Minggu, 5 Oktober 2025

Kisah WNI yang menanti evakuasi dari Jalur Gaza di tengah ‘pengepungan total’ Israel

Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan rencana evakuasi ratusan warga Indonesia yang berada di wilayah Gaza maupun di Israel. Namun,…

BBC Indonesia
Kisah WNI yang menanti evakuasi dari Jalur Gaza di tengah ‘pengepungan total’ Israel 

Sementara untuk pasokan listrik, hampir dua pertiganya berasal dari Israel, dan sisanya berasal dari Pembangkit Listrik Gaza (GPP). Namun, pasokan gabungan listrik tersebut hanya memenuhi kurang dari setengah permintaan.

Senada, Onim mengatakan, kelangkaan pasokan bahan makanan, air, dan obat-obatan itu disebabkan oleh aksi Israel yang memblokade masuknya bantuan dari luar.

Dia pun menyebut kondisi di Jalur Gaza seperti “kota mati, tidak ada pergerakan. Reruntuhan rumah dan bangunan menutupi jalan raya membuat evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan semakin sulit,” kata Onim.

“Kami tidak bisa ke mana-mana karena di luar seperti hujan bom,” ujar Onim.

Setidaknya 200.000 orang telah mengungsi karena takut nyawa mereka terancam atau karena sudah kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara Israel. Sebagian besar mengungsi sementara di bangunan sekolah-sekolah yang didirikan PBB.

Secara umum, lebih dari 75% populasi Gaza - sekitar 1,7 juta orang - terdaftar sebagai pengungsi, menurut PBB. Lebih dari 500.000 di antaranya tinggal di delapan kamp penuh sesak yang terletak di seluruh Jalur Gaza.

Bagaimana kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza?

Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza disebut mengalami kerusakan parah, namun terus memberikan pelayanan kesehatan.

Fikri menjelaskan banyak plafon bangunan itu yang hancur akibat suara dentuman rudal di sekitar RS.

Selain bangunan yang rusak, Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad, mengatakan, RS Indonesia juga mengalami kekurangan bahan medis di tengah membeludaknya jumlah pasien yang berdatangan.

“Rawat inap tidak ada lagi tempat. Pasien di selasar RS, yang penting masuk saja. Yang meninggal tidak lagi bisa masuk ke kamar mayat karena sudah penuh semua. Obat bius, alat bedah, infus, dan segala obat semakin menipis,” kata Sarbini.

“Apalagi sekarang pasokan listrik mati, bahan makanan kurang. Jadi pasien cari makan sendiri. Ini sangat memprihatinkan,” lanjutnya.

Bagaimana eskalasi konflik ke depan?

Pengamat politik Timur Tengah, Hasibullah Satrawi, mengatakan, eskalasi konflik antara Israel dan Hamas berpotensi semakin meningkat ke depannya.

Konflik ini akan mencapai titik puncak jika Israel melancarkan serangan darat, walaupun hal itu tidak akan mudah dilakukan.

“Israel ini melakukan serangan balasan dengan nama apapun. Sesi puncaknya adalah serangan darat. Artinya jika serangan darat dilakukan berarti mencapai puncak konflik karena Israel masuk ke dalam wilayah Hamas,” kata Hasibullah.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved