur'

Frank Gardner

Koresponden keamanan BBC

Peristiwa serangan Hamas adalah kegagalan intelijen luar biasa bagi Israel.

Israel memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.

Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok milisi tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Libanon, Suriah dan tempat lain.

Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin milisi baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.

Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur.

Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia.

Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.


Seorang komandan senior militer Hamas mengumumkan dimulainya operasi serangan dalam siaran di media Hamas, menyerukan warga Palestina di mana pun untuk berperang.

"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi," kata Mohammed Deif.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas - saingan politik Hamas - memimpin pertemuan darurat, dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk membela diri melawan "teror pemukim dan pasukan pendudukan".

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved