Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Laporan Intelijen Ukraina: Pasukan Rusia Saling Tembak Satu Sama Lain

Pasukan Rusia yang berperang di Ukraina diduga saling tembak. Laporan itu didapat dari rekaman telepon yang diklaim disadap oleh intelijen Ukraina.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Andrei Rubtsov / TASS
Tentara Rusia di wilayah Kherson Ukraina. Pasukan Rusia yang berperang di Ukraina diduga saling tembak. Laporan itu didapat dari rekaman telepon yang diklaim disadap oleh intelijen Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Intelijen militer Ukraina memposting rekaman telepon yang mereka klaim sebagai 'percakapan yang disadap' antara dua tentara Rusia yang berperang di Ukraina.

Dua tentara Rusia itu membicarakan rekan mereka yang menembaki tentara Rusia lainnya.

Dilansir Newsweek, Direktorat Utama Intelijen Ukraina (GUR) membagikan audio tersebut di saluran Telegramnya, Jumat (14/7/2023).

Menurut terjemahan oleh Kyiv Post, GUR menulis dalam keterangannya bahwa panggilan itu "mengungkapkan keadaan psikologis kritis tentara Rusia."

Dalam rekaman berdurasi 35 detik itu, dugaan insiden saling tembak itu dijelaskan secara detil.

Salah satu prajurit merinci bahwa seorang prajurit dari brigade lain "kehilangan cengkeramannya" dan mulai menembaki anggota unit lainnya.

Baca juga: Pasar Global Terancam Alami Kiamat Pangan Buntut Hengkangnya Rusia dari Perjanjian Ekspor Gandum

Meskipun tidak terungkap apakah ada orang lain yang tewas atau terluka dalam insiden tersebut, si penembak dikatakan tewas.

"Hai. Kenapa kamu tidak meneleponku kemarin?" kata prajurit pertama di awal panggilan, menurut Kyiv Post.

"F***, kemarin seru sekali. Orang dari brigade 12 sepertinya kehilangan pegangannya kemarin dan mulai menembak kami," kata prajurit kedua.

"Dia berkata, 'Aku akan membunuhmu, a******!'"

"Orang-orang kami menembaknya sampai mati. Aku harus membawa jenazahnya," tambah prajurit kedua.

Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai laporan lain muncul tentang kondisi tentara Rusia yang bertugas di Ukraina.

Pekan lalu, sebuah video diposting di media sosial yang dilaporkan menunjukkan pasukan Rusia mengatakan mereka dihukum oleh seorang komandan karena menolak berperang di garis depan Ukraina karena kekurangan peralatan.

WarTranslated, sebuah proyek media independen yang menerjemahkan materi tentang perang ke dalam bahasa Inggris, membagikan sebagian dari video tersebut di Twitter.

"Kami telah dikurung di lubang ini karena menolak untuk pergi ke garis nol. Kami telah duduk di sini selama dua hari," kata salah satu tentara dalam klip itu.

Garis nol adalah istilah yang sering digunakan orang Rusia untuk garis depan medan perang.

Tentara Rusia berdiri di tepi salah satu jalan raya yang memasuki Moskow pada 24 Juni 2023.
Tentara Rusia berdiri di tepi salah satu jalan raya yang memasuki Moskow pada 24 Juni 2023. (Alexander NEMENOV / AFP)

Baca juga: Rusia Luncurkan Serangan Udara dengan Drone dan Rudal Balistik di Ukraina Selatan dan Timur

WarTranslated juga membagikan pada video akhir bulan lalu dari unit Rusia yang mengatakan mereka tidak akan kembali ke "penggiling daging" di garis depan.

"Awalnya, saat tiba di zona SMO [operasi militer khusus], kami memiliki 150 orang. Setelah pertempuran brutal, hanya segini yang tersisa dari kami," kata seorang tentara dalam video tersebut.

Tentara yang berbicara dalam video itu adalah salah satu dari sekitar 20 orang yang ditampilkan dalam video.

Salah satu dakwaan paling memberatkan militer Rusia datang dari Jenderal Rusia Ivan Popov.

Ivan Popov mengatakan dirinya dicopot dari jabatannya setelah mengkritik Kementerian Pertahanan Rusia karena tidak memberikan dukungan yang cukup kepada pasukannya.

Dalam pesan suara yang diterbitkan 12 Juli di Telegram, Popov bahkan menuduh komandan militer senior dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melakukan pengkhianatan karena kurangnya dukungan yang mereka berikan.

"Angkatan Darat Ukraina tidak dapat menembus barisan kami di depan tetapi kepala senior kami menyerang kami dari belakang, dengan kejam memenggal kepala tentara pada saat yang paling sulit dan intens," kata Popov, menurut terjemahan kantor berita independen Rusia, Meduza.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved